Pluk
Sian melemparkan sebuah majalah di atas meja sambil menjatuhkan dirinya dengan kasar di atas sofa ruang kerja Aciel. Sambil menatap Aciel serius, pria itu berucap pelan sambil melirik majalahnya yang sedang menampilkan potret wajah manis Eden yang sedang tersenyum kearah kamera.
“Ini senyum palsu bukan? Eden tidak pernah lagi tersenyum manis seperti ini sejak seorang pria merusaknya.”
“Apa yang kau lakukan di sini? Kembalilah bekerja.”
Tanpa mengindahkan kehadiran Sian, Aciel tetap berkutat dengan seluruh pekerjaanya yang tampak menggunung di atas meja. Pria itu tak sedikitpun melirik kearah Sian atau bahkan pada majalah bersampul
putih di depannya. Saat ini ia sedang asik dengan dunia bisnisnya yang sedang berkembang pesat. Minggu ini ia sedang disibukan dengan urusan kerjasamanya dengan sebuah perusahaan mobil terbesar di Eropa. Dan rencananya mereka akan bekerjasama untuk membuat sebuah produk baru yang akan menggebrak pasar otomotif. Ia sungguh tidak ada waktu untuk memperhatikan foto Eden atau apapun tentang Eden. Sikap wanita itu padanya akhir-akhir ini benar-benar membuatnya sakit kepala. Bahkan sejak ia memarahi wanita itu karena kemunculan Zyan di rumahnya, mereka belum pernah lagi bertegur sapa. Eden memilih untuk bersikap acuh dan selalu mengabaikan kehadirannya di rumah begitu saja. Setiap ia pulang, ia pasti hanya akan mendapatkan laporan dari pelayan Kim jika Eden sedang tidur atau sedang pergi bersama-sama dengan teman-teman pesoleknya.
“Sudah lama aku tidak melihat senyum manisnya. Hari ini aku sengaja membeli majalah ini di mini market setelah melihat foto sampulnya yang menunjukan senyuman manis Eden. Apa saja yang kau lakukan selama ini padanya? Kau telah membuat putri kesayangan Brexton menderita karena sikap kejammu padanya.”
“Kau bukan dalam kapasitas untuk mengaturku Sian, jadi lebih baik kau kembali ke ruanganmu untuk bekerja.”
Aciel tetap fokus pada pekerjaanya tanpa mau repot-repot mendongakan kepalanya untuk menatap Sian. Moodnya untuk membahas Eden hari ini benar-benar sedang tidak ada. Ia bahkan terlalu muak hanya untuk memikirkan wanita liar itu. Selama ini ia sudah banyak mengorbankan banyak hal hanya demi mengabulkan keinginan Brexton. Dan sekarang wanita itu justru menjadi pembangkang tanpa tahu balas budi.
“Jelas itu menjadi kapasitasku karena kurasa kau sudah sangat keterlaluan pada Eden. Kau membuat Eden menangis setiap hari dan kau yang membuat Eden bertingkah liar selama ini. Jika bukan karena sikapmu yang brengsek itu, Eden tidak akan menjadi liar seperti ini.”
“Sudah kukatakan padamu untuk jangan mencampuri urusanku, Eden adalah urusanku. Dan kau, kau hanyalah karyawan yang kugaji untuk bekerja di perusahaanku.” Balas Aciel sengit. Kesabarannya untuk sahabatnya itu telah menguap. Ia tidak mau lagi hanya diam sambil mendengarkan serentetan kalimat penuh nada menyindir yang terlontar dari bibir laknat Sian.
“Ya, aku memang hanya karyawanmu Ace, tapi aku juga sahabat Brexton. Melihat putrinya yang kau perlakukan semena-mena seperti itu membuatku tidak bisa berhenti untuk memikirkannya. Apa kau tahu apa yang telah terjadi padanya tiga tahun yang lalu? Eden hamil! Dia mengandung anakmu.”
Aciel sekilas terlihat kaget, namun ia berusaha bersikap normal dengan menunjukan wajah datar di depan Sian sambil memain-mainkan pena emasnya dengan santai. Ia pikir saat ini Sian sedang membuat lelucon di depannya agar ia merasa bersalah pada Eden dan segera pulang untuk berlutut di depan wanita itu. Sayangnya lelucon bodoh yang dilontarkan Sian sama sekali tidak akan mempengaruhinya untuk berempati pada Eden.
“Leluconmu sama sekali tidak lucu Sian. Lebih baik kau kembali ke ruanganmu dan selesaikan seluruh pekerjaanmu. Siang ini aku sama sekali tidak berminat untuk mendengar lelucon apapun darimu.”
Dengan acuh tak acuh Aciel kembali melanjutkan pekerjaannya tanpa menghiraukan wajah Sian yang tampak bersungut-sungut di depannya. Namun di sisi lain tiba-tiba ia memikirkan Eden sambil membayangkan apa yang pernah terjadi diantara mereka di masa lalu. Memang dulu ia sangat bejat. Ia memanfaatkan kepolosan Eden untuk memuaskan nafsu binatangnya dan memperdaya Eden dengan sikapnya yang berpura-pura lembut di awal hubungan mereka. Dan setelah ia mengungkapkan seluruh kebusukannya pada wanita itu, Eden perlahan-lahan mulai menjauhinya. Wanita itu mulai menunjukan penolakan dan lebih sering mengurung diri di kamar. Namun beberapa bulan kemudian sikap Eden padanya kembali normal. Wanita itu tidak terlalu mendiaminya lagi dan mulai bersedia untuk mengikuti ritme hidupnya yang bebas. Lalu mereka berdua pada akhirnya justru menjadi partner sex tanpa pernah ia tahu apa alasan Eden dibalik semua sikapnya selama ini.
“Lelucon? Itu semua adalah fakta karena aku sendiri yang saat itu membawanya ke rumah sakit saat ia keguguran. Ia hampir melakukan percobaan bunuh diri tiga tahun yang lalu, sayangnya semua itu gagal karena aku berhasil menghentikannya sebelum tubuhnya dihantam oleh sebuah mobil yang sedang melaju kencang kearahnya.”
“Kalau itu benar-benar terjadi padanya, kenapa aku tidak pernah mengetahuinya? Apa kau sedang mempermainkanku?”
Sian tampak kesal dan juga jengah dengan sikap Aciel yang sangat menyebalkan di depannya. Lagipula untuk apa ia mengarang sebuah cerita untuk berbohong? Itu sama sekali bukan gayanya. Selama ini ia selalu bungkam karena ia terlanjur berjanji pada Eden untuk menutupi semua hal itu dari Aciel. Kejadian tiga tahun yang lalu, yang menimpa Eden benar-benar sangat menohok hatinya. Bagaimana mungkin putri dari sahabatnya
akan berakhir dengan sangat mengenaskan seperti itu di tangan Aciel. Memang sejak awal ia tidak pernah mempercayai Aciel dalam hal pengasuhan Eden, namun ia tidak pernah sampai berpikir jika Aciel akan merusak Eden hingga sejauh itu. Dan kali ini ia sudah benar-benar tidak tahan hingga semua rahasia itu keluar begitu saja dari bibirnya.
“Huh, apa kau pikir kau adalah Tuhan? Sadarlah Ace, kau bukanlah pria rumahan yang akan sering-sering berada di rumah. Setiap hari keberadaanmu bahkan tidak menentu. Terkadang kau berada di rumah ataupun di luar negeri, jadi wajar saja jika kau tidak pernah tahu apa yang terjadi pada Eden.”
“Kim? Apa ia juga tidak mengetahuinya?”
Sian menggeleng pelan dari tempat duduknya sambil menatap Aciel tajam. Apa yang terjadi pada Eden di masa lalu, tidak ada yang mengetahuinya. Bahkan ia sendiri juga tidak akan mengetahuinya jika ia tidak memergorki Eden yang sedang menyeberang jalan dengan tatapan kosong di jalan raya yang ramai. Semua itu benar-benar terjadi di luar dugaanya. Namun ia sangat bersyukur karena saat itu ia belum terlambat untuk menghentikan Eden, meskipun pada akhirnya ia tidak bisa mempertahankan janin yang sedang dikandung Eden saat itu.
“Tidak ada yang tahu mengenai keadaanya karena saat itu usia kandungannya baru berjalan lima minggu. Setelah aku menariknya dari tengah jalan, ia langsung jatuh terduduk dengan banyak darah yang mengalir dari pahanya. Dengan panik aku langsung membawanya ke rumah sakit saat itu karena kupikir kakinya terluka atau apa, tapi setelah dokter memeriksanya, ternyata Eden mengalami keguguran. Saat itu juga aku langsung
yakin jika bayi yang sedang dikandung oleh Eden adalah anakmu karena satu minggu sebelumnya kau baru saja bercerita jika kau pernah menyentuh Eden dan kau adalah pria pertama untuk Eden.”
Aciel tampak diam, ia sepertinya tidak bisa berkomentar apapun saat ini karena pikirannya sedang buntu. Memang ada banyak hal yang terjadi pada Eden tiga tahun yang lalu. Saat itu ia membuat Eden berpikir jika ia mencintainya, dan ia juga membuat Eden pada akhirnya mau menyerahkan dirinya seutuhnya padanya. Namun ia tidak pernah sampai berpikir jika Eden akan hamil karena ia pikir Eden selalu memimun obatnya dengan teratur. Tapi, apapun memang dapat terjadi. Eden yang polos dan lugu belum berpikir hingga sejauh itu. Ia pasti tidak pernah berpikir akan mengandung dalam keadaan yang tidak tepat.
Flashback
Suara desahan dan erangan terdengar saling bersahut-sahutan di dalam sebuah kamar hingga membuat Eden merasa pening. Ini sudah yang ke empat kalinya dalam seminggu ia mendengar suara seperti itu dari kamar tamu di sebelah kamarnya. Hampir setiap hari Aciel memang membawa seorang wanita ke rumah. Setelah Aciel merusaknya dan mengklaim tubuhnya, pria itu perlahan-lahan mulai meninggalkannya. Sikap manis yang dulu sempat ia tunjukan di awal hubungan mereka perlahan-lahan mulai hilang dan digantikan dengan sikap sinis yang selalu ia terima setiap mereka berpapasan di rumah. Sambil bergelung tidak nyaman, Eden mencoba mengambil bantal untuk menyumpal kedua telinganya agar ia tidak perlu mendengar suara-suara menjijika itu lagi. Rasanya ia tidak sanggup untuk mendengarnya karena semua itu selalu mengingatkannya pada malam mengerikan saat ia dengan bodohnya justru terlena pada rayuan Aciel. Saat itu ia pikir Aciel benar-benar mencintainya dan akan membahagiakannya seperti kisah cinta teman-temannya yang manis. Namun semua harapan itu musnah ketika ia mendapatkan sebuah fakta jika ternyata Aciel bukanlah seorang pria yang bersedia untuk terikat dengan satu wanita. Dengan kejamnya pria itu memupuskan seluruh harapannya yang terlanjur membumbung tinggi penuh angan-angan. Ia pikir pria itu benar-benar mencintainya. Tidak ada hubungan darah diantara mereka membuat Eden yakin jika Aciel adalah pria yang sangat ia cintai dan akan menjadi pendamping hidupnya kelak. Namun, pria itu ternyata tidak pernah berpikir demikian. Hubungan mereka selama ini hanya dianggap sebagai sebuah permainan belaka yang tidak terlalu berharga untuk pria itu. Dan ini memang sudah sangat terlambat untuk menyesalinya. Ia sudah terlanjur kotor oleh pria itu.
“Aciel...”
Eden Membuka paksa kamar tamu di sebelahnya yang ternyata tidak terkunci. Di tengah-tengah ruangan yang temaram itu ia dapat melihat punggung polos Aciel yang sedang membungkuk di atas tubuh seorang wanita. Sambil menghembuskan napasnya perlahan, Eden mulai berjalan maju untuk menghentikan semuanya. Ia sudah tidak tahan lagi dengan semua suara-suara itu. Sekarang kepalanya terasa pening, dan langkahnya juga perlahan lahan mulai terasa berat ketika tubuhnya telah berada di sebelah ranjang besar yang saat ini sedang bergoyang hebat.
“Aciel..”
Dengan suara tercekat Eden berusaha memberitahu Aciel tentang keberadaanya di sana. Ia terus memanggil-manggil nama Aciel hingga akhirnya ia memutuskan untuk menarik lengan Aciel kuat, menghentikan pria itu dari kegiatan bercintanya dengan seorang wanita yang entah siapa namanya.
“Jangan ganggu aku Eden, pergi dari sini.”
“Aciel, aku sudah tidak tahan dengan semua ini.” Isak Eden keras di depan Aciel. Tak ia hiraukan tatapan kesal wanita berambut merah di bawah Aciel yang sedang menatap Eden malas karena telah mengganggu kegiatan panasnya dengan sang pelanggan.
“Dia siapa?”
“Putri sahabatku. Tunggu sebentar di sini sayang, aku akan segera kembali.”
Aciel mengecup bibir wanita berambut merah itu singkat dan segera bangkit untuk menyeret tubuh lemas Eden keluar dari kamarnya.
“Keluar! Jangan pernah ganggu aku.”
Eden terhempas begitu saja di atas lantai sambil menahan segala rasa perih yang menyayat hatinya. Pria yang sangat dicintainya tega melakukan hal itu padanya.
“Aciel, aku mencintaimu. Jangan lakukan ini padaku.” Mohon Eden dengan suara tercekat. Rasanya ia sudah tak sanggup lagi melalui semua ini. Kesakitan yang ia rasakan saat ini begitu dahsyat hingga mampu mengalahkan rasa sakit ketika ayahnya meninggal. He broke her heart into a pieces.
“Cinta? Cinta itu hanya omong kosong Eden. Aku tidak mencintaimu.” Bentak Aciel kejam. Pria itu dengan mata sinisnya tampak seperti sedang mengolok-olok Eden yang sedang bersimpuh di bawah kakinya. Sampai kapanpun ia memang tidak akan membiarkan siapapun masuk kedalam hatinya karena ia tidak mau berakhir menyedihkan seperti sahabat-sahabatnya yang tolol hanya karena sebuah cinta.
“Jika kau mencintaiku, itu adalah hakmu. Tapi sampai kapanpun aku tidak akan pernah mencintaimu.”
Blarr!
Flashback end
Aciel membuka matanya seketika setelah ia puas dengan kenangan masa lalunya saat ia sedang membentak-bentak Eden di depan pintu kamarnya. Saat itu dengan penuh emosi ia langsung membanting
pintu itu di depan Eden dan meninggalkan Eden begitu saja dalam keadaan mengenaskan. Jika dipikir-pikir perlakuannya pada Eden memang sangat keterlaluan. Ia telah melukai wanita itu terlalu jauh hingga tanpa sadar ia
telah merubah Eden menjadi seorang wanita liar yang penuh dengan ambisi licik untuk menghancurkannya. Ia memang pantas mendapatkan itu. Tapi bagaimana dengan jiwa Eden? Apakah ia masih bisa menyelamatkan jiwa Eden yang terlanjur rusak karena dirinya.
“Kenapa kau tidak pernah mengatakannya?”
“Huh, memangnya kau akan percaya jika aku mengatakannya? Bahkan sekarangpun kau menganggap semua yang kuceritakan hanyalah lelucon belaka. Kau brengsek Ace, brengsek! Selama ini aku hanya berusaha untuk menjaga janjiku pada Eden. Malam itu ia menangis sesenggukan di depanku dan memohon-mohon padaku agar aku tidak memberitahumu jika ia baru saja keguguran. Dan setelah dirawat selama tiga hari di rumah
sakit, Eden yang kukenal mulai menghilang. Tatapan matanya begitu kosong saat aku membawanya pulang ke rumahmu. Ia seperti telah kehilangan harapan hidupnya. Namun saat aku datang ke rumahmu untuk memastikan keadaanya, ia sepenuhnya telah berubah. Tatapan kosong itu telah hilang dari kedua matanya, tapi ia membawa sorot mata baru yang sangat mengerikan. Dan pagi itu aku mulai menyadarinya, jika Eden bukan lagi Eden yang kita kenal selama ini, tapi ia telah berubah menjadi seorang wanita dewasa yang penuh akan ambisi untuk menghancurkanmu.”
“Ceritamu benar-benar lucu. Tenanglah Sian, Eden tidak akan bisa menghancurkanku. Cintanya padaku terlalu besar hingga membutakan hatinya.” Ucap Aciel terkekeh santai. Sian mungkin memang terlalu berlebihan dengan ceritanya, dan ia tidak akan terpengaruh begitu saja hingga ia mendengar sendiri semua itu dari mulut Eden. Lagipula semua cerita yang dikatakan Sian terlalu aneh dan terdengar tidak masuk akal. Bagaimana mungkin seluruh pelayannya tidak tahu mengenai hal itu. Jika Eden mengalami keguguran dan harus dirawat di rumah sakit selama tiga hari, seharusnya para pelayannya tahu. Terutama pelayan Kim karena ia menyerahkan seluruh tugas untuk mengawasi Eden pada pria itu.
“Kau benar-benar pria sakit jiwa Ace. Manusia macam apa kau ini sebenarnya?”
“Keluarlah Sian. Kurasa sesi curhatmu telah berakhir, aku harus melanjutkan pekerjaanku.”
Sian tampak bersungut-sungut kesal sambil memberikan tatapan tajam pada Aciel. Sayangnya Aciel memilih untuk tidak mempedulikannya dan tetap pada pekerjaanya.
“Kau harus memita maaf pada Ed....”
Drrt drrt drrt
“Halo...”
“..................”
“Dimana? Apa yang sebenarnya
terjadi?”
“................”
“Aku akan ke sana. Tahan dia, lakukan apapun sebisa kalian untuk membuatnya tenang.”
Aciel mematikan sambungan teleponnya segera dan langsung melangkah lebar-lebar menuju pintu ruangannya. Sian yang melihat itu langsung menghentikan langkahnya sambil menatap wajah sahabatnya
itu serius meminta jawaban. Firasatnya mengatakan jika sesuatu yang buruk telah
terjadi pada Aciel.
“Eden.... ia mencoba untuk bunuh diri.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments