Chapter 12

"Proses khitbah batal Han, kenapa harus begini"

Syara makin deras menangis, Hana menarik tubuh sahabatnya itu kepelukan. Ia tak bisa berbuat apa-apa lagi selain berada di sisi Syara. Ia ingin memberi nasehat, namun hati kecilnya berkata.

"Semua ulah Daddymu"

Akhirnya Hana menemani hingga Syara lelah menangis dan tertidur. Setelah agak lama Hana beranjak keluar menemui kakaknya.

"Sejak kapan kakak jadi perokok"

"Sudah mau pulang?"

"Belum, Hana menginap di sini kak nemenin Syara dulu kasihan dia"

"Kenapa, bukannya saat ini sedang bahagia jangan merusak suasananya pergilah ke rumah sakit jagalah Mbak Arindramu itu"

"Siapa bilang Syara sedang bahagia, lamarannya batal kak. Pasti kakak tau apa yang Daddy katakan"

"Apa....jangan menuduh sembarangan begitu, kakak tidak tau apa-apa berkaitan dengan rencana Daddy, sayang padahal kakak ingin melihat bagaimana tampilan calon suami si cupu itu"

"Kak, Syara sedih banget keadaannya sekarang, tolong jaga bicara kakak bagaimanapun Hana tak terima Syara dikatakan seperti itu"

"Duhhh yang punya sahabat enggak boleh bener diledek sedikit. Ya udah kakak pulang dulu"

"Kakak enggak sholat ashar dulu, dari tadi malah duduk di sini"

"Nanti aja di jalan, oh ya mana Abi Hasan kakak mau pamit"

"Hana enggak tau kak, dari tadi belum ketemu Abi. Nanti Hana sampaikan saja sama Umi ya, Umi juga kayaknya lagi sedih"

"Ya sudah, kakak pamit dulu bye"

"Assalamualaikum dulu kak, hati-hati dijalan"

"Walaikumsalam ok"

"Kebalik tau salamnya"

Namun Hans tak mengindahkan, ia segera mengendari mobilnya dan menjauh. Hana masuk ke dalam dan melihat Umi Ami yang baru saja tiba entah dari mana.

"Umi Hasan ke mana Mi?"

"Umi dan Abi Hasan lagi ada di kamarnya saat Umi tadi pergi. Bagaimana keadaan Syara"

"Tadi tidur mi, setelah habis menangis. Oh ya, katanya Abi nolak lamaran pria itu Mi, kenapa?"

Meskipun Hana tau bahwa Abi Hasan menolak lamaran orang yang dijodohkan dengan putrinya. Namun dirinya masih belum yakin alasan dari penolakan Abi itu karena Daddy atau bukan. Karena semalam mereka membicarakan baru memutuskan masalah pernikahan kakaknya dengan Syara, mana mungkin secepat itu Daddynya bertindak. Begitulah yang ada di pemikiran Hana.

"Yang Umi dengar, Abi Hasan sudah menerima lamaran laki-laki lain tadi malam, padahal Afdan adalah calon menantu yang sudah lama abi siapkan untuk Syara, tapi entah kenapa tiba-tiba saja berubah fikiran"

"Tadi malam umi"

Umi Ami mengangguk, Hana syok. Alasan apa yang membuat Abi langsung nurut nerima lamaran Daddy. Jikapun hanya balas budi, Abi bukan orang yang akan dengan mudah tunduk dengan hal seperti itu. Ingin mendapat menantu kaya, jelas bukan Abi orangnya yang memandang segala sesuatunya dari harta, status sosial ataupun jabatan. Abi hanya memandang akhlaq, apalagi jika orang itu sudah disiapkan sejak lama oleh Abi sendiri.

"Aihh Daddy pake jurus apa dia hingga bisa buat Abi Hasan takluk" batin Hana.

"Ya sudah Umi mau pulang dulu, tadinya Umi mau menemani Syara tapi kayaknya Hana menginap di sini ya, jadi Umi pulang dulu ya"

"Tunggu Umi, ada yang ingin Hana tanyakan berkaitan dengan pasien Hana"

"Kita duduk di dalam saja ya, biar lebih nyaman"

Hana mengangguk dan mengikuti langkah Umi Ami yang duduk di ruang tengah.

"Umi, apakah boleh menikahi wanita yang sedang koma?, dan apakah boleh wanita yang hamil dinikahi dan yang mau menikahi adalah ayah janin yang dikandungnya"

"Hana memiliki pasien seperti itu?"

Hana sekali lagi mengangguk,

"Dalam kasus ini, Umi akan merujuk pada salah satu buku karya Prof Abdul Karim Zaidan dalam bukunya yang berjudul al-Mufashhal fi Ahkam al-Mar’ati .

Beliau memberikan batasan dan ketentuan apa yang dimaksud dengan sekarat tersebut berdasarkan persepektif ulama mazhab. Dalam istilah fikih, dikenal dengan maradh al-maut.

Menurut Mazhab Hanafi, kriteria sakit parah atau sekarat itu, antara lain, yang bersangkutan tak lagi mampu melakukan tugas kesehariannya, dalam konteks perempuan, misalnya, sudah uzur dari mengurus urusan rumah. Sedangkan, untuk laki-laki, terhalang dari mencari nafkah. 

Kriteria berikutnya, sakit tersebut tak kunjung sembuh dan dikhawatirkan meninggal, menurut kacamata kedokteran. Mazhab ini juga memberi batasan satu tahun untuk sakit tersebut. Bila lepas satu tahun sembuh, tidak termasuk sakit sekarat.

Dalam Mazhab Hanbali, hanya ada dua kriteria, yakni sakit yang didiagnosis akan meninggal dan keterikatan dengan kematian, seperti penyakit jantung akut, paru-paru, atau kanker yang mematikan. Mazhab ini menegaskan, vonis sakit tersebut harus berdasarkandiagnosis dokter. Ketentuan serupa juga berlaku di kalangan Mazhab Syafi’i.

Berangkat dari pembatasan ini, Prof Zaidan melengkapi bahasan topik di atas dengan menguraikan pandangan masing-masing mazhab menyikapi hukum pernikahaan saat kondisi sedang sekarat atau sakit parah. 

Mazhab Maliki berpandangan, akad nikah yang dilangsungkan ketika salah satu pasangan tengah menderita sakit akut dinyatakan tidak sah. Jika tetap dilaksanakan, harus dibatalkan. Ini dengan catatan selama yang bersangkutan dinyatakan tidak lagi sembuh. 

Bila pada kemudian hari sembuh, menurut mazhab yang berafiliasi ke Imam Malik bin Anas ini, ketentuan pernikahan kembali ke hukum dasar, yakni boleh. Kemudian, jika salah satunya meninggal sebelum akad nikah dibatalkan, tidak berhak atas waris.  

Sedangkan, Mazhab Hanafi berpendapat, boleh hukumnya melangsungkan pernikahan di saat salah satu calon pasangannya menderita sakit parah dengan mahar sepadan (mahar mitsil). Jika melebihi mahar tersebut, hukumnya tidak boleh. 

Mazhab yang berafiliasi kepada Imam Abu Hanifah ini berargumentasi, pernikahan adalah kebutuhan asasi manusia yang tidak boleh dikekang. Seperti halnya kebutuhan akan makan dan minum. Tak satu pun berhak mencegah. Penegasan yang sama juga dikuatkan oleh para ulama yang bermazhab Hanbali.

Dalam pandangan mazhab yang merujuk pada metode ijtihad Ahmad bin Hanbal ini, nikah boleh dilangsungkan, baik ketika kondisi sehat maupun saat diterpa sakit. Akad yang dilaksanakan pun dianggap sah dan berimplikasi hukum, seperti waris. Mahar mitsil wajib dibayarkan dalam kasus ini dan tidak ada kaitannya dengan hak piutang ataupun ahli waris. 

Sementara itu, Mazhab Syafi’i menyatakan, pernikahan yang dilaksanakan dalam kondisi sakit, hukumnya sah sekalipun kebutuhan biologis salah satu pasangan tidak bisa terpenuhi. Dalam kasus seperti ini, sang suami berkewajiban membayar mahar mitsil. 

Jadi intinya boleh jika ada pasien koma menikah selama ada keterangan dokter yang menyatakan dia bisa sembuh"

"Meskipun harapan sembuhnya kecil ya mi?"

"Jika merujuk Mahzab Syafii yang di negara kita ikuti, sah-sah saja dan masalah maharnya bisa diperbincangkan dengan keluarga calon pengantin perempuan, memangnya ada yang tetap mau menikahi wanita koma. Sungguh mulia sekali laki-lakinya"

"Kurang tau Mu, hanya dengar-dengar aja mi dari keluarga dari pihak laki-lakinya begitu"

#######

**Alhamdulillah selesai juga chapter 12nya.

Hemm dapat ilmu baru alhamdulillah, author juga sama baru nemu heheee oh ya mengenai pembahasan tentang pernikahan dimana calon mempelai sakit. Author ambil dari artikel yang sumbernya dari Republika. co.id dengan judul Hukum Nikah pada kondisi sekarat yang terbit pada tanggal Sabtu, 23 Nove 2013.

Seperti biasa ya author selalu mengingatkan

pesan cinta buat kalian semua

Jejak-jejak kalian selalu author nantikan

vote comen like follow karya-karya Lesta Lestari and kasih poin hehehe

authir sayaaaang kalian semua

❤❤❤❤❤❤**

Terpopuler

Comments

DEVI MAULINA

DEVI MAULINA

maaf aku skip

2020-11-15

2

Rie-Rie Ajja

Rie-Rie Ajja

trimksh ilmu'y

2020-10-11

0

Eka Lestari

Eka Lestari

maaf thor, masih bingung sama ketentuan yang memperbolehkan wanita yang koma untuk dinikahi. bukankah wanita tersebut dalam keadaan tidak sadar?
kalo dalam keadaan sakit,mungkin masih boleh,tapi wanita tersebut dalam keadaan tidak sadar. dan hamil.
bukankah ada masa ida hamil bagi seseorang wanita untuk dinikahi. maaf jika saya salah 🙏🙏🙏

2020-10-02

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2
3 Chapter 3
4 Chapter 4
5 Chapter 5
6 Chapter 6
7 Chapter 7
8 Chapter 8
9 Chapter 9
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chaptee 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Chapter 45
46 Chapter 46
47 PENGENALAN TOKOH
48 PENGENALAN TOKOH 2
49 Chapter 47
50 Chapter 48
51 Chapter 49
52 Chapter 50
53 Chapter 51
54 Chapter 52
55 Chapter 53
56 Chapter 54
57 Chapter 55
58 Chaptee 56
59 Chapter 57
60 Chapter 58
61 Chapter 59
62 Chapter 60
63 Chapter 61
64 Chapter 62
65 Chapter 63
66 Chapter 64
67 Chapter 65
68 Chapter 66
69 Chapter 67
70 Chapter 68
71 Chapter 69
72 Chapter 70
73 Chapter 71
74 Chapter 72
75 Chapter 73
76 Chapter 74
77 Chapter 75
78 Chapter 76
79 Chapter 77
80 Chapter 78
81 Chapter 79
82 Chapter 80
83 Chapter 81
84 Chapter 82
85 Chapter 83
86 Chapter 84
87 Chapter 85
88 Chapter 86
89 Chapter 87
90 Chapter 88
91 Chapter 89
92 Chapter 90
93 Chapter 91
94 Chapter 92
95 Chapter 93
96 Chapter 94
97 Chapter 95
98 Chapter 96
99 Chapter 97
100 Chapter 98
101 Chapter 99
102 Chapter 100
103 Chapter 101
104 Chapter 102
105 Chapter 103
106 Chapter 104
107 Chapter 105
108 Chapter 106
109 Chapter 107
110 Chapter 108
111 Chapter 109
112 Chapter 110
113 Chapter 111
114 Chapter 112
115 Chapter 113
116 Chapter 114
117 Chapter 115
118 Chapter 116
119 Chapter 117
120 Chapter 118
121 Chapter 119
122 Chapter 120
123 Chapter 121
124 Chapter 122
125 Chapter 123
126 Q N A Novel Arindra
Episodes

Updated 126 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2
3
Chapter 3
4
Chapter 4
5
Chapter 5
6
Chapter 6
7
Chapter 7
8
Chapter 8
9
Chapter 9
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chaptee 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Chapter 45
46
Chapter 46
47
PENGENALAN TOKOH
48
PENGENALAN TOKOH 2
49
Chapter 47
50
Chapter 48
51
Chapter 49
52
Chapter 50
53
Chapter 51
54
Chapter 52
55
Chapter 53
56
Chapter 54
57
Chapter 55
58
Chaptee 56
59
Chapter 57
60
Chapter 58
61
Chapter 59
62
Chapter 60
63
Chapter 61
64
Chapter 62
65
Chapter 63
66
Chapter 64
67
Chapter 65
68
Chapter 66
69
Chapter 67
70
Chapter 68
71
Chapter 69
72
Chapter 70
73
Chapter 71
74
Chapter 72
75
Chapter 73
76
Chapter 74
77
Chapter 75
78
Chapter 76
79
Chapter 77
80
Chapter 78
81
Chapter 79
82
Chapter 80
83
Chapter 81
84
Chapter 82
85
Chapter 83
86
Chapter 84
87
Chapter 85
88
Chapter 86
89
Chapter 87
90
Chapter 88
91
Chapter 89
92
Chapter 90
93
Chapter 91
94
Chapter 92
95
Chapter 93
96
Chapter 94
97
Chapter 95
98
Chapter 96
99
Chapter 97
100
Chapter 98
101
Chapter 99
102
Chapter 100
103
Chapter 101
104
Chapter 102
105
Chapter 103
106
Chapter 104
107
Chapter 105
108
Chapter 106
109
Chapter 107
110
Chapter 108
111
Chapter 109
112
Chapter 110
113
Chapter 111
114
Chapter 112
115
Chapter 113
116
Chapter 114
117
Chapter 115
118
Chapter 116
119
Chapter 117
120
Chapter 118
121
Chapter 119
122
Chapter 120
123
Chapter 121
124
Chapter 122
125
Chapter 123
126
Q N A Novel Arindra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!