"Daddy, apa yang Daddy katakan benar, tapi bukan berarti Hans harus lepas tanggungjawab begitu saja Dad. Kita tidak bisa menutup kemungkinan wanita itu dan bayi yang dikandungnya bisa bertahan meski kemungkinan itu kecil. Hans hanya tidak ingin, anak Hans disebut anak haram seperti Daddy memanggilnya karena sesungguhnya kelakuan Hanslah yang haram"
"Lalu apa menurutmu menikahinya adalah jalan terbaik, bagaimana dengan kelaurganya?, kau fikir mereka takkan berbuat ulah"
"Apakah Daddy sudah menemukan identitas Mbak Arindra?"
"Belum Hana, bahkan Daddy belum berfikir sampai sana. Daddy sibuk mengurus perusahaan dan masalah yang ditinggalkan kakakmu"
"Pa, apa yang dikatakan Hans benar, kemungkinan-kemungkinan bisa terjadi meski itu sangat kecil sekalipun tingkat keberhasilannya"
"Baiklah, jika memang kemungkinan anak itu lahir perempuan itu meninggal, lalu bagaimana nasib anak itu. Anak itu tetap harus disembunyikan dan tidak akan menjadi bagian dari keluarga Wijaya, karena jika dipaksakan tetap akan merusak Wijaya group"
"Kenapa tidak bisa Dad, sudah Hans jelaskan sejak awal Hans akan menikahinya. Mengapa dipusingkan dengan status yang jelas-jelas dia bagian dari keluarga Wijaya"
"Mengapa kau tidak paham terhadap apa yang Daddy katakan hah"
Tuan Wijaya mulai kesal dengan putranya itu.
"Kau akan menggumumkan ke publik bahwa wanita itu kau nikahi dengan keadaan koma dan kemudian lahirlah yang kau sebut anakmu itu heh. Kau fikir musuh-musuh Daddy akan percaya begitu saja, bagaimana bisa membuat hami jika wanita itu koma. Kau mau ada pemberitaan seorang putra dari Wijaya group memaksa istrinya intim padahal sedang koma bahkan sampai melahirkan anak. Begitu hah"
"Tapi tetap saja Pa, Mama ingin Hans menikahinya agar cucu mama tidak disebut anak haram dan diakui sebagai cucu dari Wijaya"
"Bagaimana menurutmu Hana"
Hana menghela nafas panjang, dan menatap Daddynya.
"Hana tetap mendukung Kak Hans menikahi Mbak Arindra Dad, apapun resiko yang seperti Daddy bilang"
Tuan Wijaya menarik nafas dan menatap anak-anak dan istrinya. Dia masih tidak rela, putra yang ia banggakan menjadi duda di usia yang relatif muda. Baginya Arindra atau siapapun nama itu tak memberi harapan apapun, namun melihat kebahagiaan istrinya yang sudah lama mengidamkan cucu membuatnya harus memutar otak untuk mendapatkan solusi yang terbaik dari masalah saat ini.
"Baiklah, kalian begitu memiliki keyakinan kuat jika wanita dan bayinya itu harus dipertahankan. Maka dengarkan keputusan Daddy yang wajib kalian patuhi"
Sebelum memulai lagi pembicaraannya, Tuan Wijaya melihat ketiganya.
"Maksud Papa, Papa mengijinkan Hans menikahi Arindra kan?"
Hana dan Hans juga menatap Daddynya, berharap jawaban yang didengar tidak akan mengecewakan mereka.
"Iya, Daddy merestuinya dengan syarat pertama Hans menikahi wanita itu dengan siri dan rahasia karena jika wanita itu terbangun dan menuntut cerai maka dengan mudah menceraikannya tanpa ada proses pengadilan yang mengundang media, jikapun tidak bangun maka tidak akan menjadi masalah.
Ke dua setelah menikahi wanita itu di minggu yang sama kau juga harus menikahi wanita lain secara sah baik agama maupun negara untuk menutupi kemungkinan bayi yang lahir dari wanita itu agar bisa jadi bagian dari keluarga Wijaya. Sehingga orang-orang hanya akan mengira anak itu dari istri yang diketahui oleh mereka, jika pada akhirnya bayi itu tak selamat maka setidaknya Mommymu sudah memiliki menantu dan harapan memiliki cucu juga ada.
Ke tiga, Istri sahmu harus mau merawat dan menjaga wanita itu, hingga batas waktu yang tidak bisa ditentukan, dan mau menutup mulut atas apa segala rahasia di keluarga kita.
Ke empat pengobatan di luar negeri akan menjadi mungkin jika kondisi dan keadaan mendesak, itu syarat dari Daddy dan wajib kalian penuhi terutama untukmu Hans"
"Papa memang hebat, rencana Papa sempurna, Mama senang dan setuju, bagaimana menurut kalian"
"Hans setuju Dad dan bersedia mengikuti syarat yang Daddy ajukan"
Semua mata kini melihat ke Hana, Hana menggangguk tanda setuju. Senyum senang dan kelegaan menghias di wajah mereka.
"Lalu siapa wanita yang mau dinikahi kakak dalam waktu dekat ini, apa Daddy sudah ada kandidatnya?"
"Bagaimana dengan Syara, bagaimanapun dia terlalu banyak tau tentang keluarga kita?"
"Daddy, meski Hana berharap ia yang menjadi ipar tapi apakah pantas wanita sebaik dan seholehah Syara mendapatkan pria brengsek seperti kakak"
"Hei, kakakmu ini memang brengsek tapi tak perlu juga kau sebut. Apa kakakmu yang tampan ini tak pantas bersanding dengan sahabat cupumu itu"
Hans tidak terima mendengar adiknya meremehkannya. Jelas Syara baginya tak sebanding dengannya, penampilannya yang menurutnya sangat cupu telah menularkan ke adiknya sehingga terlihat cupu.
"Eits Syara tidak cupu ya, kakak memang g sebanding dengannya. Dia itu baik luar dalam dan tidak diragukan lagi, sedang kakak hanya menang tampang dan kaya doang, nol akhlaq"
"Heh berani sekali kau mengolok kakak tampanmu ini "
Hans mendekati adiknya dan hendak menjitak kepalanya namun ia segera bangun dan berlari memutari ruangan dan tak jarang bersembunyi di belakang tubuh Daddy untuk meminta perlindungan.
"Dasar gadis manja"
Hans masih berusaha mengejar adiknya itu, meski memakai gamis dan jilbab lebar pada faktanya Hana gesit dalam berlari, meski sudah beberapa menit berlalu Hana belum juga berhasil ditangkapnya. Orang tuanya hanya tertawa melihat tingkah putra-putri mereka, seakan bernostalgia ke zaman di mana mereka masih anak-anak. Ah ya, bagi mereka Hans dan Hana adalah anak-anak yang tak pernah dianggap dewasa.
"Aku bukan gadis manja lagi Kak, aku wanita tangguh"
"Oh ya benarkah, baik kita lihat setangguh apa dirimu adikku sayang"
Hans senyum menyeringai ke wajah adiknya, namun Hana malah tersenyum mengejeknya.
Hans bersiap berlari kembali mengejar adiknya itu, namun kemudian langkahnya terhenti saat Mommy memegang tangannya dan memerintahkan dia duduk dengan tatapan matanya. Akhirnya ia menurut, dan kemudian duduk di samping Mommy dan Hana ikut duduk di samping Daddy.
"Kali ini kau lolos, lain kali kau takkan lolos Hanaira"
Hans berbicara sambil mengatur nafasnya yang habis berlari-lari.
"Heheeee Hana tidak takut tuh, dasar kakak rese"
Ujar Hana tak mau kalah
"Sudah-sudah, kita belum selesai membahas masalah ini, apakah tidak ada kandidat lain selain Syara Pa?"
Mommy menengahi keributan kecil antara ke dua anaknya, memfokuskan kembali pembahasan yang menurutnya belum tuntas.
"Iya Dad, Hana rasa Syara akan menolak kakak. Karena Hana tau seperti apa tipe suami yang diharapkan oleh Syara"
"Hei.. lagi-lagi kau meragukan pesona kakakmu ini hah"
"Asal kakak tau ya, Syara bukan tipe wanita matre dan terpesona dengan ketampanan fisik semata. Baginya fisik bagus hanya bonus, tapi akhlaq baik itu yang utama dan pastinya yang paham dan mampu menjadi imam dalam rumah tangganya. Dan kakak sangat jauh dari tipe Syara"
"Lihat saja nanti, kakak akan membuatnya bertekuk lutut pada kakak"
"Daddy jika menunggu kakak membuat Syara jatuh cinta, sepertinya mustahil Dad. Syara tidak pernah pacaran, bahkan tak pernah bersentuhan dengan laki-laki di luar keluarganya. Daddy yakin masih Syara yang jadi kandidatnya?, apalagi mengingat kandungan Mbak Arindra, keburu lahiran dulu sebelum Kakak berhasil bersanding dengannya. Hana rasa dr Dea cukup bisa menjadi kandidat, jika masalah usia sepertinya hampir sama dengan Mbak Arindra"
"Hei gadis manja, dr Dea cukup tua untuk kakak, lagian mana mau kakak dengan dr Dea yang hidupnya hanya untuk bekerja-bekerja dan bekerja, jika masalah wanita itu kasusnya beda, Daddy Hans tidak mau dengan dr. Dea"
Hans menanggkupkan kedua tangan di dadanya dan menampilkan wajah memelasnya, karena yang keluarganya ketahui dr. Dea memang sangat jobholic, sangking cintanya pada pekerjaan ia sangat jarang pulang dari rumah sakit.
"Iya Mama juga enggak setuju pa, jika dr Dea. Dia wanita penuh ambisi, dan juga terlalu tua untuk putra kita"
Tuan Wijaya yang sedari tadi diam, berfikir cara bagaimana agar Syara bersedia menikah dengan Hans. Bagaimanapun, jika secara normal benar kata Hana gadis itu tak mungkin menerima Hans, dan keluarganya juga pasti menolak. Apakah dia harus menggunakan cara yang lain?.
####
**Alhamdulillah sudah sampai Chapter 8 Guys.
Kira-kira cara apa ya yang dipakai Tuan Wijaya buat membujuk Syara agar bersedia menikah dengan Hans.
Akankah pernikahan itu benar-benar terlaksana??
hemmm patut ditunggu bukan lanjutan kisahnya.
kuylah pantengin terus dan pastikan
Voteeee
Comeneeeeee
and
Likeeeeeeee
plus poin ya heheeeee
yang buanyak deh.
Aku cinta kalian semua lovee loveeee loveeee
Forever 😍😍😁😁😁😁😁🤲🤲🤲**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Tiwi Rahayu
Gimana nih jadinya Arindra. apabila tersadar dari komanya mengetahui fakta dia hamil dan lebih parahnya , orang yang harusnya bertanggung jawab malah menikahi orang lain.
2022-09-19
0
Asih Budiarti
harga diri perempuan gak ada artinya dah di perkosa ,mau di bunuh hamil malah nikah siri ,papanya itu gak lahir dari perempuan x y
2021-06-07
0
Mari ani
komen tak tunda gemes aku sama dady eong hans itulo mau tanggung jawab kok gede in gengsi dan egonya dunia2.....
2021-04-10
0