"Masalah Syara biar Daddy yang tangani, minggu depan persiapkan saja pernikahan Syara dan Hans Mam, lebih cepat lebih baik. Pernikahan Hans dengan wanita itu akan dilaksanakan lebih dulu"
"Papa yakin bisa membujuk Syara secepat itu dan menemukan keluarga wanita itu sekaligus membujuknya"
"Itu jadi urusan Papa Ma, kalian tinggal urus saja apa yang harus dipersiapkan. Ini sudah malam lebih baik kita semua istirahat. Hans, setelah masalah ini selesai Daddy harap kamu bisa kembali fokus pada perusahaan"
"Iya Daddy, terima kasih dan mohon maaf sekali"
Tuan Wijaya menepuk pundak Daddynya itu kemudian memeluknya dan berbisik.
"Besok Daddy tunggu di kantor, dan katakan pada Aldo untuk berhenti mencari keluarga wanita itu, jangan banyak bertanya patuhi saja perintah Daddy"
Hans sebenarnya ingin bertanya rencana apa yang akan Daddy lakukan dengan waktu sesingkat itu untuk mendapatkan persetujuan keluarga Syara dan Syara juga tentunya. Jika mengenai keluarga wanita itu Hans memiliki keyakinan Daddynya sudah mengetahui identitasnya. Namun kemudian dia hanya menganggukkan kepala, memilih untuk patuh karena bagaimanapun ia merasa sangat bersalah telah membuat keluarganya menghadapi masalah karena dirinya.
Tuan Wijaya dan istrinya beranjak meninggalkan ruangan, begitu juga Hana dan Hans menuju kamar masing-masing. Tak hanya Hans yang bertanya-tanya tentang bagaimana caranya Tuan Wijaya bisa membujuk keluarga Syara dan kesedian Syara untuk menikah dengan kakaknya.
Hana jelas sangat senang jika sahabatnya itu menjadi bagian dari keluarganya, artinya do'a-do'a yang ia panjatkan dikabulkan. Namun, dia tak bisa membayangkan reaksi Syara jika tahu orang yang akan dijodohkan dengannya adalah pemerkosa dan hampir membunuh orang yang sama, pasien rahasia yang mereka rawat selama ini.
Hana mengambil ponselnya, mencoba menghubungi Syara yang berada di rumah sakit.
"Assalamualaikum Ra"
"Walaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh Han, belum tidur"
"Belum, kamu lagi di ruangan Mbak Arindra?"
"Iya, kenapa Han ada sesuatu?"
"Di mana dr Dea, bukannya dia yang harusnya jaga"
"Oh dr Dea tadi jaga saat siang sampai magrib, soalnya malem ini dia ada perlu katanya. Jadinya aku yang jaga Mbak Arindra malam ini"
"Oh begitu, o ya Ra, kamu sudah ada calon suami atau sudah dijodohkan oleh ortu mungkin"
Syara di sebrang sana terdengar terkekeh mendengar pertanyaan dari sahabatnya itu. Entah keberapa kalinya Hana menanyakan pertanyaan yang sama, dan hanya dijawab candaan saja olehnya.
"Aku serius Syara"
Hana kesal karena lagi-lagi dia hanya diberi jawabn senyuman ataupun candaan.
"Kalau udah kenapa, kalau belum kenapa"
"Ya Allah nih anak ya, selalu begitu tuh jawabannya bikin kesel. Enggak bisa apa ya sekali aja serius ditanya masalah ini"
"Heeheeee, duh yang ngebet banget mau jadiin aku kakak ipar, gemes deh"
"Serius Ra, udah punya belum"
"Masih proses Han, doakan saja"
"Jadi udah ada nih, beneran"
"Masih proses Han, kan belum tentu juga sebelum ada akad kan belum bisa dikatakan jodoh"
"Proses khitbah atau taaruf ini?"
"Duh yang penasaran banget ini, sahabat siapa sih"
"Ra, aku bener-bener serius ini, tolonglah"
"Deile yang sensi hehee, alhamdulillah Han besok acaranya, makanya besok aku ijin balik dulu"
"Acara khitbah apa ta'aruf?"
"Maaf Han enggak cerita, sebenarnya taarufnya sudah sebulan lalu, Insyaa Allah besok khitbahnya"
"Masya Allah Ra, kenapa berita sebesar itu enggak ngasih kabar ke aku. Kamu anggap apa aku ini hemm"
"Kamu lupa, kalo taaruf mah masih jadi rahasia buat jaga Izzah. Makanya aku belum bilang, kalo sudah mau khitbah barulah bilang. Tadi pagi sebenarnya mau bilang, tapi melihat kondisinya seperti belum memungkinkan makanya aku tunda. Eh malah malem-malem gini kamu telpon dan bertanya, apalah dayaku ini yang tak lagi bisa menghindar?"
Hana terdengar menarik nafas panjang dan berat, ia bingung bagaimana menyampaikan ke orang tuanya dan kakaknya Hans jika Syara sydah memiliki calon.
"Kita akan tetap bersahabat Han, meskipun kemungkinan LDR heehee"
Syara tau Hana pasti kecewa, karena dia berkali-kali mengungkapkan agar Syara bersedia bertaaruf dengan kakaknya namun selalu ia tolak. Bagi Syara, keluarga Tuan Wijaya adalah keluarga dengan status sosial tinggi, ia bahkan menjadi dr karena bantuan keluarga Wijaya. Dan pondok pesantren yang dikelola Abinya semua dana awalnya dari keluarga Wijaya.
Syara hanya sadar diri akan status sosialnya yang tak sepadan. Dan Hans bukan juga tipe laki-laki yang diharapkan untuk bisa bersanding dengannya, meski dia ramah, dan bukan seperti pria kaya kebanyakan tapi secara pemahaman agama, keluarga Wijaya termasuk yang masih pemula.
Syara hanya ingin mendapatkan suami, yang mampu membimbingnya menjadi wanita sholehah dan bersama-sama belajar meraih jannahNYA.
"Ra, besok acaranya jam berapa?"
Pada akhirnya Hana percaya takdir, jodoh, rezeki, maut hanya Allah yang tau. Jika memang Syara jodoh kakaknya, meski apapun halangannya akan ada waktu yang tepat mereka bisa bersama. Namun jika tidak, sekuat apapun Daddy akan menikahkan Syara dengan Kak Hans, maka mereka takkan pernah disatukan.
Syara yang mendengar suara lemah sahabatnya itu juga tak enak hati. Tapi bagaimanapun hal seperti ini akan terjadi. Manusia hanya perencana dan berusaha baik dalam doa maupun kerja lainnya. Allahlah yang menentukan segalanya
"Jam sepuluhan agaknya Han, soalnya agaknya"
"Ya udah semoga sukses acaranya Ra, Insyaa Allah aku dateng besok"
"Syukron Han, aku tunggu lho kedatangannya, ya udah kamu istirahat sana gih besok dandan yang cantik, biar nanti ku bilang sama Abi buat nyariin calon untukmu"
"enggak kebalik, yang mau jadi pengantin siapa yang nyuruh dandan cantik siapa ihh"
"Hehee, semoga kau juga segera menyusul ya Han"
"Iya aamiin ya robbal alamin, Insyaa allah ketemu lagi besok di rumah. Aku mau tidur dulu, assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh"
"Walaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh, Insyaa allah Han met istirahat"
Di ruangan lainnya
Tuan Wijaya sedang berbicara dengan tangan kananya.
"Pastikan keluarganya tau Hans yang menabrak dan tak menuntut apa-apa paham. Dan bilang pada mereka Hans putraku akan menikahi putrinya. Berikan uang yang cukup untuk menutup mulut mereka, dan satu lagi siapkan dokumen-dokumen kematian dan segala sesuatunya paham"
"Baik Tuan, tapi bagaimana dengan mayat penganti Tuan, apakah kita harus merubah wajahnya dulu atau bagaimana?"
"Kau ini bodoh apa bagaimana, aku membayarmu mahal bukan untuk bertindak bodoh. Atur tentang mayat itu dengan dr. Dea, pastikan semua rapi dan tidak tercium oleh musuh-musuhku paham"
"Baik Tuan, ada lagi tuan?"
"Siapkan penerbangan Syara dan Hana ke negara A untuk tiket dua hari kedepan, dan biarkan biarkan mereka disana untuk dua hari"
"Baik Tuan"
Tuan Wijaya bergerak cepat, ia tidak ingin masalah ini berlarut-larut. Semua rencananya harus sempurna fikirnya.
"Tinggal keluarga Syara, hemm haruskan aku bertindak sejauh ini" Gumamnya sendiri.
#########
**Alhamdulillah selesai chapter 9
Kira-kira apa ya yang direncanakan Tuan Wijaya pada keluarga Arindra dan Syara???
Hemmmmm patut ditunggu nih kelanjutan Upnya guys...kuylah kalo suka tak boleh lupa
jejak-jejakmu yang kusuka
votee, likeeee, comeneee follow and poineeee
makasih
❤❤❤❤❤😍😍😍😍
Love-love deh buat kalian semua**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Dwi Puspa Rini
bapak nya Hana egois amat ya Thor 😤😤😤
2021-02-18
2
Ferly Ina
10 like meluncur thor
2021-01-10
1
Arya Al-Qomari@AJK
duh thorrrr arindra n syara sama2 jadi korban walaupun beda kasus
2021-01-08
1