Hana berjalan gontai ke arah rumah sakit, mata bengkaknya tak mampu ia tutupi. Momy pergi tanpa tau kemana, Kak Hans entah di mana pria itu. Hana masih marah, kesal dan kecewa menjadi satu sehingga saat ini ia menghindari Hans.
Ia melihat keruangan itu, di balik kaca pintu, ada Syara di sana yang masih setia menunggu Mbak Arindra. Dari jauh, wajah Mbak Arindra masih sama seperti kemarin, masih dalam kesetiaan dengan tidur panjangnya. Tak terasa air matanya kembali bergulir,
"Maafkan kami Mbak, maafkan kak Hans. Aku janji pada diriku akan selalu ada untukmu Mbak apapun keadaanmu"
Hana bergumam dan isak, ia ingin membelai wajah pucat dan tirus itu. Wajah bengkaknya sudah tak lagi nampak, hanya luka jahitan di kepala yang masih terlihat. Arindra tak memiliki rambut, ia terpaksa di botak untuk proses operasi di kepalanya.
Syara melihat jam, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, ia hendak beranjak menghubungi dr. Dea karena ia ingin bersih-bersih setelah membersihkan tubuh Mbak Arindra.
"Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan...."
Belum selesai operator berbicara, Syara mematikan ponselnya. Ia melangkah membuka pintu, namun alangkah terkejutnya saat melihat sahabatnya duduk menangkup wajah dengan isak tangis. Syara yang terkejut sontak langsung beristiqfar.
" اَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ"
"Ra...."
Hana langsung memeluk sahabatnya itu dengan erat. Keheningan tercipta, hanya suara isak tangis yang terdengar. Baik Syara maupun Hana tak ada yang memulai pembicaraan. Syara hanya sedang menunggu, menunggu sahabatnya ini bercerita dengan sendirinya.
Setelah isak tangis Hana mereda, barulah Syara melonggarkan pelukannya dan mengajaknya masuk ke ruangan rawat Arindra.
"Ya Allah Han, sampai bengkak begini mata. Aku ambil air hangat dulu ya buat kompres"
Syara mengusap sisa-sisa air mata di wajah gadis itu, setelah di rasa cukup ia hendak bangkit untuk ke toilet mengambil air hangat. Namun tangannya di tahan oleh Hana, sehingga ia duduk kembali di sampingnya. Hana beranjak duduk di samping ranjang untuk melihat wajah Arindra. Ia memengang tangan pasiennya itu, bulir-bulir bening kembali mengalir. Syara menghampiri sahabatnya itu, memegang ke dua pundaknya dan memutar tubuhnya untuk menghadapnya.
"Kamu masih punya aku Han, jika memang beban di pundakmu ini tak sanggup kau pikul, maka berbagilah denganku. Aku selalu siap untuk menjadi tempat untuk kau berkeluh kesah dan selalu akan mendukung membantumu"
"Ra..."
"iya"
"Panggilkan dr Obgyn, aku ingin tau Mbak Arindra hamil sudah berapa minggu, dan pastikan ia orang yang bisa dipercaya Ra. Aku nggak mau informasi mengenai pasien ini banyak yang tau"
"Insya Allah, aku akan usahakan siang ini Mbak Arindra di periksa. Aku akan menemanimu"
"Kamu istirahat aja, kamu pasti lelah sudah full kemarin"
"Aku di sini juga enggak ngap-ngapain Han, aku juga istirahat kok nungguin eeh malah ketiduran di sofa. Alhamdulillah ga ada apa-apa, dan perkembangannya masih sama kayak kemarin, hanya luka-luka lebam sudah menghilang"
"Apa dia tak mau bangun ya Ra, apa dia sudah menyerah?"
"Syuuuut, kita usahakan yang terbaik, kita harus memberikan dia semangat agar dia bisa segera sadar"
"Aku takut Ra, saat dia bangun, takut ia tak bisa menerima kenyataan yang ada, takut depresi, takut cacat, ada indikasi kerusakan mata bukan, takut ia buta, takut ia ingat apa yang telah terjadi pada dirinya. Aku berharap dia sembuh Ra, tapi di sisi lain aku juga ketakutan. Sungguh sangat malang nasip Mbak Arindra Ra..."
Tubuh Hana bergetar apa yang diucapkannya berpengaruh pada tubuhnya, wajah cantik itu memucat, Syara belum memahami apa yang membuat sahabatnya ini seperti ini, apakah ada kaitannya dengan Arindra, sungguh Syara selalu berusaha menepis semua buruk sangka yang selalu menghampirinya.
"Hana... Aku tak tau apa masalah yang menimpa keluargamu, pun dengan Mbak Arindra yang berada dikondisi seperti ini. Apa yang terjadi pada Mbak Arindra ataupun keluargamu meski kau ingat ini tidak ada satu pun di dunia ini yang terjadi secara kebetulan.
Kau tau surat ar-Ra'd ayat 2
"Allah mengatur urusan (makhluk-Nya)"
Dalam surat Al- An'aam ayat 59 juga berkata
" dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula)...."
Dialah Allah Yang menciptakan dan mengatur semua peristiwa, bagaimana mereka berawal dan berakhir, ini adalah sebuah ketetapan yang Allah karuniakan pada Mbak Arindra, ia tidak bisa menghindari, memaju ataupun memundurkannya.
Apa yang akan terjadi di masa depan, biarlah terjadi di masa depan, ada Allah yang sangat setia mendengar lantunan do'a-do'a kita. Apa yang harus kita lakukan hari ini, maka lakukan yang terbaik hari ini. Karena sesungguhnya hari inilah kita masih diberi anugrah hidup, nikmatnya menghirup udara tanpa kesusahan, untuk esok kita hanya sebagai perencana, hanya perencana.
Apa yang terjadi pada Mbak Arindra, apapun keadaannya saat ini semoga menjadi berkah baginya di masa yang akan datang ketika Rasulullah Saw sakit menjelang wafatnya, beliau bersabda … Tidaklah seorang muslim ditimpa suatu rasa sakit dengan duri atau apa saja, kecuali Allah menggugurkan dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya.”(HR Bukhari).
Menjadi penggugur dosa-dosa dari Mbak Arindra, dan kita juga bisa belajar dari keajaiban-kejaiban yang Allah sampaikan di hadapan kita lewat Mbak Arindra "
"Ra, apa yang kamu bilang benar adanya, namun aku berfikir jika aku berada di posisinya betapa hancur perasaannya, betapa terlukanya dia fisik dan psikisnya bahkan aku sendiri tak sanggup membayangkannya"
"Hanaira..., yakinlah Mbak Arindra adalah hamba pilihan. Allah telah memilihnya karena Allah tau ia sanggup untuk menanggungnya. Tidak ada suatu musibah yang menimpa seseorang tanpa kecuali dengan ijin Allah, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, tertuang dalam surat At Taqhabun 11-13, aku yakin Mbak Arindra bisa melewati ini semua, selama ia masih dalam pengawasan kita, insyaa allah kita berusaha memberikan dukungan untuk kesembuhannya"
"Syukron Ra, aku bersyukur dipertemukan Allah denganmu, dan berdoa semoga kaulah yang menjadi kakak iparku"
"Apa-apa aku enggak denger tadi barusan, coba ulangi, soo sexy"
Syara berjalan seorang model namun pada akhirnya dia terpeleset karena sendalnya sedikit tinggi.
"Oops maaf-maaf, kamu selalu bisa membuatku tertawa Ra"
"Kau semakin cantik dan bersinar jika tertawa seperti ini"
Hana dan Syara kembali berpelukan,
"Thanks ya Ra, kayaknya aku nggak bakal sanggup deh kalo kamu pergi jauh"
"Cee ceeee bahagianya aku, kau bukan bucinku ya hehee, ingat itu"
"Siapa yang mau jadi bucinmu, iiihhhh ngeri "
"Hahahaa, Kau ini, ya sudah aku mau mandi dan sarapan, akan kupesankan sekalian nanti kubawa ke sini. Oh ya dont forget dr obqyn di hubungi, soalnya aku penasaran sudah berapa minggu calon ponakanku itu hehee"
"Iya Ra, siap dokter ustadzah"
"Kalau ada apa-apa, langsung hubungi aku aja insyaa allah siap sedia, ya udah aku pergi dulu Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh"
"Insyaa allah Walaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh"
####
**Alhamdulillah chapter 5 kelar juga,
hemmmm bagaimana-bagaimana......
makin suka atauuuuu?????
apapun itu sooooo
selalu aku tunggu...like, comen-comen and vooooteeeeenya
yang buanyak ya 😆😆😁🤲🤲🤲**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
silviaanugrah
haii thor, 5 like buat karyamu.
semangat up dan smg karyanya sukses.
aku tunggu feedback nya dicerita ku ya 😍❤
2021-01-09
1
Queeni
Aku sudah bintang lima. baru lima like.. besok aku mampir lagi.. 😉
2020-12-15
1
umi_abangzie
suka makin penasaran
2020-12-15
1