Hana mengusap air matanya, ia terdiam bingung apa yang harus dilakukannya kini. Seakan masih tak percaya jika kakaknya adalah seorang pemerkosa. Syok untuk ke dua kalinya di hari yang sama. Saat Syara menyatakan Mbak Arindra hamil dalam keadaan koma, kasus yang sangat langka ini tengah terjadi di hadapannya. Lebih syok lagi saat tahu, anak yang dikandung Mbak Arindra adalah keponakannya, anak buah hasil perkosaan kakak yang sempurna di matanya. Entah kejutan apalagi yang akan terjadi, Hana mengusap wajahnya kasar, mengucap istiqfar berulang kali dari bibirnya.
"Kak"
Panggilnya dan kembali memeluk kakaknya, ia masih penasaran cerita kakaknya hingga sampai menjadi peristiwa ini. Diusap-usapnya rambut kakaknya.
"Kakak taukan, Hana mencintai kakak, kagum sama kakak, sayang sama kakak, Hana selalu menganggap kakak adalah malaikatnya Hana. Apa alasan kakak melakukannya?, apakah kakak tidak sadar saat melakukannya hemm"
Hana berbicara selembut mungkin, meski hatinya hancur dan sakit. Dalam hatinya yakin bahwa kakaknya pasti tidak sadar, dijebak atau apapun yang memungkinkan kakaknya tidak bersalah.
"Kakak sadar Hana, sangat sadar saat melakukannya. Bahkan ketika ia menjerit kesakitan saat kakak tampar dan paksa pun kakak sadar Hana. Kakak emosi saat itu, Ceanna ada di hotel yang sama tapi dia mengkhianati kakak melakukan intim dengan pria lain. Padahal selama ini kakak sangat menjaganya, berharap bersanding dengannya di bulan ini namun kenyataan ini membuat kakak kalut, bingung. Hanya amarah yang ada di hati kakak, namun tak bisa kakak lampiaskan padanya. Kakak hanya mampu menahan emosi saat itu, namun ketika kakak meninggalkan kamar itu, di lorong hotel tak sengaja wanita itu menumpahkan kopi yang dibawanya di baju kakak. Emosi kakak makin menjadi, wanita itu jadi pelampiasannya Hana. Kakak menyeretnya dan melihat acces card dan ....."
Hans terdiam mengingat prilakunya yang brutal, menumpahkan kemarahannya pada wanita yang tak bersalah sama sekali. Hans benar-benar menyesal.
"Kakak menyesal Hana, sangat menyesal. Kakak salah, kakak salah"
"Kakak melakukannya dengan brutal?"
Hans mengangguk, hancur sudah hati Hana. Seketika ia melepaskan pelukan sang kakak, marah, ia ingin marah pada kakaknya bagaimana tidak saat ia memeriksa Mbak Arindra ditemukan ditubuhnya banyak bekas luka kekerasan, biru-biru dan bengkak. Sebagai wanita apalagi seorang dokter kejiwaan sepertinya jelas itu hal yang sangat tidak bisa diterima, belum sembuh luka kekerasan Mbak Arindra mendapatkan luka-luka akibat kecelakaan membuat psikis dan fisiknya kritis, kematian otak akibat kecelakaan yang membuatnya koma, entah membuatnya kapan akan terbangun. Dan jika terbangun, apakah dia bisa menerimanya akankah ia menjadi pasiennya yang harus di rawat di rumah sakit jiwa. Lalu bagaimana keluarganya, apakah akan menerimanya, nasib anak yang dikandungnya aahhh Hana meremas jilbab di kepalanya sendiri.
Hans mencoba menggapai adiknya yang mulai menjauh darinya, namun tangannya dihempaskan begitu saja.
"Han, jangan membenci kakak"
"Aku wanita kak, adikmu, momy wanita kak, kenapa kakak tega melakukan itu. Sungguh jika dia bukan perempuan luar biasa saat terbangun nanti apakah dia akan bisa menerima semua ini ataukah menjadi gila. Kenapa kakak tega sekali melakukan hal brengsek seperti ini kak"
"Kakak salah Hana, kakak siap bertanggungjawab. Tolong jangan benci kakak, momy mendiamkan kakak, daddy juga sama. Kakak tau kakak brengsek, kakak mohon maafkan sekali ini"
"Kak, wanita itu hamil kak"
"Kakak akan menikahinya"
"Dia koma Kak"
"Kakak tidak peduli, apapun keadaannya kakak akan tetap menikahinya"
"Siapa yang menabrak Mbak Arindra?"
Hans pasrah jika memang harus dibenci oleh keluarganya, ia memang salah sangat salah. Ia menatap adiknya meski masih bicara lembut namun sorot matanya memancarkan kemarahan dan kekecewaan yang teramat sangat. Dan Ia harus menambah kekecewaan lagi, saat fakta yang terjadi bahwa dirinyalah penyebab semua ini.
"Jawab kak, apakah kakak juga yang menabraknya berharap ia mati"
"Kakak kalut Hana, kakak kalut saat itu. Setelah sadar akan apa yang kakak perbuat, kakak mencari wanita itu dengan menyetir sendiri. Wanita itu pergi tanpa bicara apa-apa, bahkan ia memakai pakaian yang buruk. Ia juga pasti syok dan kalut hingga ia keluar kamar dan berjalan keluar hotel tanpa menoleh kanan dan kiri. Saat di jalan raya, kakak juga mengebut sambil lihat kanan kiri namun sungguh hal tak terduga malah kakak menabraknya. Sungguh kakak tak ada niat ingin menabraknya apalagi membunuhnyakakak mencarinya untuk meminta maaf. Sungguh Hana, kakak tidak bohong"
Tubuh Hana menjadi kaku, tak bergerak sedikitpun dari sofa di kamar itu. Sorot matanya hanya memandang ke satu titik, yang tak lain adalah tubuh kakaknya. Tubuh sang kakak, dengan wajah tertunduk. Remuk redam tak berbentuk rasa hatinya kini. Tak terbayang lagi sesakit apa Mbak Arindra alami, Hana bergidik ngeri membayangkan posisinya jika berada pada kondisi Mbak Arindra.
Apakah orang tuanya tau, namun menutupi semuanya. Apa yang sekarang dilakukan Daddynya, kakak bukan mengurung diri namun di kurung di rumah ini. Daddy pasti melakukan itu, Hana tertunduk dan melangkah pergi meninggalkan kamar kakaknya. Hans hanya berani memandang kepergian adiknya itu hingga hilang di balik pintu.
Hana menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang, menyembunyikan wajahnya dengan bantal. Apa yang dialami keluarganya saat ini, menghempaskan kenyataan bahwa keluarganya bukan keluarga yang selalu dibangga-banggakannya. Brengsek, itulah kata yang kini keluar dari bibirnya. Kata kasar yang sudah beberapa tahun ini tak pernah keluar dari bibir cantiknya.
Semenjak mengenal Syara dan Syara mengenalkan padanya tentang Islam, Hana tak lagi menjadi pribadi kasar yang selalu marah saat orang tuanya sibuk karena pekerjaan. Ia menjadi pribadi lembut, ceria dan hangat dan selalu belajar memahami orang tuanya yang sering tak di rumah. Namun Mom dan Daddynya selalu membuatnya bahagia jika akhir pekan, karena mereka akan menghabiskan waktu bersama dengan bermain ataupun berwisata bersama. Hingga ia selalu berfikir, ia hidup di keluarga yang sangat beruntung. Kasih sayang, perhatian, gelimang harta adalah bagian sempurna keluarganya, ditambah keberadaan sang kakak dengan segala sikapnya yang menyenangkan menambah kesempurnaan keluarganya.
Namun kesempurnaan itu nyatanya hanya sebuah kata keniscayaan. Dadanya sesak, peristiwa ini memberikan hantaman pada dirinya bahwa keluarganya bukan keluarga sempurna.
"Ya Robbku, apa yang sebenarnya yang Engkau rencanakan di keluargaku. Mengapa semenyakitkan ini, hambaMu ini sangat kecewa Ya Robb kecewa mengapa kakak yang sangat hamba kagumi berbuat hina seperti itu. Apa salah wanita itu Robb, sehingga ia menanggung penghinaan ini?, Robbku, sungguh hambaMu ini tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi nanti. Bagaimana jika wanita sadar?, bagaimana bayinya, bagaimana Robbku, bagaimana?"
Hana menumpahkan keluh kesahnya di atas pembaringan, isak tangisnya kini terdengar lagi. Sampai ia lelah dengan tangisnya, hingga tertidur tanpa makan dan ganti baju sesuai permintaan momynya.
#**Up-up mumpung ada ide, mumpung ada waktu and semangat yuks lanjut....
makin seru guys,
langsung aja vote...vote...vote...vote.
vote.... and komen....komen....komen....
yang buanyak ya .....
siiiip dah makasih love-love muachhhhhj😍😆😆😆🤲❤❤**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Tiwi Rahayu
sediih banget Hana mengetahui kakak yang sangat disayangi dan dikagumi sanggup melakukan pemerkosaan dan yang hadir penyebab sikorban menjadi celaka 😭😭😭
2022-09-19
0
Mari ani
bagus ceritanya
m...bisa begadang sampai subuh ni
2021-04-10
1
Ferly Ina
lanjuut thor
2021-01-10
1