ARINDRA
"Bagaimana keadaannya sayang"
Gadis cantik berjilbab panjang itu menghela nafas berat, matanya tak lepas dari sosok wanita yang terbaring koma sejak dua minggu yang lalu. Lewat kaca pintu rumah sakit, dr. Hana yang juga putri pemilik rumah sakit ini bertanggungjawab penuh atas wanita itu. Di dalam ruangan ICU rumah sakit, terlihat monitor, ventilator, kateter, infus, selang makanan terhubung dengan seorang pasien yang bernama Syabila Arindra.
"Belum ada perkembangan berarti mom, ia masih sama seperti saat dibawa ke rumah sakit ini, bagaimana keadaan kakak?"
"Masih sama, mengurung diri dikamar, pulanglah bujuklah kakakmu. Agar ia bisa bangkit kembali seperti dulu"
Wanita itu memandang wajah sang putri, membelai pipinya dan mencium keningnya, Hana memeluk momynya dengan erat.
"Apakah belum ada kabar tentang keluarganya mom?"
Momy menggeleng,
"Kasihan sekali keluarganya Mom, pasti mereka mencarinya"
"Kita tidak lari dari tanggungjawab sayang, sekarang fokus kita adalah membangkitkan semangat kakakmu, dia sangat terpukul saat ini"
"Hana Insyaa Allah akan pulang mom dan bicara pada kakak"
"Dadymu sangat sibuk sehingga tak bisa bicara dengan kakakmu, gosip juga belum reda sehingga membuat perusahaan sedikit goyah"
"Hana mengerti Mom"
"Ya sudah mom pulang dulu, kalo ada apa-apa beri tahu Mom, jaga kesehatan sayang jangan lupa makan"
Gadis itu mengangguk melepaskan pelukan sang Momy, mengiringnya berjalan menuju loby rumah sakit. Pak sopir segera membukakan pintu, dan wanita paruh baya itu segera masuk.
"Fii Amanilah mom"
Hana melambaikan tanggannya ke arah wanita yang sangat disayanginya itu. Sudah dua minggu ini Hana tak pernah pulang ke rumahnya, dia menginap di rumah sakit untuk mengawasi pasien khususnya Syabila Arindra. Entah siapa nama asli wanita itu, namun kemudian ia menamakan wanita itu dengan Syabila Arindra.
Ia setia duduk dan bercerita pada Arindra, mengaji untuk memberi rangsangan pada wanita itu. Namun keadaannya masih sama, Arindra datang dengan kondisi mengenaskan yang dibawa oleh kakaknya Hans. Darah mengalir deras di kepala, tulang kaki retak, sehingga harus dipasang gips. Beberapa dokter menyerah dengan keadaannya, dan sebelum Hana menanganinya dokter sudah menyatakan hanya keajaiban yang bisa membuat Arindra masih bernafas. Memang ada keajaiban, dua minggu ini ia masih bernafas meski harus dibantu oleh peralatan medis yang lengkap.
"Tok-tok"
Hana menoleh ke arah pintu, muncul sahabat setianya yang membantu merawat Arindra.
"Kau selalu di sini, sudah makan?"
Hana menggeleng, wanita itu tersenyum.
"Kebiasaan deh, bagaimana mau jagain kali yang jagain aja g bisa jaga diri hemm"
Syara nama wanita cantik yang juga berjilbab itu menyerahkan kotak makanan pada sahabatnya.
"Makasih ya, kamu selalu tau apa yang aku butuhkan hehee"
Ucap Hana memulai makannya setelah membaca bismillah.
Syara menatap wajah Hana, memandangnya lama dan menghela nafas berat. Melihat sahabatnya yang ceria dan suka tersenyum itu, sedang mengunyah makanan dengan nikmat.
Hana menoel pipi Syara, membuat gadis itu tersentak kaget.
"Kamu pandangin aku segitunya, kamu jatuh cinta padaku berabe lho, aku nggak mau lho jadi bagian dari kaum yang di dakwahin Nabi Luth"
Hana tersenyum melihat sahabatnya itu yang menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Makananmu g habis kalo cuma dipengang doang"
lanjut Hana melihat makanan di tangan Syara hanya berkurang sedikit.
"Han, ada yang aku bicarakan padamu"
"Serius amat wajahnya, ngomong aja kali bu kayak ama siapa aja, kamu ada yang lamar hemm"
"Aamiin Ya Allah, mohon doanya ya dr Hana yang cantik dan sholehah, maunya kalau itu hehee"
Syara menganggkat ke dua tangan dan mengusapkan ke wajahnya.
"Emang udah ada calon?"
"Ada"
Hana terkejut
"Beneran"
Syara mengangguk
"Masya Allah saudari cantikku ini bentar lagi jadi pengantin, siapa ikhwan yang beruntung itu, orang mana, kenalan dari siapa, kapan taarufnya kok g bilang-bilang"
Hana memeluk sahabatnya itu dengan bahagia mendengar sahabat terbaiknya akan segera menikah.
Syara hanya terkekeh melihat tingkah sahabatnya itu, dan melepaskan pelukannya berjalan ke arah pintu ruangan, sebelum ditutup pintunya ia menoleh lagi pada Hana.
"Jodohnya sudah disediakan sama Allah, tapi hilalnya belum kelihatan"
Hana mencerna kalimat yang barusan di ucapkan sahabatnya itu, dan kemudian berlari ke arah pintu dan melihat sahabatnya berjalan mundur sambil tertawa.
"Kamu mengerjaiku"
Syara mengangguk dan melambaikan tangannya, pergi menelusuri lorong rumah sakit itu menuju ruangannya, di tengah jalan ia bertemu dengan dr. Dea. Wanita paruh baya itu juga sesekali membantu memeriksa Arindra jika Syara dan Hana sedang makan, sholat, bergantian istirahat atau berhalangan namun Hanalah yang tetap menjadi dokter utamanya.
"Siang dokter Dea"
Syara menyapa dokter itu yang sedang memeriksa dokumen riwayat pasien yang ditanganinya.
"Siang dokter Syara, oh ya sudah bertemu dengan dokter Hana?"
Syara mengangguk dan menghela nafasnya berat.
"Belum memberitahunya ya?"
Lanjutnya melihat ekspresi Syara yang tertunduk.
"Saya mengerti, tapi kondisinya harus segera diberitahukan, kita tidak tau keluarga pasien itu, yang kita tahu keluarga dr. Hanalah yang bertanggungjawab. Setidaknya untuk memastikan benar atau tidak kabar ini, pasien lebih baik segera diperiksa oleh dr obgyn, dan itu kewenangan dr Hana, semakin lama kita memberitahunya maka ini akan bergantung pada keselamatan pasien"
Tuturnya lagi dengan lembut dan dibalas anggukan oleh Syara.
"Insyaa allah akan segera saya sampaikan ke dokter Hana, dok"
"Ya sudah kalau begitu saya permisi dulu"
"Ia dokter"
dr Dea melangkah pergi melanjutkan perjalanannya, sedang Syara masih berkutat dengan fikirannya sebelum akhirnya memutuskan kembali ke ruangannya.
Ia kembali memeriksa data pasien yang bernama Syabila Arindra.
"Nama saja diberikan oleh Hana, kenapa keluarga Hana belum bisa menemukan keluarga wanita itu, mustahil dengan kekuasaan dan kewenangan mereka tak sulit menemukan identitas wanita itu"
Syara bergumam sendiri, dilihatnya foto wajah Arindra.
"Dilihat dari wajahnya wanita ini seperti sudah bersuami, namun saat diperiksa dulu ada luka robek bagian *********** masih baru seperti korban pemerkosaan. Wanita ini wanita baik-baik dilihat dari cara berpakaian pun ia berhijab Syar'i, memakai kaos kaki, handsock lalu siapa pemerkosanya, siapa penabraknya. Wajahnya sudah berumur, harys di mana aku mencari keluarganya. Ya Allah alangkah malangnya wanita ini, jika ia bersuami dan memiliki anak maka pasti mereka kalang kabut mencarinya, jika pun belum menikah sanak keluarganya pasti kehilangan. Ya Robbku, berikanlah jalan terbaik baik Mbak Arindra, pertemukanlah dengan keluarganya dan beri kesembuhan seperti sedia kala jika memang itu terbaik baginya, namun jika sebaliknya hamba yakin Ya Robb, Engkau Maha Perencana yang terbaik"
Syara menangkupkan ke dua tangannya pada wajahnya, lelah sudah pasti dirasakannya. Sekarang adalah waktunya ia istirahat setelah tengah malam ia berjaga hingga siang di ruang rawat Arindra. Ya, Syabila Arindra itu pasien istimewa, setiap hari ditemani dokter Hana atau Syara, bergantian selama dua minggu ini. Inilah perintah dari pemilik langsung rumah sakit ini, yang tak lain dan tak bukan adalah orang tua Hana.
S****o Pembaca yang budiman🤗
**Siapa ya kira-kira yang merkosa and nambrak arindra. Penasaran kannnnn???
Komen,Vote dan Kata-katanya ya frend-frend hehee ditunggu. love you muachhhh muachhh deh.
#Kalo masih banyak typo mohon maafkeun soalnya baru belajar**#
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Dedeh Hasanah
xxc5
2022-04-04
0
Dedeh Hasanah
,99,,999c, 9,
2022-04-04
0
Ari♈Aries
👍👍👍👍👍
2021-09-11
0