JODOH SANG KYAI
Pertikaian terlihat dari jauh, Bunyai hanya melihati apa yang sedang santrinya lakukan dan apa alasan seorang gadis lemah itu di bully.
"Bu, saya izin melerai, maaf buat njenengan (anda) tak nyaman," ucap seorang hadam¹ perempuan itu.
"Jangan dan nikmati saja, jika Allah ingin persaudaraan dari mereka terus terjalin maka akan datang seseorang padanya. Jangan karna kau hadamku dan aku Bunyai di pondok pesantren maka itu bisa jadi alasan buat kamu ikut campur urusan orang lain," tegas Bunyai tersebut.
"Njeh bu," jawab mbak hadam dengan mimik wajah bersalah. Lima menit kemudian datanglah seorang gadis lain menghampiri beberapa teman sebayanya.
"Hei, kau tau? Selama seorang hamba menganggap pada makhluk ada orang yang lebih buruk dari nya,maka ia termasuk orang yg sombong," ucap seorang gadis dengan dandanan yang acak acakan tersebut sembari menenteng tas perempuan yang tersungkur karena di dorong oleh sekelompok temannya.
"Tugasku selesai, ayo mbak pulang," ucap Bunyai dengan menyeruput teh yang hadamnya sediakan, beliau pergi meninggalkan tempat setelah melihat gadis yang melerai pertengkaran para santrinya.
...***...
"Umi habis dari mana?." Tanya seorang lelaki paruh baya dengan meletakkan kopi yang habis ia sruput dan terus memilin butiran butiran kayu yang sudah licin tersebut, lelaki tersebut tersenyum melihat wanitanya datang setelah berkeliling pesantren.
"Bagaimana? Sudah lega?." Tanya laki laki tersebut dengan memeluk sang istri bak orang yang baru pertama kali kasmaran.
"Abah, umi pernah bilang kalau umi ingin abah menikah lagi kan? Umi sudah menemukan wanita yang tepat," ucap sang istri dengan senyuman manis bahagianya. Sang suami bingung dengan sikap istrinya, ia telah menyetujui apa yang selalu istri pertamanya pinta, namun baginya kali ini sang istri sangat kelewatan.
"Umi, abi sudah memiliki tiga istri, abi mempunyai dua putri dari umi dan juga satu putra dari Nyai Fatma? Bagaimana umi bisa mencarikan abi istri lagi jika bagi abi umi saja sudah cukup," ucap sang suami marah dengan nada sedikit membentak, namun sang istri menghadapi amarah suaminya dengan tenang.
"Ini pilihan umi, bantu dia. Mungkin memang nama baiknya tak bagus dikalangan masyarakat karna hanya dia seorang yang tak masuk pesantren, tapi dia gadis yang baik." Sang istri dengan menepuk nepuk punggung suaminya.
"Bahkan umi mencarikan yang seumuran dengan Salsa," ucap sang Kyai dengan sedikit kesal.
Melihat sang suami, Bunyai hanya diam dan tak berkutik sama sekali, Bunyai yakin bahwa permintaannya selalu dituruti oleh sang suami karena bagi para istrinya, Kyai adalah suami yang sangat baik dan perhatian. Waktu makan malam datang, semua anggota keluarga ndalem berkumpul untuk makan bersama seperti biasa, para istri menyambut pak Kyai dengan senyuman manis dan dengan biasa membawa anak anaknya ikut makan dengan mereka semua.
"Abi, habiskan ya," ucap bunda Iffah selaku istri ke dua, disusul dengan ibu Fatma yang menuangkan air dalam gelas sang Kyai, ibu Fatma adalah istri ketiga dari sang Kyai.
"Ibu, bunda. Umi ingin njenengan berdua memaklumi abi, abi butuh seseorang yang membimbing langsung para santri, jadi umi minta njenengan berdua setuju dengan permintaan umi agar abi bisa menikah lagi," ucap Bunyai dengan tegas dan lantang.
"Dengan siapa mi?." Tanya ibu Fatma.
"Sabinna, anak warga," jawab umi Latif.
"Bukannya Sabinna punya karakter ndak baik ya mi?." Tanya bunda Iffah dengan terus terang, namun perbincangan berhenti cukup di pertanyaan bunda Iffah saja. Umi Latif meninggalkan meja makan dan beranjak ke ruang bermain para anak anak.
"Apakah pertanyaan bunda salah bi?, bunda ndak menyinggung umi?." Tanya bunda Iffah yang merasa gugup.
"Bunda, pesan tersirat dari kepergian umi Latif saat makan malam adalah, jangan menilai orang dari perkataan orang lain, kenali dan fahami dahulu. Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing masing," tegas abi Nawawi pada kedua istrinya tersebut, abi Nawawi menyusul umi Latif yang sedang ngghodob (marah / jengkel) kepada istri kedua dari sang suami.
"Umi, jangan marah ya, mereka lebih muda dari umi, umi harus sabar dan tegas menghadapi mereka berdua. Iya abi mau menikah dengan Sabinna, umi jangan marah lagi," ucap sang Kyai dengan menenangkan istrinya yang sedang gusar tersebut.
Keesokan paginya, Nyai Latif bersama Kyai Nawawi bergegas membawa bingkisan bingkisan masuk ke dalam mobilnya, beliau berdua telah sepakat bahwa pagi hari ini melamar Sabinna dengan serius. Keduanya memasuki mobil dengan hati yang dag dig dug kencang, takut akan jawaban Sabinna yang sangat jujur dan suka ceplas ceplos.
"Sebenarnya umi sudah uruskan buku nikah abi dan Sabinna, semoga tiga hari kedepan bisa jadi," ucap Nyai Latif dengan senyuman jahilnya.
Ucapan dari Nyai Latifah membuat Kyai kaget dan terheran heran melihat istrinya sangat suka menikahkan dirinya dengan perempuan lain. Kedua hadam di depan tersebut hanya diam saja tak berani menanya nanyai gurunya, takut kena sembur Nyai Latif. Sesampainya di tempat Nyai Latif, Kyai Nawawi dan kedua hadamnya masuk dengan membawa beberapa bawaan dari pesantren.
"Alhamdulillah, pak yai terlihat sehat," ucap nenek Sabinna dengan menyambut ke empat tamu penting tersebut.
"Buk, saya di sini berniat melamar Sabbina," ucap Nyai Latif dengan perasaan tak percaya diri yang kini menyelimuti hatinya, namun penyesalah tak bisa mereka lakukan sekarang.
"Maaf bu, bukan bermaksud menjauhkan ibu dengan Sabinna, tapi inn syaa Allah Sabinna butuh saya untuk membimbing," imbuh sang Kyai yang berusaha memastikan bahwa cucu satu satunya bagi dia akan bahagia bila mengikuti orang baik seperti Kyai Nawawi. Sang nenek hanya manut mangut, mendengar pernyataan dari kedua orang terhormat.
"Assalamu 'alaikum, mbah (nek)," ucap Sabbina menyapa neneknya, ia kaget saat Kyai Nawawi danNyai Latif datang ke rumahnya dengan membawa banyak oleh oleh. Sabinna pun sungkem² kepada beliau berdua.
"Sabinna, nduk (nak). Kamu mau dinikahi sama Kyai Nawawi, kamu mau apa ndak?." Tanya neneknya dengan tulus dan butiran butiran air bening jatuh pada kedua kelopak mata sang nenek, Sabinna merasa iba melihat sang nenek menangis dengan keadaan senang campur terharu.
"Sabinna? Sampean mau apa ndak?." Tanya sang Kyai karena tak kunjung dapat jawaban dari calon istrinya itu. Sabinna gugup, badannya gemetar dan wajahnya memerah, ia berusaha memaksakan diri untuk menjawab pertanyaan dari sang Kyai padanya.
"Iya Kyai... saya mau.... Kyai," jawab Sabinna tegas walau awalnya ia sempat terhenti dan berpikir dua kali atas jawabannya itu.
Hati Nyai Latif senang, terharu campur dengan sedikit rasa cemburu. Nyai Latif dan Kyai langsung masuk mobil setelah memastikan tanggal pernikahan dengan Sabinna.
"Abi, anggap saja abi membantu Sabinna dari kesulitan, jangan menyertai niat dengan nafsu," tegur Nyai Latifah pada sang suami.
1 \= Hadam adalah kaki tangan atau juga kepercayaan.
2 \= Sungkem adalah tanda bakti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Zhaafbrynn
ada orng setulus itu:(
2022-04-29
1
DnR Ghozali
maaf Thor usia kyai Nawawi brapa n usia sabinna brapa
2021-08-16
1
re
Mulai membaca
2021-06-07
1