Siang menjelang sore, Sabinna buru buru menaiki bus lagi menuju Malang karena perintah mertuanya, baktinya takkan hilang hanya karna ego semata. Hanya dengan menguatkan hati dan menerima apa yang Nyai Abibah dawuhkan akan membuat hati Sabinna tentram, walaupun kini putra dari beliau membuat hati Sabinna terus menerus gundah.
...Ya Allah, apakah mas Awi akan memaafkan Binna?...
...Apa mas Awi menerima Binna kembali jika Binna berada di rumah ibu?....
...Entah mulai kapan Sabinna memberikan hati untuk mas Awi, tapi walaupun begitu Sabinna tak bisa mengalah hanya dengan mbak Fitri yang hanya seorang santrinya mas Awi....
...Mas Awi, batin Sabinna terluka, saat mas Awi tak mempercayai bahwa Sabinna tak sadarkan diri....
...Batin Sabinna terluka saat mas Awi berjalan mundur berusaha menyembunyikan surat cinta daei mbak Fitri....
...Jika mas Awi memutuskan untuk menikahi mbak Fitri, maka Sabinna akan mengalah dan berusaha melepaskan mas Awi, tanpa paksaan....
Batin Sabinna tergores mengingat Kyai Nawawi berkata kasar di depan kelas dua ulya itu, Sabinna menahan tangis tak enak hati karena sedari tadi mimik sendu wajahnya terlihat jelas bagi ibu yang ada di sampingnya. Akhirnya perjalanan jauhpun sudah di tempuh dengan selamat oleh Sabinna, Sabinna beranjak mencari GOCUK terdekat dari terminal.
Mobil GOCUK pun mendatanginya dengan pelan.
"Ini atas nama mbak Sabinna ya?." Tanya bapak GOCUKnya dengan senyum yang ramah.
"Iya pak, saya atas nama Sabinna yang pesan GOCUK tadi," jawab Sabinna dengan membuka kenop pintu mobil.
Di perjalanan Sabinna hanya diam saja, tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir mungilnya, bapak GOCUK pun hingga tak berani menyapanya, kini wajah sendunya mampu membuat dunia ikut bersedih.
Sesampainya Sabinna di depan rumah Nyai Abibah, ia langsung membayar GOCUK dan masuk ke dalam rumah dengan ucapan salam.
"Assalamu 'alaikum warahmatullah wabarakatuh, Ibu," salam Sabinna pada Nyai Abibah.
"Wa 'alaikum salam nduk, Sabinna," jawab Nyai Abibah pada menantunya. Di peluklah tubuh dingin Sabinna dengan sangat lama, di periksa dari atas ke bawah apa yang kurang dari menantunya itu.
"Kamu baik baik saja kan nduk?." Tanya Nyai Abibah pada Sabinna.
"Enggeh bu," jawab Sabinna singkat dengan senyum ramah khasnya.
Tiba tiba keluarlah dua hamba yang tak ingin Sabinna temui, Kyai Nawawi dan Nyai Latifah. Keduanya berjalan mendekati Sabinna, dengan wajah yang bersyukur akan kedatangan Sabinna. Sabinna seketika menangis tersedu sedu setelah melihat Kyai Nawawi, dengan khawatir Kyai Nawawi berlari menuju tempat ia beradu pilu dan segera mengusap butiran air mata istri mudanya, namun dengan cepat tangan Kyai Nawawi langsung di tangkis oleh Sabinna.
"Pergi, hiks, jangan, sentuh Sabinna hiks," ucap Sabinna dengan tersedu sedu.
"Dek, jangan begitu ya, ndak baik di depan ibu seperti itu," ucap Kyai Nawawi berusaha membuat hati istrinya luluh.
"Saya ndak hiks, mau mas, saya mau sama hiks, ibu saja, mas Awi, menyakiti hiks, hati Binna," ucap Sabinna masih dengan buliran air mata.
"SABINNA, KAMU JANGAN SEPERTI ANAK KECIL, KAMU SUDAH MENIKAH DAN HAMIL, KAMU TIDAK MAU DENGAN MAS AWI MAKA PARA MALAIKAT MELAKNAT SETIAP LANGKAHMU," bentak Kyai Nawawi menggebu gebu pada Sabinna, beliau tak ingin Sabinna salah faham terus menerus namun beliau tak mempunyai kesempatan untuk menjelaskan karena Sabinna lari larian.
Sabinna mendengar bentakan dari suaminya langsung menangis menjadi jadi, deraian air mata pun tak mempan lagi. Kini tubuhnya lemas tak berdaya menyender pada Nyai Abibah, Nyai Abibah dengan Nyai Latifah hanya bisa terdiam melihat Kyai Nawawi marah besar, namun kali ini Nyai Abibah akan turun tangan.
"Wawi, sejak kapan kamu berani membentak istrimu? Bagaimana jika umik di bentak oleh bapakmu? Bagaimana jika Salsa di bentak oleh Albab? Apakah hatimu tidak sakit?." Tanya Nyai Abibah pada putranya dengan tutur kata yang lembut.
"Mas Awi kalau hiks, gak cinta Sabinna hiks, ceraikan. Jangan di hiks, paksakan lagi perasaannya, Sabinna ndak hiks, tau Sabinna hiks, ndak secantik mbak Fitri, mas Awi hiks, bahkan masih menutup nutupi hiks, surat cintanya hiks, mbak Fitri dari Sabinna," ucap Sabinna dengan tersenggal senggal.
"Kalau itu maumu Sabinna, aku akan," ucap Kyai Nawawi terpotong.
"Abah!!!." Teriak Nyai Latifah dengan kencang. Menghentikan perkataan Kyai Nawawi yang hampir terlanjur. Sabinna lemas lunglai tak berdaya, hampir saja ia menjanda.
"Abah ndak mikirin Sabinna? Dia masih muda dan abah mau menjadikan Sabinna sebagai janda? Gara gara Fitri lagi? Fitri lebih pentingkah dari pada Sabinna? Baik kalau begitu ceraikan sekarang, ceraikan Sabinna sekarang jia Sabinna tidak penting bagi abah!." Seru Nyai Latifah berkobar kobar, Nyai Latifah merasakan bahwa ke adilan harus berpihak pada Sabinna, bagaimanapun kecemburuan istri harus di pedulikan.
"Umi maafkan abah ya, maafkan abah. Sudah umi jangan ikut menangis seerti Sabinna," ucap Kyai dengan meraih tubuh Nyai Latifah dan memeluknya erat erat, Nyai Latifah sangat menyayangi Sabinna walau terkadang kecemburuan menyelimuti hatinya.
"Dek, maafin mas Awi ya? Mas Awi janji akan jelaskan ke Sabinna yang sebenarnya kalau Sabinna mau mendengarkan mas Awi, rolong ya dek dengrkan mas Awi, kali ini saja dengarkan mas Awi sayang Sabinna," ungkap Kyai Nawawi dengan memegangi telapak tangan Sabinna yang mulai mendingin kaku.
Sabinna kini berani menatap wajah suaminya, menangis tersedu sedu di pelukan sang suami.
"Mas Awi hiks, janji kan? Bakal hiks, cerita dan hiks, ndak ada hiks, yang di tutup hiks, tutupi lagi? Sabinna hiks, cemburu mas!." Seru Sabinna yang masih terisak, menangis di pangkuan suaminya.
"Iya mas Awi janji dek, tapi Sabinna jangan ulangi lagi ya, mas Awi bingung sampai tak nafsu makan dek, kepiliran adek terus," ungkap Kyai Nawawi dengan mengusap matanya yang berkaca kaca, tak ingin tangisnya terlihat oleh istri mudanya, cukup bagi Kyai Nawawi menangis di depan para santri putra karena mengkhawatirkan dirinya.
Sabinna beranikan diri mencium tangan Kyai Nawawi dengan belepotan ingus, membuat Nyai Latifah yang tadi merasa tegang menjadi sedikit lega.
"Itu ingus dek?." Tanya Kyai Nawawi pada Sabinna.
"Iya, biar kapok hiks njenengan hiks jahat sama saya!." Seru Sabinna manja namun masih dengan sesenggukan.
"Ayo ke kamar dulu, mas Awi mau jelaskan sama Sabinna." ucap Kyai Nawawi dengan menyentuh pipi Sabinna dengan lembut, mesra seperti biasanya.
Mereka berdua berjalan menuju kamar dan mengunci pintu kamar dengan dua kali kuncian, Mas Awi langsung memeluk erat tubuh Sabinna, menciumi tangan istrinya dan mulai mengeluarkan air mata saking tak bisnya menahan sedih.
"Dek, Sabinna," panggil Kyai Nawawi ada Sabinna.
"Iya mas," jawab Sabinna singkat.
"Maafkan mas Awi ya dek, sudah kasar pada sampean, samean adalah wanita yang lapang dada, mau memaafkan mas Awi walau kata beribu ribu kali maaf tak mampu menghentikan luka di dada Sabinna," ucap Kyai Nawawi dengan menggenggam erat tangan Sabinna.
"Iya mas Awi, jangan nangis, cep," ucap Sabinna dengan mengusap air mata Kyai Nawawi yang mulai berjatuhan.
"Dek, sebenarnya mas Awi juga mau memberi surat itu ke sampean, tapi karena sampean tidak sabaran dan di depan banyak santri sampean harus bayangin gimana perasaannya Fitri, saya ndak aka niatan menikah dengan Fitri lagi dek setelah menikah dengan nduk Fatma, saya ingin semua istri saya meridhai atas langkah saya," ucap Kyai Nawawi dengan lemah lembut.
"Jadi mas Awi mau bahas mbak Fitri di luar kelas ya? Jadi sebenernya ini salah Sabinna," ucap Sabinna dengan sedih.
"Ndak papa dek, sudah terlanjur, yang penting sekarang kalau ada masalah kita musyawarah bersama, jangan langsung main marah ya," ucap Kyai Nawawi dengan sabar dan tabah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Husna_az
aku jadi kesel. kenapa sabinna pulang sendiri sis-sia dong kabur akhirnya pulang
2020-10-29
4
Anggina AMS
Thoor. SAD... Anggi padamu thor...
2020-10-20
2
Iin Dong_dong
kok disini aku yg kesal ya 🤔
coba klau sabina pergi tanpa kembali
mau tau reaksi pak kyai gimana 🤭
2020-09-04
6