"Umi, abah marah ya?." Tanya neng Syifa pada Nyai Latifah.
"Kenapa nduk?." Tanya Nyai Latifah ada anak perempuannya itu.
"Tadi ada mbak mbak yang bilang kalo abah menikah dengan kimcil, adek lari ke abah trus ngadu dan abah nyuruh kita berdua cepat cepat masuk rumah," ucap jujur gus Wahyu seperti biasanya. Nyai Latifah yang mendengar itu dari bibir kecil kedua anaknya ia langsung berlarian menuju kamar istri istri Kyai Nawawi.
"Ayo semuanya kumpul, kumpul," ucap Nyai Latifah sedikit tergesa gesa karena akan tau pada akhirnya bahwa jika Kyai ghodob hukuman bagi santri akan semakin berat, semua ibu pengasuh pesantren berkumpul dengan wajah yang kebingungan.
"Kyai marah, aku kita segera susul agar santri putri semua tak di hukum terlalu berat. Terutama Sabinna," ucap Nyai Latifah menegur Sabinna yang tak tau apapun.
"Kenapa umi?." Tanya Bu. Fatma pada umi Latifah.
"Santri putri menghina Sabinna, Kyai marah besar," jawab Nyai Latifah seraya meninggalkan ketiga madunya.
Sabinna yang mendengar bahwa dia adalah alasan dari marahnya Kyai pada santri putri, Sabinna langsung mengikuti Nyai Latifah dari belakang dengan muka pucat pasi. Ia takut jika Kyai akan kasar pada santri putri. Sesampainya Bu Nyai Latifah dan Sabinna datang semua santri putri langsung kaget campur bergetar karena ketegasan Nyai Latifah dan adanya pihak korban. Kyai Nawawi mulai mengangkat tangannya dengan memandang tajam santri yang menangis di hadapan beliau.
"Mas..." teriak Sabinna pada Kyai Nawawi sehingga membuat beliau sadar akan kemarahannya. Sabinna berlari menuju arah Kyai Nawawi dan langsung memeluk suaminya agar amarah dari sang suami sedikit mereda.
"Jangan mukul santri ya, bagaimanapun mereka anak anaknya mas juga," pinta Sabinna dengan mata yang berkaca kaca mendongak dan bertatap langsung pada suaminya.
Seketika suasana menjadi hening bahkan Nyai Latifahpun tak berani mendekati Kyai Nawawi untuk saat ini karena ulah sang santri, Kyai Nawawi mengusap air mata Sabinna yang mulai berjatuhan karena tak kunjung dapatkan jawaban.
"Iya.. jangan nangis," ucap Kyai Nawawi dengan senyuman manisnya. Sabinna lega atas keputusan sang suami kali ini, akhirnya ia melepaskan pelukannya karena sangat malu di pandangi terus menerus oleh semua santri putri yang ada di asrama.
"Namun tetap saja dapat hukuman mengaji di ruang tamu ndalem, bagaimanapun sekarang Sabinna adalah Nyai kalian. Ia juga menjadi ibu pengasuh dan saya minta hormati beliau!." Seru Nyai Iffah pada semua santri putri.
"Njeh Nyai," jawab seisi asrama putri dengan serempak.
Keluarga ndalem pulang dengan tenang karena Sabinna berhasil memberhentikan amarah Kyai Nawawi, semuanya menghela nafas dengan lega atas pertolongan dari Sabinna beberapa waktu tadi, akhirnya makan malam hari ini bisa di selamatkan.
...***...
Makan malam sudah usai, Sabinna cepat cepat kembali di kamarnya dengan menanti ke datangan Kyai Nawawi. Sabinna pikir malam ini ia akan memberikan segalanya yang seharusnya jadi milik suaminya itu. Satu dua jam lebih ia sudah menunggu akan tetapi pintu kamarnya kali ini tak kunjung terbuka. Ia gelisah dan mondar mandir di depan kasur dengan wajah kebingungan, kenapa suaminya tak kunjung datang juga.
Akhirnya Sabinna memberanikan diri mengelilingi seisi rumah pada jam dua belas malam, ia terus berjalan dengan menggigiti ujung kuku ibu jarinya. Terdengan suara suara aneh dari balik pintu yang sedikit terbuka, Sabinna beranikan ia pelan pelan mendatangi pintu kamar tersebut akan tetapi gagal. Seseorang menepuk pundaknya dengan tiba tiba. Sabinna menghafap ke belakang dan berusaha melihat siapakah yang berani menepuk pundaknya malam malam begini.
"Ah, umi Latif," sapa Sabinna pada istri pertama Kyai Nawawi.
"Ada apa di sini?." Tanya Nyai Latifah pada Sabinna dengan ekpresi sedikit curiga.
"Ada suara aneh dari kamar itu, jadi saya mau cek dulu " jawab Sabinna dengan jujur. Nyai Latifah tersenyum padanya dan sedikit menundukkan pandangannya.
"Sekarang giliran Nyai Fatma karena gilirannya di undur saat malam pertamamu kemarin, besok giliran saya lanjut Nyai Iffah lalu giliran Nyai Fatma lagi, baru giliranmu " ucap Nyai Latifan dengan sedikit malu.
"Giliran? Gimana maksutnya mi?." Tanya Sabinna pada istri pertama Kyai Nawawi itu.
"Kita berbagi suami, kita menggilir hari untuk bertemu dengan Kyai secara pribadi," jawab Nyai Latifah dengan menepuk pundak Sabinna.
"Kuatkan hatimu," imbuh Nyai Latifah dengan meraih telapak tangan Sabinna dan meletakkannya pada dada gadis tersebut.
Nyai Latifah meninggalkan tempat tersebut setelah menambahkan dua kata yang menyakitkan bagi Bina. Begitupun Sabinna masih tercengang dengan perkataan Nyai Latifah tadi, Sabinna berjalan pelan menuju kamarnya dengan isak tangisnya karena menunggu seseorang yang tak mungkin datang padanya hari ini. Ia merebahkan tubuhnya dengan terus terisak isak.
Lantas untuk apa aku menunggunya dengan mengenakan pakaian dingin seperti ini, batin sabinna menangis.
Jam 01: 30 WIB. Masih saja Sabinna terisak tanpa henti memikirkan sng suami bercumbu dengan istrinya yang lain. Sabinna tak sadarkan bahwa hatinya perlahan lahan memperhatikan suaminya jua. Lima menit kemudian tib tiba pintu kamarnya terbuka lebar, cahaya lampu dari luar kamar menusuk mata Sabinna sangking pedihnya menangis. Lelaki paruh baya tersebut akhirnya datang dengan menggunakan piyama tidurnya. Kyai Nawawi menyentuh pundak istrinya itu dengan lembut akan tetapi langsung di tepis oleh istrinya.
"Masih hiks.. kah hiks.. mas mengingat hiks.. saya?.. Hiks..." tanya Sabinna dengan tersedu sedu.
"Jangan hiks.. sentuh hiks.. Sabinna hiks.. jika habis hiks.. main dengan hiks... wanita lain hiks..." imbuhnya dengan tersenggal senggal.
"Iya mas mandi, Sabinna jangan nangis," jawab Kyai Nawawi dengan tegas, kesal melihat istrinya marah.
Beliau langsung pergi menuju kamar mandi dengan ekspresi kesalnya. Seketika isak tangis Sabinna yang tadinya keluar berjam jam lamanya langsung berhenti saat Kyai Nawawi memasuki kamar mandi miliknya. Kini ia hanya menunggu keluarnya sang suami dari kamar mandi.
"Sudah kan dek? Jangan marah lagi ya?." pinta sang suami dengan mengusap usap rambutnya dengan handuk. Kyai Nawawi berjalan menuju tempat dimana istrinya sedang duduk sekarang.
"Mas dingin, jangan pegang Bina," ucap Sabinna menepis tangan Kyai Nawawi saat akan menyentuh tangannya. Hal itu tak membuat Kyai Nawawi marah pada Binna akan tetapi malah sebaliknya, beliau memeluk Sabinna dengan lembut dan merasakan sedikit kenyamanan yang ada pada diri Binna itu.
"Jangan karena adek mau mas peluk, mas Awi bisa seenaknya," amcam Sabinna dengan nada manja pada suaminya itu.
"Sejak kapan Binna manggil mas Awi?." Tanya Kyai Nawawi dengan mencolek pucuk hidung istrinya.
"Biasanya emang di panggil mas siapa?." Tanya Sabinna dengan cemberutnya yang di buat buat.
"Biasanya dipanggil mas Wawi," jawab Kyai Nawawi dengan sedikit terkekeh.
"Ya biar adek aja yang manggil mas Awi, jangan ada orang lain yang manggil kaya gitu. Janji!." Seru Sabinna pada Kyai Nawawi dengan menunjukkan jari kelingkingnya.
"Janji," balas Kyai Nawawi dengan meraih kelingking Sabinna yang di pautkan oleh kelingkingnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Mia Ijaya
astaqfiruloh ad ketaway tpi jg ad jengkely bc novel ni.ap d dunia nyata ad y yg beristrikan 4 trus rukun..trus ap gk encok tu y tiap hri bergilir...umur lbih dri stengah abad lo..
2022-03-28
1
🌹DIAN Y 🌹♉
kurang 3 itu istri nya, jadi satu mingu ada 7 jadi pas tuh...😜
2022-01-17
1
Pak Nin
aku bayanginnya kyak gimanaaa gitu...mlah jd jijik sendiri aku celup sana celup sini wow....bpk2 perkasa 50 msih kuat genjot 4 istri wow....amazing bgt😀😂
2021-07-21
1