Dua jam sebelum menjelang subuh mereka habiskan dengan canda dan tawa, mengulik kisah hidup Kyai Nawawi dan juga kisah pilu sang istrinya Sabinna. Sabinna menyenderkan tubuhnya di dada suaminya yang sudah tak lagi bidang, namun bagi Sabinna kehangatan tetaplah kehangatan.
"Besok Salsa pulang dari pesantren karena minggu yang akan datang di rumah akan ada haul akhbar," ucap Kyai Nawawi pada Sabinna dengan terus mengelus rambut sang istri yang lurus ke bawah.
"Salsa itu bukannya anaknya mas Awi sama Nyai Latifah ya? Dia seumuran sama Binna, apa dia bisa nerima Binna mas?." Tanya Binna dengan sedikit gugup.
"Apa yang mas pinta pasti keluarga besar akan menerima itupun juga karena pilihan ibunya Salsa sendiri kan?." Tanya balik Kyai Nawawi dengan tenang.
"Emmb gitu ya mas, Sabinna ndak tidur lho dari tadi malam nungguin mas tapi malah tidur sama Nyai Fatma," jelas Sabinna yang sedang mengalihkan topik pembicaraan.
"Nyai Fatma, Iffah dan Nyai Latif itu juga istri mas. Mereka menemani mas sebelum adanya sampean jadi sampean harus maklum nggeh?." Kyai Nawawi dengan nada bicara yang sangat manis. Suaranya mampu membuat ribuan hati meleleh mendengarnya.
...***...
Ayam jantan sudah lama berkokok, suryapun menampakkan diri dengan sapaan yang begitu menyenangkan. Hari baik dan juga dalam lingkup yang baik namun kesehatan Sabinna yang pagi ini kurang baik. Semalaman ia menunggu sang suami mengunjungi tempatnya hingga lupa akan adanya tidur, lupa akan waktu tenang karena sibuk menunggu waktu bertatap muka dengan belahan jiwanya.
Kyai Nawawi yang merasa bersalah karena alasan dari Sabinna sakit adalah menunggunya, sehingga ia meminta Nyai Latifah pergi ke pesantren anaknya mencari ilmu hanya dengan kedua hadamnya. Nyai Latifah berangkat dengan memaklumi keadaan Sabinna bahwa ia adalah istri baru dari suaminya, beliau merelakan hari ini pergi menyambut putrinya sendirian tanpa seorang suami.
Kyai Nawawi membawakan semangkuk bubur buatannya sendiri untuk seorang Sabinna. Beliau meletakkan mangkuk bubur di samping tempat Sabinna berbaring, kemudian beliau mengambil handuk yang di basahi oleh Nyai Fatma.
"Bapak?." Kaget Nyai Fatma saat sedang memeras kompresan milik Sabinna.
"Biar saya saja, sampean makan dulu lalu sholat duha. Habis ini juga tungguin mbak mbak yang kemarin suruh ngaji ke ndalem," pinta Kyai Nawawi untuk sng istri terus melaksanakan sholat sunahnya dan bergegas melaksanakan tugasnya di pagi yang cerah itu.
"Njeh," jawab Nyai Fatma dengan menundukkan kepalanya dan beranjak pergi dari kamar Sabinna.
Kyai Nawawi meletakkan kompres pada kening Sabinna, Sabinna terbangun melihat Kyai Nawawi membenarkan arah kompresnya.
"Mas Awi?." Sebut Sabinna pada suaminya.
"Sabinnaku, tidur dulu ya," pinta Kyai Nawawi dan langsung beranjak pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhunya.
Sabinna terus memandangi punggung Kyai nawawi dari mulai beliau takbiratul ikhram, ruku' hingga sujud. Melihat hamba Allah yang taat sekaligus juga suami tercintanya meminta pada sang Illahi membuat hatinya yang awal gundah, kini menjadi tenang dalam seketika.
Kyai Nawawi memang paling bisa membuat gundah menjadi tenang dan tenang menjadi gelisah dalam waktu bersamaan, Sabinna hari ini hanya mampu memandang punggung sang imam tanpa bisa jadi makmum karena suhunya melebihi demam biasa.
"Abah, Abah Salsa datang bah," panggil panggil seorang anak perempuan pada ayahnya, memberhentikan do'a untuk menyambut pertemuan anak sholekhahnya.
Salsa langsung memasuki kamar Sabinna tanpa izin dahulu adalah kebiasaan dirinya sejak kecil, namun kini sosok wanita yang sebaya olehnya tergeletak tak berdaya berada di kamar sang abah membuat Salsa memberhentikan langkahnya.
"Abah? Itu siapa?." Tanya Salsa dengan sedikit gugup berjalan menuju gadis berkompres handuk biru itu.
"Nyai Sabinna, istri baru abah yang di pilihkan umimu," jawab Kyai Nawawi yang tak bisa membohongi sang anak.
"Bukankah seharusnya tua? Bahkan Nyai Sabinna lebih cantik dari Salsa," ucap Salsa dengan berlari memeluk abahnya.
"Cantik itu bukan patokan nduk, hatimu bersihkan dulu. Salam sama Nyai Sabinna," tegur Kyai Nawawi dengan nada lembut pada anaknya.
"Assalamu 'alaikum, umi. Saya Salsa semoga umi betah di rumah ini " sapa Salsa pada Sabinna membuat dirinya tercengang. Ia kira Salsa akan marah besar dengan kedatangannya di rumah ndalem sebagai istri barunya sang abah, namun ternyata Salsa bisa menahan emosi dan tetap sopan santun.
"Wa 'alaikum salam warahmatullah wabarakatuh," jawab Sabinna secara lengkap.
Bagi Salsa ia lebih baik menutupi perasaan sedihnya, amarahnya orang berilmu memang sangatlah beda, bahkan malah lebih menunjukkan ke anggunannya. Itu yang sedang Salsa lakukan saat ini pada Sabinna, amarah Salsa takkan mungkin menjadikan Kyai Nawawi menceraikan istrinya tersebut, daripada menguras emosi lebih baik do'a yang hasanah akan menentramkan hatinya. Setelah mendapat jawaban salam dari ibu sambungnya Salsa langsung pergi dari kamar Kyai Nawawi itu, mendatangi uminya untuk bertanya tanya tentang Sabinna pada ibunya.
"Umi yang nyuruh abah nikah lagi? Kenapa umi terus menyiksa diri sendiri?." Tanya Salsa pada sang ibundanya.
"Jika umi saja ndak bisa legowo berarti umi belum menjadi hamba yang menerima qada' dan qadar Allah," jawab Nyai Latifah pada anak sulungnya.
"Ikhlas itu sudah tentu sabar nak, tapi sabar belum tentu ikhlas," imbuh Nyai Latifah.
Kata kata lembut dari sang ibu membuat Salsa menitikkan bulir air matanya, rasa takjub pada sang ibu adalah hal yang wajar bagi siapapun yang melihat tatapan Salsa pada Nyai Latifah. Tak ada kotoran pada sedir hatinya sang ibu, kekuatan batin Salsa dan Nyai Latifah sangatlah kuat.
"Umi maafin Salsa ya buat hati umi goyah akan pilihan umi sendiri," ucap Salsa sembari menangis sedu sedan memeluk tubuh ibunya yang hangat. Nyai Latifah kini tak bisa menahan tangisnya melihat Salsa meminta maaf akan dosanya.
"Jangan hiks.. di ulangi lagi hiks... Salsa," tegas Nyai Latifah pada sang anak. Dari kejauhan Nyai Iffah dan juga Nyai Fatma hanya bisa memandangi kedua orang hamba yang sedang berbagi pilu, ingin menenangkan hati saudaranya namun takut bukan kuasa atas mereka berdua.
...***...
Kyai Nawawi dengan tak enak hati membiarkan sang anak pergi dari hadapannya. Melihat Sabinna menempati kamar sang abah pasti sangatlah melukai hatinya. Tak ada lagi mengaji dengan abah sebelum tidur, tak ada lagi seenaknya masuk dan berganti kamar mandi. Kamar Kyai Nawawi adalah kamar VVIP dalam rumah ndalem, yang boleh membersihkan hanyalah hadam kepercayaan Kyai Nawawi namun kini malah Sabinna yang menempati.
"Benar? Ini dulu kamar mas Awi sama Salsa?." Tanya Sabinna sedikit tak enak hati pada keluarga besar ndalem.
"Jangan khawatir. Salsa hanya tidur di kamar ini saat mas sedang bermalam di ndalemnya umi Latifah. Terkadang Salsa juga memakai kamar mandi ini untuk mencuci baju dan lain lain jika kamar mandi ndalem miliknya sedang antre," jelas Kyai Nawawi dengan membayangkan kenangan Salsa masa itu.
"Berarti benar Binna sudah merebut tempat ini," ucap Sabinna dengan lemas lunglai.
"Mas yakin Salsa akan mengerti, Salsa bukan orang yang mendengki," jelas Kyai Nawawi berusaha menenangkan hati istri mudanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Dıŧɑ ɑყυ✨☁
ayoo kak up lagi aku rinduuu🤧
2021-03-20
6
Fandiberkasih Cellin
mana lg thour ?
2021-01-25
3
Dimas Wahyu
mwmyentuh se x😟😟
2020-11-28
1