Melihat sang kakak maju dengan tanpa pamrih membuat badan Najwa bergetar hebat merasa sesak akan apa yang ia lakukan pada neng Salsa, sang kakak harus menjadi korban keteledorannya yang tak bisa menahan hawa nafsu. Najwa langsung maju mengikuti kakaknya yang sedang berlutut di depan Kyai Nawawi.
"Bukan, Kyai pelakunya saya bukan mbak Jahwa," sela Najwa pada perbincangan kali ini yang mulai memanas.
Keluarga ndalem saling berpandangan melihat kedua saudara kembar ini, yang satu memberanikan diri menanggung kesalahan dari sang adik dan sang adik juga mengakui kesalahannya, terlihat sekali wibawanya mengakui kesalahan dengan lapang dada.
"Neng Najwa dan Neng Jahwa ikut ke ndalem sebentar ya mbak," perintah Kyai Nawawi dengan beranjak meninggalkan tempat, di susul oleh keluarga ndalem lain dari belakang sang kepala keluarga. Salsa masih saja kurang yakin dengan apa yang ia lakukan saat ini, ia hanya bisa terdiam seribu bahasa hanya karena secarik kertas ancaman dari dua anak kembar itu.
"Mbak Jahwa dan Najwa duduk dulu ya," ucap Kyai Nawawi dengan mempersilahkan shofa di rung tamunya. Nyai Iffah mendatangi ruang tamu dengan membawakan air es teh agar suasana kembali segar.
"Monggo diminum mbak," ucap Nyai Iffah dengan mempersilahkan keduanya menerima masing masing segelas es teh dan camilah yang sudah beliau siapkan.
"Jangan di ulangi ya mbak bagaimanapun kelakuan sampean berdua tetaplah salah, sampean berhak membenci tapi tidak boleh mengancam privasi seseorang, bahkan jika itu bukan keluarga saya keluarga akan tetap mengingatkan jika mengetahui hal itu. Terapkan akhlaq terhadap guru beserta keluarganya dalam kitab ta'lim muta'alim mbak, inn syaa Allah ilmu dan hidup sampean akan barokah dalam maupun luar pondok," tegas Kyai Nawawi mengingatkan kedua santriwati yang sekaligus anak dari sahabatnya.
"Ngapunten hiks.. Kyai (maaf Kyai)," ucap Najwa dengan menangis.
"Adik saya suka dengan Gus Albab sebelum Neng Salsa datang di pondok Baitussalam. Tiba tiba mendengar bahwa Gus Albab melamar Neng Salsa jadi Najwa memaksa saya ikut pindah ke pesantrennya njenengan," ucap Jahwa dengan menunduk menahan tangis.
"Saya sedikit marah dengan adik saya karena hanya masalah lelaki hingga dia meminta pindah, saya belum meluluskan wisuda Bil Ghoib saya tapi di paksa pindah paa waktu mendekati wisuda," imbuh Jahwa yang sesikit merasa kesal mengingat kenyataannya.
"Jadi mbak Jahwa tahun ini lulusan Bil Ghoib ya?." Tanya Sabinna pada Jahwa.
"Njeh neng," jawab Jahwa pada Binna.
"Maaf mbk Jahwa, saya bukan anaknya Kyai. Saya istrinya," kata Sabinna mengelak panggilan Neng (gelar anak perempuan pengasuh pondok pesantren) dari Jahwa untuknya. Jahwa hanya tersenyum mendengar pengelakan dari Sabinna, menahan malu sampai muka memerah karena slah panggil.
"Saya kira Njenengan neng Salsa," ucap Jahwa pada Sabinna.
"Saya Sabinna mbak, istrinya Kyai yang ke empat," jawab Sabinna tiba tiba dengan mimik sendu di wajah.
Iya sangatlah betul, siapa wanita yang bangga menjadi istri ke empat dari seseorang yang teguh dan beristrikan orang salekhah. Jika di bandingkan dengan Sabinna ia adalah secuil remahan rempeyek yang tak sengaja lebih diminati konsumennya.
"Bagaimana jika mbk Jahwa Wisuda di pondok sini saja. Kalau sampean bisa setiap pagi setor satu Juz pasti Kyai mau dan tambah bersemangat, iya kan mas?." Tanya Sabinna dengan gembira.
"Iya dek," jawab Kyai Nawawi dengan senyuman hangat.
"Ngajinya dengan saya di ndalem," imbuhnya.
"Kalau njenengan berkenan juga tidak apa apa Nyai, saya bersedia," jawab Jahwa malu malu.
"Iya wisuda akan saya undur jadi tiga puluh hari lagi kalau begitu," ucap Kyai Nawawi menjadi kaget Jahwa dan Najwa. Bahkan hanya demi santri yang berbuat salah saja Kyai Nawawi mau mengundur haul akhbar yang sudh beliau tentukan matang matang.
"Ndak usah Kyai, pagi saya soroghan satu Juz ke njenengan. Malamnya saya juga soroghan ke Nyai Latifah satu Juz seerti biasanya," pinta Jahwa merasa tak enak pada gurunya.
"Dalam seminggu itu malam hari ada satu hari buat tahlilan jadi lebih baik tambah dua hari. Tujuh belas hari untuk menghafal mengundurnya tidak terlalu lama," tegas Sabinna pada Kyai Nawawi dan Jahwa.
"Baik Nyai, matur nuwun Nyai (terima kasih Nyai)," ucap Jahwa dan Najwa bebarengan.
"Kalau begitu kalian boleh kembali ke asrama, dek temani mereka berdua biar tenang keadaan dalam asrama putri. Oh iya hukumm membaca yaasin di ndalem selama tiga hari," jelas Kyai Nawawi yang langsung beranjak meminum teh yang sudah Nyai Iffah buatkan untuk beliau.
Kedua perempuan itu berjalan di iringi oleh Sabinna dari belakang yang mengawasi. Betul sekali apa yang Kyai Nawawi khawatirkan pada kedua gadis tersebut, semua orang sedang menggunjingkannya dengan keras, berniat menyindir dengan terbuka. Sabinna yang menyadari akan hal itu langsung memnggil mbak Salma dan mbak Annisa untuk menghadapnya.
"Tegaskan pada anak anak jangan suka ikut campur masalah orang lain. Hukuman sudah di tetapkan dan jika masih sja menggunjingkan maka harus bersedia menemani Jahwa dan Najwa berdiri di depan ndalem ba'da dzuhur!." Seru Sabinna pada kedua santri kepercayaannya.
"Ingatkan setelah saya pergi dan tolong kebersihan tetap di jaga," imbuh Sabinna dengan tegas. Kini tanpa Sabinna sadari sifat tegas Kyai Nawawi menurun padanya, cara membimbing dn mengayomi santri langsung turun tanpa harus meminta perhatian. Yang awalnya hanya seorang gelar saja kini sandang Nyai memang sudah seharusnya pantas di sahkan untuk Sabinna.
Sabinna beranjak menemui Kyai Nawawi dengan kegirangan, sifat kekanak kanakannya hanya terlihat jika di depan Kyai Nawawi saja. Daya tarik seseorang memang tak bisa di definisikan begitupun cara Sabinna memikat hati sang Romo Kyai. Seperti orang yang lihay dalam bercinta Sabinna bahkan berani mencubit pipi Kyai Nawawi dengan keras.
"Dek, dek sakit. Ndak boleh ya ndak sopan dek," ucap Kyai Nawawi dengan sabar dan lemah lembut seperti biasa. Mendengar elakan dari sang suami Sabinna langsung meminum habis es teh milik Kyai Nawawi hanya dengan satu tegukan, membuat Nyai Iffah yang melihatnya sedikit marah karena itu special hanya untuk suaminya, es teh dengan gula satu sendok teh.
"Gak manis, Nyai Iffah ndak bisa masak ya mas?." Tanya Sabinna sukur ceplos. Membuat Kyai Nawawi langsung menutup bibinya dengan telapak tangan.
"Jangan ngomong sembarangan dan terima saja minumannya. Sudah nyerobot masih saja maido (ngejek)," kata Kyai Nawawi ngedumel dengan geram ada istrinya yang suka blak blakan itu.
"Tapi," ucap Sabinna terputus melihat Kyai Nawawi langsung mengisyaratkan unruk mengunci bibirnya.
"Kesukaan teh abi itu yang ndak terlalu manis biar ada pahitnya," ucap Kyai Nawawi dengan melanjutkan kegiatan membaca bukunya.
"Ndak enak pahit mas," elak Sabinna pada Kyai Nawawi.
"Bahkan pahit itu nikmat dan harus di syukuri dek, jangan suka mengeluh dan terima saja apa yang Allah takdirkan, itu makna dari rasa pahit," jawab Kyai Nawawi dengan mengusap bibir mungil Sabinna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
just vinoy
smgt 🤭
2020-08-24
3
RA💜<big><_
lanjutkan...
mampir yuk ke novelku yang berjudul
nona Melawan Tuan Muda
salam santun dariku Rija Annisa
2020-08-24
2
Apriyanti
lanjut thor
2020-08-24
1