Sore ini Sabinna berdandan dengan sangat rapih, menunggu Kyai Nawawi berangkat mengajar menuju asrama putri. Melihat Suaminya yang sudah melewati pintu depan ndalem membuat Sabinna berteriak untuk memberhentikannya.
"Mas Awi," teriak Sabinna sembari mengejar suaminya.
"Ada apa dek?." Tanya Kyai Nawawi pada Sabinna.
"Mau ikut ngajar!." Seru Sabinna pada suaminya itu.
"Tapi kan ndak bagus kalau samean ganggu mas Awi ngajar dek," elak Kyai Nawawi halus pada istri mudanya, agar tetap di rumah dan menjaga bayinya dengan baik baik.
"Mau ngajar apa mau balas surat milik mbak Fitri?." Tanya Sabinna dengan mata yang berkaca kaca. Kyai Nawawi kaget dengan maga terbelalak menandang Sabinna dengan mimik wajah kebingungan.
"Kok Fitri?." Tanya Kyai Nawawi dengan tersenyum cerah menghadap istrinya.
"Sampean kan pernah mau melamar mbak Fitri," ungkap Sabinna singkat.
"Itu dulu dek," jawab Kyai Nawawi mengelak.
"Hati hati CLBK," imbuh Sabinna yang mulai curiga.
"Ya sudah ayo ikut mas ngajar, daripada Sabinna marah sama mas Awi lagi," jawab Kyai Nawawi dengan mengelus kening istrinya.
Sabinna langsung menghampiri suaminya dan memeluk mesra, manja seperti biasanya. Sabinna berjalan dengan bergandengan tangan, Kyai Nawawi menampakkan kebahagiaannya saat memandang wajah cantik Sabinna.
Mereka berdua menyusuri taman bunga yang tertuju pada gerbang asrama putri. Krieeet, suara pintu gerbang di buka oleh pak satpam, Sabinna dan Kyai Nawawi nampak setelah pintu gerbang terbuka lebar. Semua pasang mata memandang indah kedua insan yang bertemu jodoh itu.
Saat memasuki kelas pun tiba, Sabinna duduk di kursi guru yang seharusnya di tempati oleh Kyai Nawawi. Semua santri merasa heran dengan adanya Sabinna di dalam kelas, lebih lebih mbak Fitri. Mbak Fitri meletakkan kitab yang sangat tebal di atas meja, tepat di depan Sabinna duduk. Kyai Nawawi hanya memandangi kedua orang itu yang membuat satu kelas menjadi canggung.
" Sampean siapa namanya mbak?." Tanya Sabinna lembut.
"Fitri" jawab mbak Fitri singkat dengan nada yang ketus. Mbak Fitri segera kembali ke arah mejanya berada.
Kyai Nawawi berjalan cepat menuju bangku guru, dengan tergesa gesa Kyai Nawawi langsung meraih kitabnya, namun sayangnya mungkin hari ini bukan hoki untuk mas Awi. Seperti dugaan Sabinna bahwa Kyai Nawawi yang alias adalah suaminya sendiri masih saja menerima surat dari mbak Fitri tanpa sepengetahuannya. Kyai Nawawi memandang Sabinna dengan menahan amarahnya karena sang istri sangat lancang.
"Apa itu?." Tanya Sabinna ketika melihat Kyai Nawawi membuka bagian buku yang terdapat secarik kertas di dalamnya.
"Kertas," jawab Kyai Nawawi singkat.
"Boleh liat?." Tanya Sabinna dengan curiga.
"Sudah lah Sabinna kalau kamu di sini niatnya hanya mengganggu saya mengajar mending kamu pulang saja," jawab Kyai Nawawi dengan sedikit menaikkan nada suaranya.
Sabinna berdiri dan berjalan ke arah suaminya, sedangkan Kyai Nawawi berjalan mundur secara perlahan lahan.
"Saya pulang, takut ganggu," ucap Sabinna dengan bibirnya yang sedikit bergetar, kaku saat melihat suaminya menyembunyikan rahasia padanya.
Badan Sabinna tiba tiba menjadi panas dan badannya langsung lemas. Sabinna berjalan menuju ke arah tangga dengan pandangan kosong. Sabinna hanya berani memendamnya sendiri tanpa berani mengungkapnya pada istri istri Kyai Nawawi yang lain.
Cantik, tapi jika mengganggu suami orang lain apakah itu pantas?, pikir Sabinna dalam hati.
Hatinya masih teringat kejadian tadi, tersayat sayat melihat Kyai Nawawi menyembunyikan kebohongan adalah hal yang paling ia benci. Bahkan cemburu pada Nyai Latifah, Nyai Iffah maupun Nyai Fatma tak seperti ini rasanya.
Sesampainya di depan rumah ndalem, Sabinna hanya terdiam terpaku melihat pintu depan rumahnya, yang sudah tak asing lagi baginya. Sabinna berjalan dan membuka pintu itu dengan lemas dan tertekan batinnya. Kyai Nawawi bahkan tak menjemputnya saat ia marah sekarang.
"Kamu kenapa Sabinna?." Tanya Nyai Latifah pada madunya.
"Hanya lemas saja Nyai, ndak papa kok jangan di hiraukan," jawab Sabinna yang masih tak percaya bahwa ia sedang terpepet dalam keadaan yang rumit. Istri keempat dari seorang Kyai, bahkan Kyai tersebut masih mencintai orang lain.
"Saya mau lanjut ti," ucap Sabinna terputus. Seketika tubuhnya langsung terjatuh ke lantai,lemas lunglai tak berdaya kini menyelimuti tubuhnya. Bagi Sabinna kini ia bukanlah apa apa lagi setelah mengetahui adanya surat dari Fitri. Nyai Latifah panik dan berteriak teriak histeris melihat madunya terjatuh.
"Tolongg, tolonggg, tolong. Sabinna jatuh, tolong," teriak Nyai Latifah dengan syok.
"Tolong, dia sedang hamil. Dengarkan saya. Tolongg," teriak Nyai Latifah lagi.
Semua orang berlari mendatangi tempat di mana Nyai Latifah berteriak, santri putra pun masuk ke rumah ndalem tanpa salam seperti biasanya saking kagetnya.
"Kang sini kang pumpung sampean sudah masuk rumah tolong panggilkan Kyai di kelas dua ulya putri, kelas A ya," ucap Nyai Iffah yang ikut kebingungan dengan tak sadarnya diri Sabinna.
"Nggeh Nyai, saya berangkat," ucap Kang Rizal beranjak keluar dari rumah ndalem dan berlari ke arah gerbang asrama putri.
...***...
Sesampainya di lobi kelas madrasah diniyah santri putri, kang Rizal langsung berlarian mencari kelas dua ulya bagian A. Hosh hosh hosh, suara engahan dari kang Rizal yang sibuk mencari sang Kyai.
"Akhirnya ketemu juga," ucap kang Rizal membuat seisi santri putri yang ada di kelas kaget akan keberadaanya.
"Ada apa Zal?." tamya Kyai Nawawi memberhentikan acara mengajarnya.
"Anu. Kyai, mbak Sabinna, hosh, ndak sadar Kyai," ucap kang Rizal dengan terengah engah.
"Biarkan sudah Zal, nanti biar saya urus," ucap Kyai Nawawi tak percaya, di kiranya sang istri hanya sandiwara karena kecemburuannya pada Fitri.
"Iya Kyai, keluarga ndalem dengan kang Fawaid akan pergi ke rumah sakit, nanti njenengan bisa nyusul setelah mengajar," ucap kang Rizal lagi pada Kyai Nawawi.
Kyai Nawawi mulai ragu dengan pendapatnya, apakah benar Sabinna kini tak sadarkan diri? Mengapa?.
Kang Rizal meninggalkan Kyai Nawawi yang lebih memilih mengajar. Kang Rizal balik ke rumah ndalem untuk memberi tahu Nyai Latifah berserta keluarga ndalem lainnya bahwa Kyai Nawawi tak bisa ikut ke rumah sakit. Berlari seperti tadi, tak menghiraukan berapa letihnya ia berlari, kini keselamatan Nyai Sabinna lebih penting dari pada rasa capeknya.
"Assalamu 'alaikum Nyai, Kyai Nawawi belum bisa ikut, mungkin nanti akan menyusul," ucap kang Rizal di depan pintu.
Nyai Latifah ngghodob dengan tindakan suaminya kali ini, bahkan nyawa dari istrinya sendiri tak ia hiraukan. Akhirnya Nyai Latifah yang mendatangi Kyai Nawawi sendiri di kelas putri.
"Abah kenapa egois, Sabinna tak sadarkan diri dan abah masih di sini?." Tanya Nyai Latifah dengan marah pada suaminya. Kyai Nawawi kaget mendengar perkataan kasar itu keluar dari bibir manis istri pertamanya, tak menyangka bahwa Nyai Latifah sangat mengkhawatirkan sang madu.
Semua santri putri yang ada di dalam kelas hanya berani terdiam melihat kegaduhan, gonjang ganjing di antara keluarga ndalem.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Anna Ruliana
udah punya 4 istri masih "cluthak" kemaruk
2021-03-24
4
Mayra Putri
kok sdh istri 4 masih mau sm santri nya kiyai "pusing aku....
2020-11-19
2
Syakila Syakila
harusnya masalah klurga jangan di bicarakan di depan santri
2020-10-21
4