Malam ini adalah malam kebahagiaan bagi pemeran utamanya, Sabinna. Ia di berikan amanah seorang anak pada akhir bulan Syawal. Bulan purnama yang terang benderang masih kalah dengan senyum kebahagiaan istri muda dari Kyai Nawawi itu. Tak hanya pengajian istighosahakan tetapi pengajian besar besaran di rayakan hanya untuk anak dari seorang Sabinna. Di depan jendela Sabinna terus menerus memandangi ke indahan bulan yang cerah, entah karena bulatnya purnama atau cerah akan kebahagiaan dari Sabinna.
"Senang ya dek?." Tanya Kyai Nawawi yang tiba tiba memeluk ia dari belakang.
"Mas, pasti Sabinna merepotkan sekali sampai sampai harus tujuh hari tujuh malam," ucap Sabinna merendah hati.
"Hanya berdo'a saja semoga menjadi anak yang sholeh dan sholekhah," jawab Kyai Nawawi dengan menyenderkan kepalanya pada pundak sang istri. Tak mengerti bahwa ia tengan menikmati pelukan dari suaminya, tiba tiba pintu terbuka dengan lebarnya. Terlihat Syifa yang membawa permen lolipop di tangannya berlari menuju abah tersayangnya.
"Abah, abah kata umi, umi Sabinna punya dedek baru. Syifa gak mau kalo dedeknya cewek!." Seru Latifah kecil pada abahnya.
"Syifa ndak boleh bilang gitu ya nduk, minta maaf sama umi Sabinna," ucap Kyai Nawawi dengan lembut pada sang buah hati.
Syifa yang mendapat teguran dari abahnya dengan tiba tiba matanya menggenangkan air mata, tak terima bahwa sang abah tak menyetujui kehendaknya. Sabinna yang sedang melihati mata indah yang berkaca kaca itu langsung menundukkan pandangan pada gadis kecil di depannya.
"Syifa jangan nangis ya! Ini adeknya Sifa juga. Kalo Syifa ndak mau sama adek terus siapa yang ngajak main adeknya?." Tanya Sabinna pada Syifa dengan sok imut. Kyai Nawawi langsung meraih tangan Sabinna dengan lembut.
"Dek, mas mau jujur," ucap Kyi Nawawi dengan serius.
"Iya mas silahkan jujur," jawab Sabinna dengan senyum lebar.
"Kamu gak pantes sok imut. Wk wk wk," ucap Kyai Nawawi dengan di akhiri tawa yang sedikit terbahak bahak itu.
"Tidak pernah sepuas ini goda kamu ya dek," imbuh Kyai Nawawi ada Sabinna.
"Syttt, mas Awi masih ada Syifa," ucap Sabinna malu malu. Syifa hanya bisa melongo melihat abahnya yang sudah bertahun tahun tak pernah terlihat tawanya yang seperti itu, hingga gigi gisul dari sang Kyai terlihat sangat jelas.
"Umi Sabinna," ucap Syifa dengan tiba tiba.
"Terima kasih," imbuh Syifa dengan berlari meninggalkan dua belahan jiwa itu.
Syifa sangat senang melihat canda tawa dari Sabinna untuk abahnya yang selalu serius itu. Mau tak mau memang harus serius kan, masa depan pondok pesantrennya ada di tangan penguasa yakni abah dari Syifa.
Kyai Nawawi langsung melanjutkan pelukannya yang tadi tersela dengan munculnya Nyai kecil itu, kini hanya dengan mengelus elus perut Sabinna mampu membuat hati mas Awi bahagia.
"Dek, sampean mau malam ini?." Tanya mas Awi pada Sabinna.
"Bukannya nanti Sampean capek mas!." Seru Sabinna mendengus kesal.
"Jangan jangan sampean yang capek, kalau capek ya sudah saya tak ke kamar umi Latif saja," jawab mas Awi sedang melakukan transaksi tarik ulur pada istri mudanya.
"Sampean kok tega sih mas, ini kan jadwal hari sama saya," ucap Sabinna protes.
"Wong saya lho ndak bilang capek, iya kalau sampean mau ya ayo jangan kaya gitu," imbuh Sabinna dengan memoncongkan bibirnya.
"Wes wes jangan marah, iya mas Awi malam ini sama Sabinna," jawab suaminya dengan lembut, luluh dengan sikap manja yang baru saja Sabinna keluarkan.
"Ya sudah mas ayo keluar, nanti keluarga besar sudah nunggu kita malah ndak tau gimana lho," ucap Sabinna dengan lembut menuntun suaminya melewati pintu kamar miliknya.
...***...
Syifa teriak dan berlarian menuju uminya yang sedang memasak di dapur.
"Umi umi umi," teriak Syifa kegirangan.
"Jangan teriak teriak, coba Syifa jalan ssperti biasa aja jangan lari lari juga. Nanti Syifa jatuh dek!." Seru Nyai Fatma pada anak sambungnya itu.
"Kenapa Syifa kok kelihatannya senang sekali, hayooo ada apa ini?." Tanya Nyai Iffah pada Syifa dengan menggelitiki perut gadis kecil tersebut. Syifa menggeliat geli sembari tertawa terbahak bahak.
"Wk wk wk, iya umi ampun. Tadi lho abah tertawa," ujar Syifa dengan masih tertawa di gelitiki ibu sambungnya. Mendengar pernyataaan dari Syifa seluruh pasang mata yang ada di dapur tengah menatap tajam tajam sang gadis mungil tersebut, serasa di terjang ombak dan badai pernyataan Syifa tentang Kyai Nawawi membuat semua kaget terbelalak.
"Tertawa gara gara apa Syifa?." Tanya Nyai Iffah kebingungan akan sikap anaknya.
"Gara gara mengejek Nyai Sabinna. Ha ha ha," jawab Syifa dengan cekikikan.
"Padahal di depan kita Kyai selalu menjaga wibawanya," ujar Nyi Fatma dengan pandangan mata yang kosong, seakan kekecewaannya memuncak lantaran ia tak berhasil membuat sang suami amat sangat bahagia seperti ini.
"Sabinna masih terlalu muda, ia juga masih seumuran dengan Salsa. Dia butuh seseorang yang humoris untuk mendampinginya layaknya cinta remaja. Jangan cemburu karena Kyai menatap kita dengan wibawanya sebab beliau tau kita bukan waktunya yang seperti itu," jelas Nyai Latifah yang tiba tiba datang dengan membawa satu baskom nasi untuk di tata dalam kotak nasi.
"Tapi setidaknya kita butuh sekali saja umi," jawab Nyai Fatma dengan sedikit mengelak.
"Betul umi kita juga butuh," imbuh Nyai Iffah dengan mengiyakan ucapan dari madunya.
"Baik baik ayo kita selesaikan nanti coba saya bicarakan dengan Kyai Nawawi," jawab Nyai Latifah yang meminta kedua madunya untuk tak risau dan terus melakukan pekerjaannya.
Namun dari arah lain dua orang hamba yang sedang berjalan menuju kerumunan perempuan disana, mendengar dengan jelas kerisauan dua madu dari Nyai Latifah. Sabinna dan Kyai Nawawi yang menuju ke arah dapur tiba tiba mengarahkan pelan dua pasang kaki itu unruk berjalan pelan.
"Apa yang kalian risaukan istriku?." Tanya Kyai Nawawi memecahkan pergunjingan yang ada di antara istrinya.
"Semuanya hanya menyambut senyuman, tidak mau menjawab abah?." Kyai Nawawi pada ketiga istrinya tersebut.
"Abah gimana kalau pengajiannya hanya tiga hari?." Tanya Nyai Latifah pada Kyai Nawawi.
"Kok tiga hari? kan saya maunya tujuh hari," jawab Kyai Nawawi dengan mengerutkan alisnya.
"Ya kalau sampean mau masak sendiri tujuh hari tujuh malam juga ndak masalah mas, tapi kita juga butuh istirahat," ucap Nyai Fatma dengan nada menyindir. Mendengar sindiran dari Nyai Fatma membuat Kyai Nawawi merasa iba dan tak bisa berbuat apa apa walau dengan keputusannya yang sudah di tetapkan.
"Tiga hari pun sebenarnya sangat letih umi, tapi tetap kita usahakan," imbuh Nyai Iffah pada Nyai Latifah.
Kyai Nawawi, Sabinna dan Nyai Latidah mendengar dua orang istri dari Kyai Nawawi yang sedikit protes itu, langsung kebingungan untuk menyelesaikan masalah saat ini. Kyai Nawawi tak mungkin bertindak jauh tanpa ada ridha dari istrinya, sedangkan Sabinna tak enak hati dengan saudaranya karena kehamilannya. Nyai Latifah hanya menunduk malu tak bisa berbuat apa apa karena sudah terlanjur terucap dari bibir keduanya.
"Biarkan tiga hari saja mas. Lagian saya juga pasti capek," ungkap Sabinna pada Kyai Nawawi, ia terus menunduk dan merasa bersalah pada Nyai Iffah dan Nyai Fatma.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
callyouMaijoi
like Kaka 👍
mampir ya ke ceritaku Dua Istri Polos Ku 🤗
2020-09-04
3
Pink Panther
2 like👍, kutunggu likebacknya di The Macaws
2020-08-27
2
Reina Sulistia
Waiting for you
2020-08-27
2