Waktu terus berjalan, malampun sebentar lagi menjemput sang fajar namun Sabinna dan suaminya tak kunjung mengistirahatkan kelopak matanya. Sabinna tak berkutik sama sekali walau sang suami terus membelakanginya, sedikit rasa kecewa ada pada benak Sabinna namun ia tetap paksakan dan mengingat bagaimana kecewanya Kyai Nawawi saat mengetahui istrinya tak lagi memiliki perawan sebelum menikah dengannya.
Sabinna beranjak dari tidurnya dan mengambil wudhu karena tak kunjung tertidur. Saat ia membuka pintu Sabinna memandangi wajah sang suami yang sedang terlelap. Sabinna melakukan sholat tahajjud di kamarnya tepat di samping kasur tempat Kyai Nawawi berbaring, dua rakaat yang kini baginya tak cukup ia tambah dengan lamanya sujud sembari tersedu sedu, memantaskan diri bukanlah hal mudah bagi Sabinna yang terbiasa bebas dalam bergaul.
Tangisan Sabinna berhenti, kini Sabinna membaringkan tubuhnya tepat di atas sajadah milik Kyai Nawawi yang sedang ia pakai, Sabinna akhirnya bisa terlelap setelah merengek habis habisan pada sang maha Kuasa agar dikuatkan berjuang untuk pesantren, untuk umi Larifah dan juga untuk Kyai Nawawi.
Kyai Nawawi bangun dari tidurnya setelah melihat Sabinna terlelap, sedari tadi beliau hanya berpura pura tidur agar Sabinna merasa nyaman melakukan sholat tahajjudnya. Kyai Nawawi berjalan menuju tubuh Sabinna dan menggendongnya ke atas kasur agar sang istri tak kedinginan, Kyai Nawawi melipat sajadah yang di kenakan oleh istrinya dan menuju kamar mandi untuk membasuh tubuhnya dan bersiap sholat subuh.
Tok Tok Tok, suara pintu kamar terdengar berbarengan dengan keluarnya kyai Nawawi dari kamar mandi, langsung Kyai Nawawi berjalan ke arah pintu dan membuka knopnya, terlihat tiga wanita shalekhah di depan pintu sedang menunggunya untuk turun mengimami sholat subuh.
"Saya sedang bersiap dan berangkat dahulu. Istri istriku, bangunkan saudara barumu," ucap Kyai Nawawi dengan membenahi kancing lengan pada kemejanya dan melewati ketiga istrinya, tanda mempersilahkan masuk untuk ketiganya.
"Sabinna, bangun. Kyai sudah turun, ayo jama'ah," ucap bunda Iffah sambil sedikit menepun nepuk punggung Sabinna, Sabinna terbangun dan langsung duduk saat melihat tiga wanita di depannya.
"Sudah waktunya sholat subuh ya umi, umi umi jalan duluan, Sabinna mau cuci muka dan wudhu," pinta Sabinna agar ketiga istri Kyai mendahuluinya.
...***...
"Waktunya umi Latifah mengimami asrama putri, saya juga bunda Iffah ikut Kyai berjama'ah di masjid putra. Assalamu 'alaikum," ucap Nyai Fatma mengucapkan salam, Nyai Latifah mengangguk dan menjawab salam dari Nyai Fatma dengan senyum yang cantik, beliau bertiga langsung bergegas pergi agar sholat subuh tak telat. Semua para jama'ah berdiri untuk memulai sholat subuhnya, dari kejauhan Sabinna yang melihat itu langsung lari terbirit birit agar tak kehilangan raka'at pertama dari sang imam.
"Akhirnya sampai juga" sapa Nyai Iffah ada Sabinna dan langsung membacakan niat sholat subuh.
"Assalamu 'alaikum warahmatullah, Assalamu 'alaikum," salam sang Kyai mengakhiri sholat subuh, dilanjut wirid bersama dan soroghan al qur'an bagi para santriwan maupun santriwati.
"Sabinna, sampean ngaji ke Kyai ya Kyai tidak mengajar untuk subuh, bunda Iffah dan saya mau mengajar ngaji. Saya undur diri," ucap Nyai Fatma pada Sabinna dengan sopan, mendengar keterangan dari Nyai Fatma akhirnya Sabinna memutuskan untuk menunggu Kyai turun dari masjid.
Tiga puluh menit, satu jam, satu setengah jam berlalu namun Kyai Nawawi tak kunjung turun dari masjid akhirnya salah seorang santri putra memberanikan diri menanyai ibu pengasuh barunya karena terlihat sangat kebingungan.
"Nyai, tasek wonten acara nggeh? (Nyai, masih ada acara ya?)" Tanya seorang santri pada Sabinna.
"Kyai pundi? (Kyai mana?)" Tanya Sabinna singkat pada santri tersebut.
"Kyai sampun tindak (Kyai sudah pergi) " jawab santri tersebut dengan sedikit menahan tawa, bagi para santri sehabis malam pertama memanglah bukan hal tabu jika pasangan pengantin saling lengket bak prangko, namun bagaimana bisa jika itu Nyai dari pesantren menunggu kyai yang sudah lama pergi di depan masjid putra.
"Matur nuwun kang (Terima kasih mas)," ucap Sabinna dengan kesal dan meninggalkan masjid putra tersebut.
Sabinna mengomel saat berjalan menuju ndalem³. Ia membuka pintu rumah dan langsung berlari menuju pintu kamarnya, saat memasuki kamarnya pun Sabinna masih terus mengomel sendiri tak karuan bahkan ia tak menyadari bahwa Kyai Nawawi sedang memperhatikannya di tengah pintu ruang ganti.
"Mau ngaji atau terus ngomel?." Tanya Kyai Nawawi dengan berjalan menuju kasur yang kini di tempati oleh Sabinna.
"Ndak mau, mau tidur aja," ucap Sabinna malu malu sambil menutupi wajahnya dengan selimut tebal yang ada di tangannya saat ini. Kyai Nawawi langsung mengambil selimut tersebut dan terus memandangi wajah malu sang istri.
"Mass... Jangan dilihat ihh," ucap Sabinna yang langsung reflek memukul pelan paha suaminya dan tersungkur di atas kasur karena saking malunya.
"Jangan malu malu, bereskan baju sampean nanti tak cucinya, habis ini para hadam mau bersihkan kamar " ucap Kyai Nawawi dengan terus tersenyum sembari membelai rambut Sabinna pelan.
...***...
"Assalamu 'alaikum, abi" ucap ketiga orang istri Kyai Nawawi yang sudah selesai melaksanakan tugasnya. Langsung Kyai Nawawi pergi dari kamar Sabinna dan langsung menghampiri ke tiganya dan menyalaminya.
"Gimana perkembangan santri yang belum bisa baca al qur'an umi?" tanya Kyai Nawawi pada Nyai Latifah
"Alhamdulillah bi, bulan depan inn syaa Allah lancar jika mereka ada niatan untuk serius" jawab umi Latifah dengan penuh keyakinan.
"Yang tahfidul qur'an bagaimana bunda?." Tanya Kyai Nawawi pada Nyai Iffah.
"Alhamdulillah tahun ini inn syaa Allah yang wisuda ada lebih dari sepuluh orang perkamar ayah," jawab Nyai Iffah dengan senyuman manisnya.
"Bagaimana tentang madrasah diniyah tahun ini?" tanya Kyai Nawawi pada Nyai Fatma.
"Semua urusan beres, tinggal persiapan wisuda dan juga hadiah bagi siswa siswi yang berprestasi," jawab Nyai Fatma dengan senyum ciri khasnya.
"Kalau semuanya siap, abah mau minta Sabinna mengurus pesantres. Semua peraturan, keuangan dan yang lainnya. Dia tak pandai dalam mengaji tapi dia tegas dan pintar dalam ilmu dunia, jika di gandengkan dengan kehidupan pondok maka ilmunya takkan sia sia, inn syaa Allah," ucap Kyai Nawawi mengakhiri rapat pagi kali ini.
Melihat para khadam sudah datang membuat Ketiga Nyai tersebut pergi ke dapur dan bersiap memasakkan sesuatu untuk di santap oleh keluarganya. Dari kejauhan Kyai Nawawi melihat dua orang anak kecil berlarian, siapa lagi kalau bukan neng Syifa dan gus Wahyu.
"Wahyu, Syifa. Ojo mbalu mblayu, ndak tibo (Wahyu, Syifa. Jangan lari lari, nanti jatuh)," teriak Kyai Nawawi pada putra putrinya yang masih kecil. Keduanya berhenti berlari dan menghampiri Kyai Nawawi.
"Abah katanya nikah sama kimcil ya?." Tanya neng Syifa pada Kyai Nawawi.
"Ck, kimcil itu apa?." Tanya Kyai pada neng Syifa.
"Ndak tau kata mbak mbak kimcil," jawab gus Wahyu sambil ngos ngosan.
"Sudah, sudah. Masuk rumah, nanti di pukul umi lho," tegur Kyai Nawawi pada kedua anaknya. Setelah melihat kedua anaknya yang memasuki pintu masuk ndalem, akhirnya Kyai Nawawi pergi ke asrama putri untuk mencari siapa dalang yang bermulut comberan tersebut.
3 \= ndalem adalah kediaman Kyai di dalam pesantren.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Umi Habibach
hahahah
2020-10-20
3
_Dhan_
menurut aq tulisan Author rapi,
2020-09-04
1
🧭 Wong Deso
Salam dari TA'ARUF CINTA
2020-09-03
4