Setelah sholat subuh usai, saat santri mulai berkumpul untuk melakukan rutinitas soroghan seperti biasanya, begitupun Sabinna yang kini sedang belajar mengaji dengan sang suami.
"Bismillah hirrahman nirrohim," baca Sabinna membuka bacaan dengan basmallah.
Namun ponsel Kyai Nawawi tiba tiba berdering, membuat Sabinna memberhentikan acara mengajinya dan fokus dengan seseorang yang menelpon suaminya.
"Assalamu 'alaikum, Kyai Nawawi. Saya Syamsul Hadi akan datang bersama sanak keluarga kalau ada luang waktu njenengan hari ini?" ucap seseorang dari balik ponsel.
"Wa 'alaikum salam, njeh Kyai, monggo, di tunggu keluarga besar saya hari ini" jawab Kyai Nawawi dengan senang hati.
" Kalau begitu Assalamu 'alaikum." Salam perpisahan Kyai Syamsul pada Kyai Nawawi.
"Wa 'alaikum salam warahmatullah wabarakatuh," jawab Kyai Nawawi dan Sabinna bersamaan.
Kyai Nawawi dan Sabinna memberhentikan soroghan, Kyai Nawawi menghela nafas panjang setelah menerima telpon dari Kyai Syamsul tadi.
"Mas Awi kenapa?." Tanya Sabinna pada sang suami.
"Aku hanya membayangkan bagaimana jika Salsa di pinang oleh seseorang, hatiku belum siap rasanya," jawab Kyai Nawawi pada pertanyaan Sabinna.
Beliau berjalan menuju kasur dan duduk dengan pose seperti orang yang sedang berpikir keras, seakan akan Kyai Nawawi tau atas maksud kedatangan Kyai Syamsul dan juga sanak keluarganya.
"Maaf mas, Sabinna ndak tau jika memikirkan soal anak atau yang lainnya. Tapi jika mas Awi berpikir antara rela dan tidaknya sekarang keputusan masih ada di tangan mas Awi," ucap Sabinna berjalan mendekati tempat dimana Kyai Nawawi duduk.
"Tapi jika antara ikhlas atau tidaknya pasti orang tua saya juga tak ikhlas jika Binna harus menikahi mas Awi yang sudah memiliki tiga istri," imbuh Sabinna.
Ucapan Sabinna menyadarkan Kyai Nawawi akan hal yang beliau pikirkan sedari tadi, Kyai Nawawi tersenyum lembut ke arah Sabinna, memandang wajah teduh istrinya. Mempautkan antara hati dan raga, wajah Sabinna antara wajah lelakinya berpaut tatap seakan kerinduan yang lama tak ia dapatkan kini akan di berikan dengan lapang dada. Betul sekali, pada akhirnya kyai Nawawi mengambil apa yang sudah seharusnya menjadi miliknya saat menikahi Sabinna. Kini layaknya seorang suami istri yang sah, tak ada lagi yang Sabinna tutup tutupi dari suaminya walau sehelai rambut pun.
"Maaf Sabinna, mas Awi lancang," ucap suaminya menyudahi temu yang memabukkan itu.
"Bukan salah mas Awi, mas Awi mandi dan cepat keluar dari kamar ya. Nanti tiba tiba Salsa masuk," pinta Sabinna dengan menenggelamkan wajahnya di bawah selimut putih tersebut. Kyai Nawawi gemas melihat wajah Sabinna yang memerah bak bunga mawar, Kyai Nawawi mencubit kedua pipi Sabinna dengan keras.
"Aww mas Awi apaan sih," jerit Sabinna antara kesal dan kesakitan.
"Mau ikut?." Tanya sang suami dengan senyum manisnya.
"Sana pergi sendirian, anggap gak tau apa apa aja" ucap Sabinna dengan kesal.
Kyai Nawawi meninggalkan istrinya Sendirian di kamar karena ajakannya di tolak oleh sang istri. Sabinna lekas bergegas dari kasur dan kembali mengenakan balutan kain yang sebelumnya ia lepas. Berjalan sembari membenarkan bajunya. Cklek, suara pintu kamar Sabinna terbuka sendiri. Rupanya istri pertama dari suaminya yang membuka pintu kamar, Nyai Latifah langsung melihat seorang perempuan yang sedang mengganti sprei kamarnya dengan tergesa gesa itu.
"Ah umi, mas Awi sedang mandi, mari masuk umi," jelas Sabinna dan mempersilahkan istri pertama masuk ke dalam kamarnya.
"Rupanya hari ini," gumam Nyai Latifah singkat dengan memandangi dandanan Sabinna yang sedikit acak acakan karena tergesa gesa.
"Ya umi?." Tanya Sabinna tak faham maksut dari ucapan sang madu.
"Ah tak perlu kok mari makan keluar, semuanya sedang menunggu," ucap Nyai Latifah pada Sabinna. Tiba tiba pintu kamar mandi terbuka, dan terlihat suami dari mereka berdua mengenakan piyama mandinya.
"Dek, cepat masuk nanti habis ini..." Ucapan Kyai Nawawi terpotong saat melihat istri pertamanya berada dalam kamar sang madu.
"Ah sudah lama, sayang?." Tanya Kyai Nawawi pada Nyai Latifah. Berusaha seperti tak terjasi apa apa, Kyai Nawawi mendekati istri pertamanya dan menyambutnya dengan hangat akan tetapi sang istri menepis tangan suaminya.
"Ah maaf abah, umi hanya kaget saja karena tak konsen," ucap Nyai Latifah dengan wajah sedikit pucat.
Seperti inikah rasanya Sabinna saat memergoki abah dengan Nyai Fatma kemarin malam?, pikir nyai Latifah dalam dalam. Nyai Latifah langsung meninggalkan suaminya dengan sang madu dari kamarnya dengan wajah yang pucat pasi.
"Apakah dia sakit?." Tanya Mas Awi dengan heran melihat tingkah aneh istri pertamanya.
"Jangan di pikirkan mas sebelum mas Awi keluar dari kamar mandi Nyai Latifah masuk dengan keadaan pucat," ucap Sabinna agar suaminya sedikit tenang.
Apakah Nyai Latifah mengetahui bahwa aku tadi bersama mas Awi?, pikir Sabinna keras karena heran akan sikap saudaranya itu.
Kyai Nawawi jelas mengerti kenapa Nyai Latifah memasang muka pucat dan kaget, tentang cemburunya Nyai Latifah bukanlah apa jika beliau sendiri yang merekomendasikan Sabinna pada sang suami. Mau bagaimanapun Sabinna dan mas Awi takkan menjadi masalah karena sudah bersuami istri.
Kyai Nawawi bergegas mengganti baju dan pergi mendatangi Nyai Latifah di kediamannya. Melihat Nyai Latifah yang menangis tersedu sedu tak seperti biasanya membuat hati Kyi Nawawi merasa sakit.
"Karena saya dan Sabinna?." Tanya Kyai Nawawi pada Nyai Latifah namun bibir tipis sang istri tak juga terbuka dan masih saja tersedu.
"Tentang Sabinna itu bukanlah masalah karena kamu yang memintanya bukan? Setiap istri harus mendapat jatah masing masing agar adil," imbuh Kyai Nawawi dengan menepuk pundak sang istri pelan.
"Cemburu adalah wajar, nanti malam aku padamu," imbuh Kyai Nawawi untuk yang ketiga kalinya.
"Dia lebih hiks... Muda, lebih hiks... cantik dari umi hiks... dan juga abah hiks.. sering sekali hiks... memperhatikan Sabinna," ucap Nyai Latifah membela hati kecilnya.
"Hatimu cantik dan kamu yang paling mengerti tentang saya, kamu istri sholekhah," tegas Kyai Nawawi membuat tangisan Nyai Latifah berhenti. Nyai Latifah langsung memeluk suaminya dengan menangis hebat di pundak sang suami.
"Akhirnya istri tercintaku luluh juga, terimakasih telah memberikan semuanya padaku," ucap abah pada Nyai Latifah dengan membalas pelukan sang istri.
Kyai Nawawi tak bisa membeda bedakan antara istri satu dengan yang lain, semua di sama ratakan dan di berikan hati sesuai kebutuhan masing masing. Kini memang hati Sabinna belum sepenuhnya milik mas Awi, maka dari itu beliau sedikit memberi kebebasan Sabinna akan memilih dan meminta sesuatu hal. Kyai Nawawi ingin meluruskan hati Sabinna secara perlahan, bagi Sabinna sholat tajahhud dan sholat duha saja sudah berat maka sang Kyai memulainya dari sholat sunah terlebih dahulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Umar
kok bsa y othor krang crta gtu, psti otak othor emg dah halue dri kcil mknya gde nya gni hsil halue nya
2022-10-26
1
weny
c kakek yg dpt daun muda, lo g kuat ngapa nyai mlh nyuruh suami nikah ma bina coba... tp kyai hebat jg wlo dh tua tp msh kuat 😁
2021-06-02
1
Fandiberkasih Cellin
lanjut thour
2021-05-23
0