Pagi hari menyambut dengan gerimis mengguyur halaman pondok pesantren brgitu juga dengan Kyai Nawawi yang sedang bercengkrama dengan istri keduanya, Nyai Iffah. Di dengarnya suara canda tawa dari kedua pasangan itu membuat hati Sabinna yang sakit menjadi tambah sakit, di keluarga ini hanya Sabinna yang tak ingin berbagi duka dengan istri istri yang lain.
Memanglah Sabinna tak cukup umur untuk menjadi istri ke empat namun ia terus belajar menyesuaikan hatinya. Seakan akan berjalan di atas silet yang tajam, Sabinna tak merasakan kesakitan manum lebih tepatnya nyeri yang tak bisa di ungkapkan. Nyai Latifah yang melihat Sabinna duduk di kursi dapur dengan membawa segelas susu di tangannya, dengan wajah sendu tak berdaya membuat Nyai Latifah merasakan bagaimana pilu dari sng madu. Nyai Latifah mendekat ke arah di mana Sabinna terduduk lemas lunglai tak berdaya itu, Nyai Latif mengambil bongkahan es batu alumunium yang ada di freezer dan langsung duduk di sampingnya.
"Bukankah sampean terlalu menyedihkan untuk meratapi sebuah hal sepele? Sampean ini masih baru di mata abah jadi entah baik buruknya sampean abah akan tetap suka," ujar Nyai Latifah dengan senyuman manisnya.
"Jika sampean saja yang sekarang adalah paling menyenangkan bagi abah apakah pantas sampean bersedih? Lalu bagaimana dengan saya yang sebagai istri pertama dari abah?." Nyai Latifah berkata demikian agar membuat hati Sabinna yakin terhadap cintanya. Sabinna terdiam seribu bahasa mendengar pernyataan yang masuk akal dari saudaranya.
"Wajar jika sampean cemburu kepada saya dan saya cemburu kepada sampean, begitu juga Nyai Iffah dan Nyai Fatma," imbuh lagi Nyai Latifah.
"Sungguh wanita mampu menyembunyikan cinta selama empat puluh tahun lamanya namun tak sanggup menyembunyikan cemburu meski sesaat, itu dawuh dari Ali bin Abi Thalib," ucap Nyai Latifah dengan mengakhiri perbincangannya dengan Sabinna, melihat sang Kyai keluar dari kamar istri ke duanya.
Beranjaklah dari duduknya, Nyai Latifah langsung mendatangi suaminya dan menawarkan es susu miliknya. Sang suami langsung mencolek hidung istrinya dengan manja dan mendapat pelukan yang sangat erat dari wanitanya itu. Tanpa melihat Kyai Nawawi, Sabinna terus memikirkan apa yang di nyatakan oleh Nyai Latifah padanya adalah kebenaran. Bahwa semuanya adalah pilihan Kyai Nawawi bahkan jika beliau ingin bersama siapa, Kyai Nawawi hanya ingin berusaha bersikap adil, namun beliau juga ingin membut Sabinna betah dengan keadaan keluarga ndalem yang mungkin bisa saja menghimpit hati kecilnya.
"Abah tolong perhatikan Sabinna ya, dia sedih abah belum ke kamarnya. Kemungkinn kalau abah sendiri yang memberitahunya dia akan luluh dan mau mengerti," bisik Nyai Latifah di balik pelukannya kepada suami.
"Apakah dia habis menangis mi?." Tanya Kyi Nawawi pada beliau dengan santai.
"Tadi hampir saja menangis tapi alhamdulillah tidak jadi," jawab Nyai Latifah masih dengan bisik bisik manjanya.
"Habis ini abah ke kamar Sabinna ya umi di tahan cemburunya," izin Kyai Nawwi pada istri pertamanya.
"Jangan lupa cintanya pada saya harus tetap utuh," ujar Nyai Latifah dengan gemasnya
"Iya mi, ya sudah abah lepas pelukannya," ucap Kyai Nawawi dengan melepas pelukan dari sang istri dan langsung berjalan menuju tempat Sabinna duduk. Tuk tuk tuk suara ketukan meja yang terdengar lirih mengagetkan Sabinna dari lamunannya, jari jemari Kyai Nawawi terus mengetuk sampai Sabinna meraih tangannya dan bersalaman.
"Mau ikut mas Awi ndak?." Tanya Kyai Nawawi pada istri mudanya.
"Kemana mas?." Tanya Sabinna yang ingin tahu.
"Ikuti saja dari belakang dan nanti tutup pintunya setelah kita masuk," ucap Kyai Nawawi yang langsung berjalan menuju arah kamar Sabinna. Sabinna senang sekali melihat suami berjalan ke kamarnya, ia langsung menutup dan mengunci pintu kamar setelah keduanya masuk di kamar. Kyai Nawawi duduk di kursi yang menghadap ke jendela besar yang ada di depannya.
"Sini mas duduk di pahanya mas, ndak ada tempat duduk lagi karena kursi ini di rancang hanya untuk saya," ucap sang suami dengan taangan yang melambai lambai. Sabinna celingak celinguk dan akhirnya meraih sajadah dan berakhir dengan duduk di bawah kursi suaminya.
"Kenapa malah marah dek? Mas itu kan sudak menawarkan pangkuan," ucap Kyai Nawawi yang kesal dengan tingkah sang istri.
"Saya berat mas akhir akhir ini berat badan saya naik, takut mas Awi merasa keberatan," jelas Sabinna dengan mimik wajah khawatir.
"Ha ha ha ya sudah terserah sampean saja," ucap Kyai Nawawi tertawa mendengar penjelasan dari sang istri. Seketika keadaan menjadi hening tanpa adanya sepatah kata yang keluar dari kedua insan, Sabinna takut akan yang di ucapkan Kyai Nawawi padanya sedangkan Kyai Nawawi bingung memulainya dari mana.
"Dek sampean tau kan kalau cinta itu tidak bisa di ungkapkan dengan mudah. Jika seseorang di tanya sejernih apa cinta dengan air maka orang tersebut menjawab cinta lebih jernih, namun juga jika seseorang di tanya seberapa pekat cinta maka pasti ia juga menjawab sehitam seduhan kopi," ucap Kyai Nawawi padanya.
"Cinta tidak bisa hanya di definisikan bahwa saya bertemu sampean maka hati akan dag dig dug, tidak bisa. Bahkan jika mengingat seseorang yang kita cintai pasti degupannya anak kencang jua," imbuh Kyai Nawawi. Sabinna mengangguk angguk mengisyaratkan bahwa ia paham akan yang di basah oleh suaminya itu.
"Bahkan cemburupun juga begitu, cemburu jika sangat berlebihan itu bisa di namakan bukan cinta lagi namun lebih tepatnya adalah obsesi. Jadi jangan jadikan hatimu terobsesi dengan mas Awi, dzikirlah seperti yang di lakukan para istri mas Awi lainnya jika saya sedang bersama sampean, itu lebih baik," tegur Kyai Nawawi pada istrinya.
Mendengar peringatan dari sang suami Sabinna merasa ia sangatlah ingin memiliki seutuhnya dari Kyai Nawawi, namun apalah daya jika istri suaminya bukan hanya dia seorang. Sabinna mangut mangut mengerti apa yang suaminya bahas, ia mengelap air matanya merasa perkataan suaminya kurang lembut jika di sampaikan padanya yang baru saja menjadi istrinya kurang lebih satu bulanan.
Sabinna hanya diam dan tak berani membuka suaranya walaupun dengan satu kata saja. Kyai Nawawi langsung memeluk istrinya, beliau tau mungkin cara ini akan mematahkan hati istrinya, namun jika tidak Sabinna akan semena mena dan memusuhi istri istri lain Kyai Nawawi.
"Maafin adek hiks.. mas hiks.. adek salah hiks.. adek akan perbanyak hiks... dzikir kepada hiks... Allah mas hiks.." Ucap Sabinna di kala tangisannya terpecah sebab tak tertahankan lagi. Kyai Nawawi mengusah air mata yang membendung di kelopak mata sang istri muda dan terus menepuk nepuk pundaknya.
"Jangan bersikap acuh pada istri mas Awi yang lain, mas Awi akan merasa sedih dek," tegas Kyai Nawawi memeringatkan Sabinna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Zhaafbrynn
tersentuh...
2022-09-08
1
Tri Yulia
ini novel bt pembaca yg punya hati luuuaaaaaaassss dlm memahami poligami,,,, kl buat Q berat oz isi'a hrs brbagi suami,,,
2021-12-25
1
weny
sabina hamil
2021-06-02
1