Pagi yang cerah menyambut kebahagiaan keluarga besar ndalem terutama bagi Kyai Nawawi dan Nyai Latifah, sang anak telah bertemu pangeran berkuda putihnya dan juga kesalah fahaman antara Kyai Nawawi dan Nyai Latifah sudahlah usai. Kehangatan kembali memeluk datangnya surya pada hari ini, Sabinna yang sedang bersedih hati itu berusaha menghibur hatinya sendiri dengan berjalan jalan menuju asrama putri, melihat lihat keramahan suasana di asrama putri yang awalnya pedih di rasa itu.
"Assalamu 'alaikum Nyai. Njenengan mari masuk ke kamar pengurus, nanti kalau njenengan di luar asrama di kira santrinya Kyai." Kata seorang pengurus bagian seksi kepribadatan.
"Kok santri mbak? Saya ndak punya wibawa ya?." Tanya Sabinna dengan wajah ingin taunya.
"Bukan begitu Nyai, tapi njenengan masih sangat muda, mari Nyai," jawab mbak Salma pada Nyai Sabinna dan mempersilahkan ibu pengasuhnya itu memasuki kamar. Saat Sabinna sudah berada di depan pi tu kamar pengurus, semua pengurus putri langsung berdiri dan memberi hormat padanya.
"Assalamu 'alaikum Nyai," sapa semua santri wati yang ada dalam kamar luas itu.
"Wa 'alaikum salam warahmatullah wabarakatuh. Sudah duduk saja dan lanjut ceritanya, saya juga pengen tau," jawab Sabinna dengan memersilahkan santrinya kembali, membahas apa yang barusan saja tertunda karena kedatangannya.
"Gini Nyai, ada santri putri baru parasnya cantik banget, sepertinya akan jadi primadona," lawak seorang santri pada Sabinna.
"Oh ya, di mana dia? Bisa suruh kesini?." Tanya Sabinna yang ikut penasaran mengenai santriwati baru. Seletah lama menunggu santri putri menghadap di kamar pengurus akhirnya ia datang juga.
"Oh ini ya santri barunya, siapa namanya mbak?." Tanya Sabinna dengan riang pada santrinya itu namun tatapan tajam terlihat jelas mengarah pada dirinya sekarang, semua santriwati yang melihatnya langsung ingin menghukum dia saja jika tak ada Sabinna di tempat.
"Maaf Nyai, santri barunya tak sopan pada njenengan," ucap mbak Salma ada Nyai Sabinna.
"Mbak sampean bedakan menatap pengasuh dengan menatap santri biasa walaupun sampean juga punya pesantren di ndalemnya," tegur Annisa selaku seksi keamanan.
"Maafkan saya Bu Nyai, saya Jahwa dari pesantren Darul qur'an dan ini kembaran saya yang bernama Najwa," ucap Jahwa dengan menunjuk adik kembarnya.
"Baik untuk mbak Jahwa jangan di ulangi lagi ya dan juga mbak Najwa jangan contoh sikap yang tidak baik," teguran lembut dari Sabinna keluar secara perlahan.
"Njeh Nyai," jawab Najwa pada Sabinna dengan tutur kata yang lembut. Semua orang kaget mendengarnya, sikap dan sifat Najwa sangat bertolak belakang oleh sang kakak.
"Yasudah sampean lanjutkan acara belajarnya di dalam kamar sampean saja, saya masih rapat dengan mbak mbak pengurus," ucap Sabinna yang masih bingung dengan kedua saudari kembar itu.
"Mbak sebaiknya di perhatikan BK nya atau juga cara mereka bersosialisasi, bagaimanapun juga keangkuhan sifat dari sang kuasa dan jangan sampai seorang hamba menyifati!." Seru Sabinna pada mbak Annisa selaku ketua seksi keamanan.
"Oh iya adakan juga kegiatan khotibah bagi santri santri nanti susunan acaranya yang pertama qiro'atul qur'an, yang kedua pembacaan sholawat, yang ketiga sambutan dari pengurus dan setelah itu baru khotibah inti dan juga penutupan dengan do'a," pinta Sabinna dengan para jajaran kepengurusan santri putri.
"Khotibah untuk malam minggu dan barzanji untuk malam jum'at, hari Jum'at manisnya pengajian akhbar sedangkan Ahad paginya dawuh Kyai. Tolong sampean catat saya akan pulang ke ndalem sekarang," imbuh Sabinna dengan tergesa gesa.
"Njeh Nyai, hati hati di jalan. Assalamu 'alaikum," ucap salam pengurus santri dengan serempak. Setelah jauh Sabinna meninggalkan tempat mereka semua bubar masing masing.
"Nyai Sabinna ndak seperti yang di gosipkan ya, wong beliau lho tegas dan juga pemaaf sekali. Kalo saya yang jadi Nyai Sabinna pas di lirik tadi langsung tak culek (congkel) matanya si Jahwa," ucap salah seorang pengurus putri.
"Gausah pake kata jangankan wong di bayangin saja masih mustahil," jawab seorang santri putri lain dengan sedikit membumbui lelucon di dalamnya.
"Woo awas kamu ya, tak kejar kamu," ujar santri dari Solo tersebut. Mereka menemukn kebahagiaan dengan cara mereka masing masing.
...***...
"Mbak Salma aneh ndak sama Jahwa tadi? Kok bisa ya dia memandang saya seperti itu. coba sampean carikan buki riwayat dia pernah sekolah di mana saja," pinta Sabinna pada Salma yang masih mengikutinya sampai ke dalam rumah ndalem.
"Njeh Nyai," jawab Salma dengan suara yang lembut. Tiba tiba Nyai Latifah, Iffah dan juga Fatma mendatangi Sabinna setelah melihat sang madu sudah pulang ke rumah.
"Ada apa Sabinna? Kenapa kamu pucat sekali? Sakit lagi?." Tanya Nyai Fatma pada Sabinna.
"Mboten (tidak) Nyai, tadi tiba tiba pas saya datang ke asrama putri anak anak pengurus bilang kalau ada santri baru putri," jawab Sabinna dengan kebingungan.
"Oh Jahwa dan Najwa toh? Bukannya mereka dulu mondok di Pondok pesantrennya Kyai Syamsul dan hari ini tiba tiba pindah," ucap Nyai Iffah padanya.
"Berarti Salsa tau soal Najwa dan juga Jahwa?." Tanya Nyai Latifah pada saudaranya itu.
"Kan njenengan ibunya to Nyai, kok tanya sama kita," ucap Nyai Iffah dengan tersenyum lebar.
"Saya punya perasaan ndak enak tiba tiba," ucap Nyai Latifah.
"Salsa, sini nak," panggil Nyai Latifah pada anaknya.
"Njeh umi?." Salsa menjawab panggilan uminya dengan imut.
"Sampean kenal Najwa dan Jahwa?." Tanya Nyai Latifah pada sang anak.
"Kalau kenal sih endak mi tapi kalau tau memang iya, Salsa ndak satu asrama dengan Jahwa dan Najwa, kenapa mi?." Tanya Salsa pada sang ibu. Nyai Latifah terdiam mendengar jawaban dari sang anak dan terus berpikir keras tanpa menjawab pertanyaan dari sang anak terlebih dahulu.
"Sudah umi mungkin perasaan njenengan saja," ucap Nyai Fatma pada Nyai Latifah yang terus tak tenang.
"Mereka berdua kenapa memangnya Sabinna?." Tanya Nyi Latifah pada madunya.
"Saya panggil tapi Jahwa melototi saya seperti tak kenal ampun mi namun anehnya si Najwa malah sopan sekali mi kepada saya," jawab Sabinna.
"Memang kembaran selalu memiliki sifat yang bertolak belakang dengan perasaan yang sama, bisa jadi itu hanya masalah memandang saja," ucap Nyai Iffah yang berusaha menenangkan Sabinna. Beliau tau bagaimana hati Sabinna sekarang.
"Lebih baik menyelidikinya dan bilang ke abah," ucap Nyai Latifah dan langsung meninggalkan tempat untuk mencari suaminya itu. Semua orang yang ada di tempat hanya terdiam melihat Nyai Latifah yang tergesa gesa tak seperti biasanya.
"Bukankah itu terlalu cepat Nyai?." Tanya Nyai Fatma pada istri ke dua Kyai Nawawi.
"Feeling ibu lebih tajam mbak," jawab Nyai Iffah dengan mengikuti langkah Nyai Latifah dan bersedia membantu saudaranya mencari sang suami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
🧭 Wong Deso
like sampe disini dulu kk, ceritamu menarik kak..
2020-09-04
2
zhull octa
semangat gan
2020-08-28
2
Zahra
Semangat kak, ceritanya bagus banget.
Mampir juga yuk di cerita aku "Mencintai atau Dicintai?"
"Destiny Of Life"
"Aku, kamu dan Takdir"
Klik profile aku ya
Terimakasih
2020-08-22
1