"Nak, hari ini hidupmu bukan lagi untukmu. Waktu bersenang senangmu sudah habis, jangan kau buat risau suamimu, jangan buat ia mengembalikanmu secara tidak terhormat. Kau harus mampu menjaga wibawamu, menjaga hati dan tata kramamu," ucap sang nenek
Ia terus memandangi cucunya yang sedang di rias oleh penata rias pilihan Nyai Latifah. Sabinna memasuki tempat pengantin dan mendapati Kyai Nawawi sudah siapkan diri dengan mengenakan jas hitam yang membuatnya terkesan sedikit manis, sekilah membuat hati Sabinna teduh saat melihat beliau.
Sabinna duduk dengan jarak satu meter dari Kyai Nawawi, qabiltu yang di iringi ratusan orang yang memandanginya dengan rasa bersyukur dan ada juga rasa iri dengki. Kesempatan terakhir untuk menjadi istri Kyai Nawawi sudah direbut oleh Sabinna sang pembuat onar.
"Aku selalu mendo'akannya agar memiliki suami yang bisa membimbingnya dan kini do'a do'aku sepanjang hari telah terkabulkan," bisik nenek Sabinna pada Nyai Latif. Perkataannya tersebut di sambut dengan senyum manis oleh Nyai.
"Haalan, sah!. Alhamdulillahi rabbi al-'alamiin," ucap para hadirin dengan serempak.
Sang Kyai memberikan tangannya agar Sabinna sungkem pada suaminya itu, walau umur beda selisih tiga puluh tahun akan tetapi suami tetaplah suami. Umi Latif, Bunda Iffah dan ibu Fatma memeluk saudara barunya satu persatu secara bergantian, kisah haru itu memberikan bawang pada setiap pasang mata yang melihat. Malam telah tiba, kini matahati bisa tertidur dengan nyenyak saat bulan muncul pada malam hari, namun itu hanya ada pada dongeng.
Matahari tetaplah matahari, matahati akan tetap bersinar walau pada hari akhir, begitu juga Sabinna kecantikannya memang bersinar mengalahkan semua istri Kyai. Makan malam rutinitas keluarga itu sudah terlaksanakan dengan cepat tanpa sepatah katapun, beda dengan para santri yang senang mendapatkan kotak nasi, ketiga bunyai itu akan merasakan sedikit kecemburuan yang harus ditahan oleh mereka masing masing, itulah mengapa alasan ada mahar untuk mereka.
Hari terus menghilang, gelap bak tak ada lampu di hutan sana, namun rumah itu bukan hutan yang sedang di pikirkan Sabinna. Sabinna sedikit dag dig dug saat memasuki kamarnya yang sudah di persiapkan oleh nyai Latif, ia menggosok badannya sesuai anjuran Nyai Latif berikan padanya. Cklek, pintu kamar mandi terbuka, Sabinna tak mengira bahwa suaminya itu sedang menunggunya di atas ranjang. Sabina berusaha agar terlihat biasa saja dengan keadaan itu, walau sebenarnya itu sangat mengguncang hatinya.
Sabinna meletakkan handuk yang ia buat mengeringkan rambut pada jemuran kecil yang ada di pojokan kamarnya, ia lalu berjalan menuju kasur dengan menahan malu dan pura pura tak melihat sang suami, ia langsung merebahkan tubuhnya dengan kaku, sang suami mengikuti atas yang ia lakukan tanpa menyentuh sehelai kain yang Sabinna kenakan, mereka dalam keadaan terlentang kaku tanpa ada bahan pembicaraan.
"Sabinna," panggil Kyai Nawawi pada istrinya.
"Njeh Kyai," jawab Sabinna dengan lantang dan segera duduk dari tidurnya, tingkah lucu sang istri membuat suaminya terkekeh pelan melihatnya.
"Panggil mas ya, jangan Kyai, ndak enak kalau istri yang dengar," ucap Kyai Nawawi dengan mengelus rambut Sabinna yang terurai kebawah saat akan tidur, Sabinna hanya diam dan mengangguk apa yang Kyai katakan padanya.
"Walau umur beda jauh, tapi kau tetaplah istriku dan aku tetaplah suamimu. Aku takkan benar benar menyentuhmu jika hatimu masih bukan milikku. Aku tua, umurku lima puluh tahun, sedangkan kamu masih gadis remaja yang baru saja menginjak umur dua puluh tahun, perbedaannya sangat jauh jadi wajar saja sulit bagimu menerimaku," imbuh Kyai Nawawi dengan penjelasannya.
Mendengan ucapan itu dari suaminya Sabinna merasa bahwa perasaannya sedang di remehkan, bagaimanapun sudah jelas bahwa Sabinna akan tetap bersentuhan dengannya. Kyai ikut duduk melihat Sabinna terduduk lama tanpa kembali membaringkan tubuh, Sabinna menundukkan kepala dan mengulurkan tangannya pada sang suami, di raihnya tangan Sabinna dan di kecup pelan, Sabinna langsung memeluk Kyai Nawawi dan menutupi wajahnya pada slempitan ketiak lelakinya malam itu.
"Kenapa Sabinna?." Tanya Kyai Nawawi kaget melihat istrinya tiba tiba memeluknya.
"Bisakah kita tidur dengan berpelukan mas? Njenengan sendiri tau bahwa saya masih belum siap tapi tugas istri juga penting, saya kurang faham tugas istri sebagai apa jadi bisakah njenengan maklumi jika saya cuma memeluk hari ini?." Tanya Sabinna dengan nada halus, logat kasar dan angkuhnya hilang seketika saat menghadap Kyai Nawawi juga dengan umi Latif. Malam itu adalah malam untuk keduanya saling mengenal dengan dekat, berbagi cerita satu sama lain dan berbagi tawa yang mereka saling berikan.
"M.. Mas ndak ngantuk?." Tanya Sabinna pada suaminya
"Ndak tapi kalau Bina ngantuk biar tidur duluan," ucap Kyai Nawawi pada istrinya, Sabinna yang merasa tak nyaman akhirnya berdiri dari tidurnya.
"Kenapa d.. dek?." Tanya Kyai Nawawi pada Sabinna.
"Mau buatin mas susu biar bisa tidur, mau ikut ke dapur?." Tanya Sabinna dengan mengajak suaminya bercanda namun candaannya malah di tanggapi dengan serius oleh Kyai Nawawi tersebut.
"Ayo," ucap Kyai Nawawi dengan menggandeng tangan Sabinna keluar dari pintu kamar.
Seketika dua pasang mata melihat ke arah mereka berdua yang keluar dari pintu dengan bergandengan tangan, Nyai Iffah dan Nyai Fatma kaget dengan kedekatan pengantin baru yang tak pernah bertemu itu, kedua ibu pengasuh itu heran karena hanya dipertemuan kedua sang Kyai dan Sabinna sangatlah terlihat mesra dan akrab, Kyai Nawawi dan Sabinna melewari dua orang istrinya pergi menuju dapur dengan terus bergandengan tangan.
"Sebentar ya mas, saya racikkan bubuk susunya. Mas duduk dulu saja ya!." Seru gadis yang tiba tiba mempunyai gelar Nyai tersebut.
Sabinna membawakan susunya dengan hati hati dan meletakkan gelas itu di depan sang suami, di raihnya segelas susu putih itu oleh Kyai Nawawi dan langsung habis dalam beberapa tegukan saja.
Keduanya berusaha agar terlihat tak canggung dan Kyai Nawawi masih berusaha membiasakan diri dengan kedatangan Sabinna sebagai istri keempatnya, tanpa adanya cinta dan kasih sayang Kyai Nawawi terus berusaha membuat Sabinna nyaman di dekatnya. Tak mau ada rasa kecewa pada seorang istripun maka sang Kyai menikahi Sabinna suka rela karena Umi Latif.
Keduanya kembali ke dalam kamar, Kyai Nawawi mulai merasa kikuk dengan keadaannya saat ini. Beliau sama sekali tak tau bagaimana caranya menghadapi hati seorang gadis, karena hati gadis dan wanita biasa sangatlah beda, jika harus meninggalkannya malam ini mungkin Kyai Nawawi akan merasa bersalah namun juga akan bingung untuk memulai hubungan ini dari mana.
"Bagaimana dengan pacarmu?." Tanya Kyai Nawawi membuka percakapan di antara keduanya, mata Sabina terbelalak mendengar pertanyaan yang suaminya lontarkan itu, ingin ia menjawab jujur sang suami tapi takut menyakiti hatinya.
"Ndak ada Kyai, kita sudah ndak berhubungan lagi mulai hari ini," jawab Sabinna dengan menundukkan kepalanya. Keduanya terdiam lama setelah jawaban keluar dari bibir manis Sabinna. Kyai Nawawi mendekap tubuh Sabina dengan hangat dan mengecup kening istrinya tersebut.
"Tapi saya... saya sudah ndak perawan lagi mas," imbuh Sabinna dengan tubuh yang bergetar dalam dekapan sang pujaan hati.
"Aku tau itu, sebenarnya tak perlu kau ucapkan, membuat hati tak sreg lagi ingin memberi belas kasih," tegas Kyai Nawawi dengan langsung menidurkan diri dengan membelakangi Sabinna, Sabinna mengikutinya merebahkan diri dan memeluk suaminya dari belakang, agar amarah sang suami sedikit reda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
weny
selisih umur 30 th wow... dah g virgin y gpp lah y... mknya kyai jd jodoh sabina kn biar bs mbimbing scr pak kyai ky ayah bt sabina yg bs ngemong jg
2021-06-02
2
Chimmy²
sabbina udah ga ori.makanya iya iya aj dipinang aki2😎
2021-02-02
1
Fandiberkasih Cellin
semoga penulis mendapat kebaikan dunia dan akhirat dan semoga rizqinya dimudahkan oleh ALLA
2020-12-24
1