Dokterku Jodohku

Dokterku Jodohku

Kisahku

Halo semuanya, perkenalkan... Aku adalah perempuan yang sangat lemah di dunia ini. Namaku Yuri Adara Fiska, biasanya dipanggil Yuri. Saat ini umurku 20 tahun dan menjadi seorang pengangguran, ya sekolah tidak, kerja juga tidak. Lantas apa pekerjaanku? Aku hanya seorang anak yang selalu membuat orang tuaku kesusahan, apalagi dalam hal menghabiskan uang mereka. Sebenarnya aku merasa sangat miris dengan keadaanku saat ini. Bagaimana tidak? Umurku terbilang cukup muda untuk mencari penghasilan sendiri, bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, bisa berpetualang dengan teman-temanku yang lain, tapi sayangnya itu adalah mimpiku semata.

Kalian juga pasti akan merasa demikian jika tahu bagaimana malangnya aku. Dapat dikatakan aku adalah perempuan ‘penyakitan'. Ketika dokter memvonis penyakit mematikan yaitu kanker yang disertai serangan jantung berada ditubuhku, saat itu pula orang tuaku terpuruk dan berusaha menyemangatiku. Tetapi hatiku tetap saja berkata bahwa aku adalah orang yang tidak berguna dan tidak seharusnya lahir, serta tidak berada di dunia ini. Aku hanya merasa bersalah dengan kedua orang tuaku yang mati-matian merawat dan mempertahankanku untuk tetap hidup. Percuma saja mereka melakukan itu karena pada akhirnya aku akan pergi meninggalkan mereka dengan cepat. Segala pengobatan dirumah sakit sudah banyak ku ikuti dan ku tekuni, namun hasilnya masih belum terlihat. Setiap rumah sakit ternama yang ada di Indonesia sudah pernah ku datangi, dan tidak ada hasil.

“Yuri, sarapan dulu ya nak? Ibu sudah siapkan makanan kesukaanmu.” Sapa bu Yuna, ibuku tercinta.

“Iya, bu. Sebentar lagi ya? Yuri mau ke taman dulu, mau cari udara sejuk pagi ini.” Jawabku.

“Baiklah, jangan lama-lama ya?” Tanya ibuku.

“Iya, bu.” Sahutku sembari berjalan keluar rumah.

...

Udara pagi ini sangat segar, berbeda dari hari kemarin. Rutinitasku di pagi hari adalah seperti sekarang ini, duduk di kursi taman sambil melihat bunga bermekaran dan jika aku mulai lelah langsung masuk ke dalam rumahku.

“Yuri?”

“Jevan?

Dia Jevan, tetanggaku tepat di depan rumahku. Dia sangat peduli padaku, sering kali dia membawakanku roti atau bahkan susu, padahal aku tidak menyuruhnya. Oh iya, dia juga mengetahui tentang penyakitku ini dan lagi-lagi aku merasa insecure terhadapnya.

“Ini, aku bawakan susu.” Kata Jevan.

“Jev, kamu selalu seperti ini. Seharusnya tidak usah repot-repot membuatkanku susu, lagian aku juga tidak nafsu.” Jawabku pelan.

“Eh, kamu jangan begitu. Minum susu di pagi hari katanya dapat membuat tubuh kita jadi semakin segar. Jadi, diminum ya?” Tanya Jevan.

“Iya, terimakasih ya, Jev.”

Tak lama kemudian ibuku memanggilku ke dalam, mungkin untuk sarapan karena dari semalam aku tidak menyentuh makanan sedikit pun.

“Jevan, aku dipanggil ibu dan sepertinya disuruh sarapan. Masuk yuk? Kita sarapan bersama?” Tanyaku.

“Ah, tidak usah... kamu saja sana.” Jawab Jevan malu.

“Ayolah, kamu juga sering memberiku makanan. Ayo masuk.” Kataku.

“Baiklah kalau begitu.”

Akhirnya aku dan Jevan masuk ke dalam rumah untuk sarapan. Ketika ibu melihat Jevan, ia sangat senang sekali dan menyapa Jevan dengan ramah. Aku tahu apa yang ada dipikiran ibuku, pastinya dia menginginkanku agar lebih dekat dengan Jevan, supaya lebih semangat dan tidak murung melulu. Apalagi ibuku juga sudah sering melihat Jevan yang membawakanku sesuatu saat di pagi hari.

“Makan yang banyak ya, Jev? Nanti saya masakkan lagi untuk kalian.” Tutur ibuku.

“Tidak usah repot-repot bibi, saya jadi malu hehe...” Sahut Jevan.

“Kamu bisa saja.”

“Paman Diwan mana, bi? Sudah berangkat kerja?” Tanya Jevan.

“Iya. Tadi pagi sekali dia berangkat, katanya takut macet. Nanti meetingnya terlambat.” Sahut ibuku sambil tersenyum.

“Oh yaya...”

Setelah selesai sarapan Jevan pamit pulang karena dicari oleh ayahnya, dan sepertinya mau diajak berbisnis. Aku sangat iri sekali dengan orang-orang yang sebaya denganku yang dapat melakukan aktivitas yang dia inginkan, apalagi jika pergi dengan orang tuanya. Seolah-olah dia sangat berguna dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya. Sementara aku hanya bisa berdiam diri di rumah yang sangat membosankan. Melakukan ini tidak boleh, itu tidak boleh, lalu apa gunanya aku?

“Yuri, hari ini kita ke rumah sakit ya? Kamu kan harus kontrol.” Tutur ibuku.

“Rumah sakit? Untuk apa, bu? Aku sudah malas dan bosan bolak balik kesana. Lagian tidak ada yang berubah juga.” Jawabku.

Ibuku menghela napas, “Yuri, jangan bicara seperti itu. Kamu harus yakin kalau kamu bisa sembuh.”

“Ya sudahlah, ayo bu.” Jawabku singkat.

“Tapi nanti pulang dari sana antar aku ke suatu tempat ya, bu?” Tanyaku.

“Kemana sih? Tenang saja, Yuri. Kemanapun kamu mau, ibu akan turuti.” Jawab ibuku.

“Baiklah lihat saja nanti.”

Seperti biasa jika ke rumah sakit, tentunya aku berjumpa dengan seorang dokter yang terbilang cukup membosankan bagiku. Ya memang sih dia sudah berpengalaman cukup lama di bidangnya, tapi masa iya cara berbicaranya juga lama. Untuk mengatakan satu kalimat saja harus memakan waktu bermenit-menit, sampai pegal kepalaku. Ibuku juga, masih saja datang menemui dokter ini hanya karena dokter itu adalah teman ayahku.

“Jadi... ka..mu..har..us...sering...ser..ing ter...kena...sinar..mata..hari ya, Yuri.” Tutur dokter itu lamban.

Ikut-ikutlah aku, “Iya..dok..ter...”

Halah!!! Rasanya pita suaraku gatal-gatal karena melakukan hal itu haha...

“Bu, jadi kan antar aku?” Tanyaku.

“Jadi, ayo.”

Sampailah aku dan ibuku di salah satu tempat favorit bagi anak remaja, yaitu ‘K-Pop Stuff Store' !!! Wahhhh aku memang selalu tergila-gila jika kemari haha! Karena toko ini benar-benar duniaku. Banyak sekali baju, aksesoris, pokoknya perlengkapan lengkap bagi seorang K-Popers terkhusus fans dari NCT ! Daebak!!! Jika kemari aku selalu menambah koleksi kesukaanku tentang NCT. Ibuku saja sampai hafal dengan apa yang aku suka, dan untungnya dia tidak memarahiku, yeay! Inilah kesempatan bagiku untuk mengumpulkan kesukaanku dari dulu, apalagi yang berhubungan dengan Jaehyun!

Ibuku hanya bisa menggelengkan kepalanya karena aku. Aku merasa hanya inilah yang bisa membuatku lebih bersemangat setelah orang tuaku. Dan ibuku hanya akan terus mendukungku untuk terus bersemangat melawan penyakit ini. Setelah puas berbelanja disini, aku dan ibu memutuskan untuk pulang kerumah dan aku sudah tidak sabar lagi untuk membuka semua belanjaanku hehe.

“Yuri, lain kali kalau mau beli-beli tentang NCT atau apalah itu jangan Cuma segini ya? Ini sedikit sekali. Ambil yang banyak, kamu kan sangat suka. Iya kan?” Tanya ibuku.

Telingaku melebar!

“Ah, ibu bisa saja. Ibu marah ya aku membeli ini semua?” Tanyaku lagi.

“Tidak, Yuri. Siapa yang marah? Ibu selalu mendukungmu asalkan itu hal yang positif dan kamu senang.” Jawab ibuku.

“Aaa... terimakasih, bu.” Kataku sambil memeluk ibuku.

...

Setelah sampai di rumah, selain meminum obat yang cukup banyak, aku juga menyiapkan segenap tenagaku untuk membuka belanjaanku ini. Tiba-tiba ayahku pulang dari kantor dan menemuiku di kamar yang sedang asyik unboxing K-Stuff ku. Sama layaknya ibuku, ayahku juga selalu mendukung apa yang aku lakukan, terimakasih hehe.

“Ayah? Sudah pulang?” Tanyaku.

“Sudah. Yuri sudah minum obat?” Tanya ayahku.

“Sudah ayah, setelah itu langsung begini hehe...” Jawabku sambil meringis.

“Nah, begitu dong... Putri ayah harus selalu tersenyum, jangan cemberut terus ya?” Kata ayahku.

“Iya ayah.”

“Ayah ingin bicara sesuatu.”

“Apa?”

Akhirnya ayahku menceritakan semua rencana yang akan dia lakukan, dan rencana itu hanya untukku. Dia mengatakan akan mengajakku pergi untuk melakukan pengobatan di Korea Selatan, tepatnya di Seoul. Katanya dia mempunyai teman disana, dan teman ayahku bilang punya kenalan dokter yang cukup berpengalaman dalam pengobatan penyakitku ini. Aku jadi semakin penasaran, apakah seperti drama ‘Doctors? Atau Hospital Playlist?’ dimana dokter di Korea memang sangat jago dalam bidangnya.

“Ayah serius mau mengajakku kesana?” Tanyaku.

“Iya, Yuri. Ayah ingin kamu disembuhkan disana. Ayah juga sudah bicara dengan ibumu soal ini, dan dia setuju. Nanti kalian tinggal sementara disana, dan ayah tetap disini.” Jelas ayahku.

Aku masih terdiam...

“Bagaimana? Nanti kalau kamu sudah sembuh, kamu bisa memnonton konser idolamu disana. Iya kan? Semua itu ayah lakukan untukmu nak.” Tambah ayahku.

“Iya ayah, Yuri mau. Dan terimakasih, ayah atas semuanya. Ayah adalah pngeran dalam hidupku hehe...” Tuturku bahagia.

Terpopuler

Comments

AniaH

AniaH

ak mampir kk
semngt sellh jg keshatn ,🤗🤗
msi awal ud 😢😢😢
ak sedih cerita ny
Yuri kamu pasti sembuh ttp fositiv pikuranya jgn nyerah kamu harus semngt kamu pasti bakaln sembu

2020-12-15

1

Bunga Syakila

Bunga Syakila

lagi menyimak

2020-12-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!