Dapat membuka mata seperti sedia kala adalah salah satu anugerah yang indah bagi semua orang. Tidak ku sangka aku bisa bernapas kembali seperti biasa. Dokter Jae bilang padaku kalau kankerku sudah di angkat dan hanya menunggu masa pemulihannya saja. Untuk jantungku, kata dokter harus melakukan terapi. Aku juga tidak tahu bagaimana maksudnya, malah aku baru mengetahui ada terapi jantung. Atau memang aku yang terlalu kuno, entahlah.
Pagi ini ketika aku membuka kedua mataku, aku dikejutkan dengan kedatangan dokter Jae. Dokter Jae memeriksaku tidak seperti biasanya, ya iya dia datang lebih awal dibandingkan hari yang lain. Bagaimana tidak, ibuku juga belum terbangun dari tidurnya. Dokter Jae menyapaku dengan hangat, aku jadi teringat akan sesuatu, katanya dia akan menepati janjinya.
“Dokter Jae? Pagi sekali.” Kataku.
“Iya, Yuri. Saya kan sudah bilang kemarin, kalau saya akan menepati janji saya.” Jawab dokter Jae.
“Janji yang mana ya, dok? Saya saja sudah lupa hehe.” Ucapku ragu.
“Nanti kamu akan tahu sendiri.”
Tanpa aba-aba, dokter Jae sudah menyiapkan sebuah kursi roda dan membantuku duduk di kursi roda tersebut. Sepertinya aku akan diajak keluar dari kamar dan ku hanya mengikuti perintahnya.
“Kita mau kemana ya, dok?” Tanyaku.
“Sabar ya, nanti juga kamu tahu.” Kata dokter Jae.
Beberapa saat kemudian sampailah aku pada sebuah taman yang cantik, banyak sekali bunga-bunga disana, apalagi di tambah dengan rumput yang sangat hijau, aku suka ini. Sudah lama aku tidak menghirup udara segar seperti ini.
“Nah, ini janji saya. Sudah di tepati kan?” Tanya dokter Jae.
...
“Waktu sebelum operasimu kemarin, saya kan sudah bilang akan menemanimu jalan-jalan ke luar rumah sakit, yaitu ke taman. Saat itu kamu sangat ingin keluar kamarmu. Pada akhirnya kamu nekat kan? Sampai-sampai bertemu dengan Jeno.” Kata dokter Jae.
“Ah, jadi itu janjinya. Iya, dokter. Terimakasih telah membawaku kesini, saya suka sekali.” Kataku sambil tersenyum.
“Tapi saat itu aku jadi bisa berswafoto dengan Jeno hehe...” Tambahku.
“Kamu suka sekali dengannya?” Tanya dokter Jae.
“Suka lah, tapi tidak terlalu. Aku suka Jaehyun, dokter tahu tidak? Dia member NCT.” Tuturku semangat.
“Jadi kamu menyukai mereka?” Tanya dokter Jae lagi.
“Iya, dok hehe.”
“Kamu seperti adik saya saja. Dia sangat suka ... siapa tadi NBC?” Tanya dokter Jae.
“NCT dokter...” Jelasku.
“Ahaha... iya iya. Saya lupa.”
“Dokter Jae, kalau boleh jujur... dokter sangat terlihat mirip sekali dengan Jaehyun... dokter saudaranya atau apa sih?” Tanyaku penasaran.
“Apa? Mirip? Masa iya sih? Mungkin hanya perasaanmu saja. Kalau mirip berarti kamu menyukai saya?” Tanya dokter Jae.
“Dokter kenapa sih hahah...” Sahutku sambil tertawa.
“Memangnya seberapa mirip sih?” Tanya dokter Jae.
“99,8 %.” Jawabku.
“Waw!.”
“Dokter tidak mengurus pasien yang lainnya? Saya bisa jalan sendiri kok.” Tanyaku.
“Tidak, Yuri. Setiap dokter kan punya tugasnya masing-masing, kali ini saya hanya punya dua pasien. Yang satu kamu, dan satu lagi sedang ada rawat jalan dengan dokter spesialis lain.” Jelas dokter Jae.
“Oh, begitu ya. Ya sudah.”
...
Setelah menikmati suasana taman yang sangat asri, aku diajak kembali oleh dokter Jae untuk masuk ke kamarku lagi. Karena matahari yang semakin terik, bukan matahari pagi. Ketika sampai dikamar, ibuku sudah terlihat cemas, mungkin dia mencariku dari tadi.
“Yuri... kamu kemana saja dari tadi. Ibu mencarimu kemanapun tidak ada.” Tutur ibuku.
“Maaf ya, bu. Habisnya ibu belum bangun tadi, kemudian dokter Jae mengajakku ke taman.” Jawabku.
“Jadi begitu... dokter, terimakasih ya telah mengajak Yuri jalan-jalan keluar.” Kata ibuku.
“Iya, bu. Sama-sama, kalau begitu saya mau pergi ke ruangan dulu ya.” Kata dokter Jae.
“Terimakasih dokter.” Sahutku.
...
“Bu, Mina hari ini tidak kemari?” Tanyaku.
“Katanya nanti siang.”
“Ini kan sudah siang.” Sahutku.
“Iya yah.”
...
Tiba-tiba ada yang membuka pintu...
“Halo, Yuri....” Sapa Mina.
“Mina?”
“Ini. Seperti janjiku kemarin akan membawakanmu makanan ala drama korea hehe... ada ayam goreng, bibimbap, bulgogi, kimbab, dan sebagainya.” Kata Mina.
“Banyak sekali, Mina. Apa kita bisa menghabiskan semuanya? Kamu benar-benar ya haha...” Kataku sambil tersenyum.
“Tenang saja, Yuri. Selagi aku masih ada, semuanya akan aku tuntaskan hehe...” Jawab Mina.
“Kamu bisa saja. Kalau begitu ayo makan.” Ajakku.
“Ayo, bibi.” Ajak Mina.
...
“Permisi...”
“Siapa...”
“Dokter Jae?”
“Kebetulan sekali dokter kemari, ayo makan bersama.” Ajak ibuku.
“Ah, tidak usah. Saya hanya ingin mengantar obat untuk Yuri.” Kata dokter Jae.
“Tidak apa-apa, dok. Kemarilah, lihat makanan kami. Pasti nanti tidak habis, ayo dokter makan bersama kami.” Kata Mina.
“Dokter malu ya? Tidak usah sungkan, dokter. Anggap saja keluarga sendiri hehe.” Ucap ibuku sambil tersenyum.
“Ibu...” Potongku.
“Benar, tidak apa-apa. Saya sudah makan dengan dokter lainnya, jadi nikmati saja makanannya. Saya pamit ya.” Kata dokter Jae sambil berjalan keluar kamarku.
...
“Yuri, kamu lihat kan? Dokter Jae memang sangat perhatian denganmu. Biasanya kan para perawat yang mengantarkan obat untuk pasiennya, tapi kali ini tidak. Dokternya sendiri yang menginginkannya. Sepertinya dia menyukaimu, Yuri.” Tutur Mina semangat.
“Menyukaiku? Ada-ada saja kamu, Mina. Mana mungkin dokter Jae, seorang dokter hebat yang menyukai pasiennya yang lemah ini.” Jawabku.
“Katamu dia mirip sekali dengan Jaehyun?” Tanya Mina.
“Ya iya sih, memangnya kenapa coba?” Tanyaku.
“Sudahlah, ayo makan lagi. Jangan berdebat terus, nanti makanannya dingin.” Ujar ibuku.
...
“Oh iya, Yuri, bibi. Katanya ayahku nanti mau menjenguk Yuri, mungkin selesai bekerja.” Kata Mina.
“Benarkah?” Tanya ibuku.
“Iya.”
...
Usai sudah acara makan-makanku bersama Mina dan ibuku. Waktu istirahatku dikejutkan akan sesuatu. Aku tidak menduga jika ada seseorang yang datang menjengukku bukan Pak Kim, melainkan Jevan. Kalian masih ingat kan? Tetanggaku di Indonesia? Siapa sangka dia menyusulku ke Korea. Aku terkejut bukan main karena Jevan tiba-tiba muncul di hadapanku. Dia membawa roti dan susu seperti biasanya dan dia juga membawa bucket bunga mawar berwarna merah yang sangat indah.
“Jevan? Ini benar kamu, Jev?” Tanyaku.
“Hey, Yuri. Bagaimana keadaanmu.” Jawab Jevan.
“Baik, Jev.” Jawabku pelan.
“Kaget ya aku datang kemari?” Tanya Jevan.
“Iya, kapan kamu sampai ke Korea? Dengan siapa?” Tanyaku penasaran.
“Pagi tadi aku sampai, aku sendirian kesini.” Jawab Jevan singkat.
“Oh iya, ini bunga mawar untukmu. Semoga lekas sembuh ya?” Tutur Jevan.
“Eh tunggu... ini siapa ya? Jevan?” Tanya ibuku kaget.
“Iya, bi. Aku Jevan, kaget ya bi?” Tanya Jevan.
“Iya, kamu tiba-tiba muncul disini hehe...” Kata ibuku.
“Aku ada urusan disini, ya sekalian saja aku menemui Yuri.” Ucap Jevan.
“Kamu tahu kamarku dari siapa, Jev?” Tanyaku penasaran.
“Ah itu, dari ayahmu.” Jawab Jevan.
“Oh iya, ibu yang memberitahu ayahmu waktu itu.” Sahut ibuku.
Setelah Jevan menemuiku, banyak sekali yang kami bicarakan. Inilah, itulah, sampai tidak ingat waktu lagi. Jevan juga penasaran dengan operasiku, ya terpaksa aku ceritakan karena dia memohon dengan sangat. Banyak cerita yang dibagikan oleh Jevan, mulai dari pekerjaannya, bisnisny, perjalanan ke Korea, dan sebagainya, aku saja sangat menikmati apa yang di ceritakan olehnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments