Sudah sering sekali aku mengunjungi rumah sakit, bukannya apa. Aku sudah sangat bosan sekali, tapi melihat keadaanku sekarang, aku hanya pasrah. Selama berbaring di rumah sakit ini, tidak henti-hentinya aku memikirkan kejadian yang sudah berlalu itu beberapa hari ini. Kondisiku sudah mulai membaik, tapi belum sepenuhnya. Dokter dan perawat rutin sekali melihat perkembanganku. Perawat penanggung jawabku juga sering menggantikan perban di tangan dan kakiku. Sebenarnya luka di kedua tanganku tidak cukup dalam, namun di paha kedua kakiku yang parah. Goresan yang menyebabkan kedua kakiku terluka sangat parah.
Aku ingat sekali waktu itu sudah memancing emosi psikopat itu. Itulah mungkin sebabnya dia dengan gagahnya melukai kakiku ini, apalagi darahnya mengalir deras selama perjalanan ke rumah sakit. Aku tidak habis pikir mengapa dia senang sekali melakukan aksi kejahatan seperti ini. Ya aku sudah pernah membaca buku mengenai psikopat, dan memang mereka akan sangat luas sekali jika bisa melukai orang lain, rasa bahagianya sangat berlebihan.
Aku mencoba untuk melupakan semua ingatan yang telah menghantui pikiraku ini, tapi sangat sulit ternyata. Setiap aku melihat luka-luka yang ada di tubuhku, aku semakin cemas berlebihan, dan rasa
takutku semakin bermunculan.
“Hei, Yuri? Sudah makan?” Tanya Jevan yang membuat lamunanku buyar.
“Eh Jevan. Belum nih, malas sekali.” Jawabku.
“Kamu harus makan dong, agar kamu cepat pulih seperti semula.” Kata Jevan.
“Iya, nanti saja.” Kataku lagi.
...
“Oh iya, Jev. Kamu mau pergi kemana? Tasmu besar sekali haha...” Tanyaku penasaran.
“Tidak kemana-mana sih, Cuma kesini saja.” Sahut Jevan sambil tersenyum.
“Tapi tidak biasanya bawa tas sebesar itu.” Kataku.
“Jadi sebelum aku kesini, aku mengingatmu. Nah, sepertinya kamu akan bosan dan malas disini, dan ternyata benar. Jadi aku bawakan laptop untukmu.” Jawab Jevan sambil mengeluarkan laptopnya.
“Kamu tahu saja, Jev kalau aku bosan hehe...” Sahutku.
“Ya sudah, ini pakailah. Pasti kamu sudah lama kan tidak menonton drama korea? Atau menonton MV idolamu hahah...” Ujar Jevan terkekeh.
“Hahahah... Iya, Jev. Kamu benar.” Kataku.
“Tapi dari mana kamu tahu aku menyukainya?” Tanyaku.
“Jevan gitu hahah, apa sih yang aku tidak ketahui tentangmu?” jawab Jevan.
...
Aku langsung membuka laptop...
“Ini Jev. Sudah lama aku tidak melihat mereka.” Tuturku sambil menonton MV.
“Perasaan kamu menonton ini ini saja ya? Tidak bosan apa?” Tanya Jevan.
“Ya tidak lah, Jev.”
“Apalagi itu wajahnya sama semua.” Kata Jevan lagi.
“Hah? Sama? Ya tidaklah, kalau ini Jaehyun, ini Taeyong, ini...”
“Cukup, Yuri. Aku pusing hahah...” Potong Jevan.
“Hahahah...” Tawaku keras.
...
“Nah, begitu dong tertawa. Jangan murung melulu, kan tidak asik hehe...” Ujar Jevan.
...
“Oh iya, ayahku kemana ya Jev?” Tanyaku.
“Tadi saat aku berangkat sih, aku melihatnya ditaman depan rumahmu.” Jawab Jevan.
“Sedang apa dia, Jev?” Tanyaku lagi.
“Menyiram tanaman.” Kata Jevan.
“Hah? Benarkah?” Tanyaku lagi.
“Iya, Yuri... “
“Kasihan ayah, pasti dia yang mengurus rumah. Coba saja aku tidak disini, aku memang menyusahkan.” Kataku.
“Jangan dipikirkan lah, Yuri. Jangan selalu menyalahkan dirimu.” Kata Jevan tegas.
Tidak lama setelah aku dan Jevan berbincang-bincang, ayahku datang .
...
“Ayah?”
“Hei, bagaimana keadaanmu nak?” Tanya ayahku.
“Seperti yang ayah lihat sekarang? Bagaimana?” Tanyaku.
“Lumayan membaik, bagus nak.” Kata ayahku.
“Iya paman sebelum Jevan datang, Yuri sangat murung dan wajahnya seperti dilipat hehe... namun ketika ku berikan laptop malah riang.” Jelas Jevan.
“Kalo begini ayah tahu. Pasti kamu menonton drama korea kan? Atau melihat idola-idolamu itu hehe... iya tidak?” Tanya ayahku.
“Ayah tahu saja hehe...” Jawabku.
...
“Ini ayah bawakan buah, dimakan ya?” Tanya ayahku.
“Iya, yah.”
“Ehm... ayah tidak bisa lama-lama karena ada kerjaan yang mendesak di kantor. Tidak apa-apa kan jika ayah tinggal?” Tanya ayahku.
“Tenang saja paman, ada aku.” Sahut Jevan.
“Wah baguslah... kalau begitu ayah pergi dulu ya?” Tanya ayahku.
“Iya, hati-hati ya?” Tanyaku.
“Bye...”
Selepas ayahku pergi, aku mulai fokus untuk menonton drama korea. Sementara Jevan sedang mengerjakan beberapa pekerjaannya lewat i-pad miliknya. Rasanya sudah lama aku belum menjumpai drama korea, aku sudah rindu sekali dengan aktor-aktor yang memainkan peran mereka di drama. Kenapa ya? Drama korea itu menurutku susah sekali untuk di tebak alurnya? Apa kalian merasa sepertiku? Atau hanya aku saja yang bodoh ya? Hehe...
Jika ku tebak kesana kemari, berbeda sekali dengan apa yang aku pikirkan. Apalagi ditambah dengan para pemain yang benar-benar memerankan perannya secara mendalam. Jika menonton yang bergenre romantis, aku malah senyum-senyum sendiri hahah... rasanya aku sangat ingin bermain di dalamnya.
“Yuri? Kamu kenapa senyum-senyum begitu? Ngeri sekali.” Kata Jevan tiba-tiba.
“Hm... tidak, Jev hehe. Kamu kan tahu betapa serunya drama korea, ya ini lah akibatnya.” Jawabku.
“Ada-ada saja.” Kata Jevan.
...
“Jev? Coba kamu lihat.” Kataku sambil menunjuk laptop.
“Apa?” Tanya Jevan.
“Lihatlah, Park Seo Joon. Dia memakan tteobokki dan jajangmyeon, aku jadi menginginkannya hehe...” Rengekku.
“Nah kan. Ini lah akibatnya jika menonton drama korea, pasti jadi kebawa.” Sahut Jevan.
“Hehe... iya sih.” Kataku.
“Ya sudah, mau ku belikan tidak? Langsung pesan sekarang nih.” Tawar Jevan.
“Boleh, Jev.
...
Setelah satu jam Jevan memesan makanan, akhirnya kami dapat menyantapnya sekarang. Pernah tidak kalian merasakan ketika makan sesuatu yang kalian inginkan itu, setelah mendapatkan makanannya terasa hambar dan biasa saja. Bukannya lahap, malah malas makan. Kalau iya, itu yang sedang aku rasakan. Ternyata ini yang dinamakan lapar mata haha!
...
“Yuri, jadi aku dan ayahmu sedang mencari penjahat yang menyakitimu.” Tutur Jevan.
“Benarkah?”
“Iya. Sekarang sedang ditangani oleh kepolisian.” Kata Jevan lagi.
“Sebenarnya aku sudah melupakannya, Jev. Aku tidak ingin memperpanjang masalah ini.” Kataku.
“Melupakannya? Enak saja. Jangan Yuri, penjahat itu akan merasa beruntung jika begitu. Kita juga harus mengetahui siapa yang ada di balik ini semua.” Jelas Jevan.
“Iya sih, ya sudah terserah kalian saja.” Kataku.
“Aku hanya takut, Jev. Takut kalau kita mengusik mereka lagi, mereka akan mengulang aksinya.” Tuturku pelan.
“Yuri, kamu tidak perlu takut. Ada aku dan ayahmu disisimu.” Sahut Jevan lagi.
...
“Oh iya, Yuri. Soal jam tangan yang waktu itu kita belikan untuk ibuku, terimakasih ya karena telah menemaniku. Ibuku ternyata sangat menyukainya, setiap hari dia memakainya.” Kata Jevan sambil tersenyum.
“Syukurlah, Jev. Selalu perhatikan ibumu ya? Selagi dia masih ada di dunia. Coba aku? Aku tidak bisa memberikan apapun untuk ibuku, sampai-sampai dia pergi meninggalkanku selamanya.” Kataku.
...
Air mataku menetes...
“Yuri, sabar ya... Kamu sembuh dari penyakitmu juga adalah hadiah untuk ibumu. Jadi jangan pernah berpikir seperti itu.” Kata Jevan.
...
“Ini minum dulu ya?” Tanya Jevan.
“Terimakasih.” Sahutku.
...
Sementara itu...
“Iya, pak? Oh begitu ya? Baik, terimakasih.” Kata ayahku sambil berbicara di telepon.
Setelah sambungan telepon itu terputus, ayahku keluar dari kantor dan langsung pergi menggunakan mobilnya. Tampaknya ayahku ada keperluan mendadak.
Ayahku sampai dirumah...
“Dimana ya berkas-berkas itu?” Tanya ayahku sambil membuka pintu rumah.
Tampaknya ayahku pergi ke lantai dua, ke ruang kerjanya yang tepat berada disebelah kamar kakaku.
...
“Ahh!!! Bodoh kamu! Masa mengurus satu orang saja tidak bisa.” Teriak kakakku.
“Itu kan Calvin, kenapa dia teriak-teriak di telepon.” Batin ayahku sambil melihatnya dari luar kamar.
“Katanya hobi melukai dan menyiksa orang lain? Tapi buktinya apa? Yuri bisa lolos.” Tambah kakakku.
“Apa? Yuri?”
“Ingat ya! Jangan sampai tertangkap dengan polisi. Aku tidak mau dibawa-bawa karena kasus ini ya!” Jelas kakakku lagi.
“Jadi? Jadi Calvin yang menyuruh penjahat itu?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
fruiss
9 like hadir kak
2020-12-08
2