Berangkat ke Seoul, Korea

Seperti janji sebelumnya, hari ini aku dan ibuku berangkat ke Seoul. Rasanya aku berat meninggalkan ayahku sendiri di Indonesia, karena seperti yang aku tahu, berobat disana pasti memakan waktu yang lama. Sementara kakakku? Ketika aku dan ibu pergi, dia entah kemana. Aku sudah bersikap pasrah pada kakakku, karena apa? Sebesar apapun usahaku mendekatinya, dia selalu membenciku. Oh, iya. Sekarang aku sedang berada di bandara untuk menunggu penerbanganku selanjutnya.

“Ayah? Ayah serius tidak mau ikut dengan kami? Rasanya aku tetap ingin bersama ayah.” Tuturku pelan.

“Yuri, ayah kan disini bekerja untukmu nak. Ayah sudah biasa sendian kok hehe. Lagian ayah juga sering pergi keluar kota, jadi tidak usah khawatir.” Jawab ayahku.

“Iya, Yuri. Kita berdua saja ya? Nanti kita bisa belanja sepuasnya disana, ya kan? Kamu juga bisa membeli barang-barang idolamu itu, selagi ayah tidak ada hehe.” Sahut ibuku.

“Ah, ibu bisa saja haha...Yuri jadi mau...” Kataku.

...

Setelah menunggu berjam-jam dan setelah berpamitan dengan ayah, akhirnya aku dan ibuku berangkat ke Korea. Ya sekitar jam 2 siang. Aku harap perjalanan ini tidak membuatku kelelahan, karena kalau iya, itu berbahaya bagiku dan ibuku juga pasti repot mengurusku.

Aku berasumsi bahwa aku akan kelelahan di perjalanan, tapi ternyata tidak. Saat ini aku dan ibuku sudah berada di bandara Incheon, Korea. Ternyata benar yang dikatakan oleh orang-orang, Korea adalah tempat yang bersih dan nyaman. Beberapa saat setelah sampai disana, ibuku sudah memiliki janji dengan teman ayahku, dia adalah orang Korea, rekan kerja ayahku. Aku tidak yakin bisa berkomunikasi dengannya, ya seperti yang diketahui, aku hanya mengerti beberapa arti dari bahasa mereka, tidak banyak hehe.

Yang aku tahu hanya annyeonghaseyo (halo), gamsahamnida (terimakasih), daebak (wow), yeoppo (cantik), dan beberapa kata-kata lain. Semua itu aku dapati dari hasil menonton drama ketika sedang bosan hehe. Aku juga ingin membuktikan seberapa ramah sih mereka, iya kan? Aku sangat penasaran akan hal itu. Terilihat di seberang sana, rekan ayahku melambaikan tangannya sambil berbicara di telepon dengan ibuku. Aku baru melihat ibuku menggunakan skill bahasa inggrisnya, aku kira dia bisa bahasa Korea haha.

“Halo, apa kabar?” Sapa ibuku ketika bertemu dengan rekan ayahku.

(Semua percakapan menggunakan bahasa inggris)

“Halo...baik, bagaimana dengan kalian?” Tanya rekan ayahku.

“Baik sekali. Oh ya, perkenalkan saya Yuna, dan ini

Yuri, anak saya.” Tutur ibuku.

“Annyeonghaseyo...” Sapaku.

“Oh ya... saya Kim Jae Wan, panggil saja pak Kim.” Kata pak Kim.

“Oh iya...”

“Sekarang kita langsung menuju ke Seoul ya? Penginapannya sudah saya siapkan disana, jadi kalian tinggal pakai saja.” Tutur pak Kim.

“Iya, pak Kim. Terimakasih, ayo.” Sahut ibuku.

Singkat percakapan kami, pak Kim langsung mengantarkan aku dan ibuku menuju Seoul. Aku tidak menyangka akan melalukan pengobatan sejauh ini, dan lihatlah betapa parahnya aku. Sepanjang jalan aku hanya menatap keluar, melihat pemandangan yang sangat indah dan bersih. Semua orang yang menggunakan jalan sangat patuh dan taat pada rambu-rambu lalu lintas, tanpa melanggar sedikitpun, aku jadi salut. Jika aku bisa hidup lebih lama, aku harap aku bisa mendapatkan jodohku disini, serta dapat menetap disini, ya walaupun itu hanyalah halusinasiku haha... tapi jika tuhan tahu, aku sangat menginginkannya.

Setelah melakukan perjalanan selama 20 menit, finally aku dan ibuku beserta pak Kim sampai di sebuah apartemen yang lumayan besar. Aku suka dengan suasana disini, sangat asri, apalagi warna apartemennya adalah warna kesukaannya, yaitu abu-cream. Setelah berkeliling di apartemen dengan segala arahan dari Pak kim, aku dan ibuku masuk ke dalam tempat tinggal kami yang sementara.

“Wah, pak Kim. Apartemennya bagus sekali saya suka.” Tuturku.

“Syukurlah kalau suka. Ini juga sesuai dengan permintaan dari ayahmu. Katanya kamu sangat suka Korea, apalagi K-Pop nya, qpa benar?” Tanya pak Kim.

“Ah, iya pak. Jadi malu hehe...” Kataku pelan.

“Apartemen ini juga salah satu tempat tinggal para idola K-Pop loh, terkadang saya juga melihatnya.” Tambah pak Kim lagi.

“Benarkah, pak? Wah... semoga saya bisa bertemu dengan mereka hehe...” Sahutku.

“Kamu ini, giliran idol K-Pop saja senang sekali.” Timpal ibuku.

“Baiklah, kalau begitu saya pamit pulang ya? Semoga kalian menikmati semuanya disini. Kalau ada pertanyaan jangan sungkan ya? Oh iya, nanti biar ku suruh putriku yang menemani kalian berkeliling sekaligus pergi ke rumah sakit, bagaimana?” Tanya pak Kim.

“Ah, terimakasih banyak ya pak Kim? Kami jadi merepotkan.” Ujar ibuku.

“Tidak sama sekali, kalau begitu saya pamit ya.”

...

“Bu, kira-kira Yuri kapan ya bisa sembuh? Atau sudah tidak ada harapan lagi untuk Yuri sembuh?” Tanyaku.

“Yuri, kamu pasti sembuh nak. Jangan berkata seperti itu lagi ya? Katanya kamu mau melihat konser idolamu bersama Keila dan Audi? Jadi, semuanya pasti baik-baik saja.” Jawab ibuku pelan.

“Iya bu, Yuri sangat menginginkan itu.”

“Tunggu ya...” Kata ibuku.

...

“Ada apa, bu?” Tanyaku.

“Ternyata pak Kim. Dia memberikan nomor ponsel putrinya, besok kita ke rumah sakit.” Kata ibuku.

“Baiklah, bu.”

Setelah percakapan itu, aku segera membereskan baju di dalam koperku, karena tidak ingin membuat ibuku kesusahan walaupun hanya sedikit. Sembari membayangkan bagaimana jika aku sembuh dari penyakit ini. Aku ingin melakukan banyak hal bersama teman-temanku, membantu kedua orang tuaku, intinya aku dapat memenuhi harapanku selama ini yang tidak tersampaikan. Tapi bagaimana jika sebaliknya? Aku tidak dapat disembuhkan dari penyakit mematikan ini? Tidak apa-apa sih, aku sudah tidak terkejut lagi, aku ikhlas.

Kenapa tiba-tiba kepalaku sakit dan terasa pusing?

Padahal aku hanya membereskan pakaian ini? Sepertinya aku tidak kuat lagi...

“I...ib..u...” Panggilku pelan.

Sontak ibuku merasa panik dan segera menghampiriku...namun mataku sangat ingin menutupnya.

“Yuri!!!!” Pekik ibuku.

Saat itu aku hanya bisa mendengar ibuku berteriak, setelahnya mataku telah tertutup dan aku merasakan kegelapan.

...

“Yuri...bangun nak.” Kata ibuku sambil menangis.

Tampaknya telingaku mendengar suara itu...

Mataku terbuka lebar, “I...ibu...” Panggilku.

“Yuri!!! Akhirnya kamu bangun nak. Sudah 2 jam kamu pingsan, ibu sangat mengkhawatirkanmu sayang.” Tutur ibuku sambil mengusap air matanya.

“Yuri tidak apa-apa kok, bu. Yuri mungkin hanya kelelahan.” Jelasku.

Ibuku tersenyum, “Lain kali kamu tidak usah mengerjakan pekerjaan apapun, termasuk membereskan pakaianmu. Biar ibu saja yang melakukannya.” Tutur ibuku.

“Bu, masa iya hanya karena membereskan pakaian, aku jadi seperti ini? Ternyata aku benar-benar lemah ya bu? Semua hal tidak dapat aku lakukan dengan baik, aku memang anak yang lemah dimata ibu dan semua orang. Coba saja mataku tidak terbuka lagi.” Kataku.

“Yuri, jangan bicara seperti itu terus ya? Ibu tidak mau kamu kenapa-napa lagi. Ibu sangat mengharapkan kamu sembuh dan dapat melakukan apapun yang kamu mau. Jadi tahan semua hal yang ingin kamu lakukan, dan simpan semuanya untuk kelak. Ibu yakin kamu bisa sembuh.” Jelas ibuku sambil menggenggam tanganku.

“Oh iya, itu ada anaknya pak Kim. Tadi ibu yang menghubunginya, dan membawa dokter kesini.” Kata ibuku lagi.

“Lalu mana dokternya, bu?” Tanyaku.

“Dia sudah kembali ke rumah sakit, besok kita akan menemuinya lagi.” Jawab ibuku.

“Dan satu lagi... Dokternya tampan sekali loh. Ibu saja meleleh melihatnya hahah...” Tambah ibuku.

“Ibu bisa saja, Yuri jadi penasaran.” Kataku.

Ibuku tersenyum, “Penasaran dengan ketampanan sang dokter atau penasaran dengan pengobatanmu?”

“Dua duanya, bu heheh...” Jawabku.

Ibuku berdiri dan, “Sebentar ya, ibu panggilkan anak pak Kim. Biar kalian saling mengenal. Dia juga menunggumu sadar dari tadi.” Katanya.

...

“Ini Yuri, anak pak Kim.” Kata ibuku.

...

“Annyeonghaseyo...” Sapaku.

“Nee annyeonghaseyo...” Kata anak pak Kim.

“Saya Yuri. Namamu siapa?” Tanyaku.

“Perkenalkan nama saya Jeon Mina. Panggil saja Mina.” Katanya.

“Ah, iya...Mina. Terimakasih telah membawa dokter kemari, ya.” Kataku.

“Iya sama-sama. Saya senang membantu kalian.” Kata Mina sambil tersenyum.

“Haha... oh iya, kamu pernah ke Indonesia?” Tanyaku.

“Iya, pernah beberapa kali aku mengikuti ayahku kesana. Indonesia sangat indah hehe... aku pernah ke Jakarta, Yogyakarta, Bali, Lombok, dan Pangkalpinang. Mereka memiliki keindahan yang sangat memukau hahah...” Jawa Mina.

“Benarkah? Wah, ternyata banyak yang telah kamu kunjungi. Aku saja belum pernah ke Lombok dan Yogyakarta hehe...” Kataku.

“Saat ini kesibukanmu apa, Mina?” Tanyaku.

“Sekarang aku sedang kuliah di SNU (Seoul National University), dan membantu ayahku juga.” Jawab Mina.

“Kamu hebat sekali ya?” Kataku.

“Ah, tidak-tidak biasa saja.” Jawab Mina sungkan.

“Ini barang-barangmu semua?” Kata Mina sambil menunjuk Album NCT.

“Iya hehe...”

“Jadi kamu suka K-Pop? NCT pula?” Tanya Mina kaget.

“Iya, Mina. Aku sudah lama menyukai mereka, bagaimana denganmu?” Tanyaku.

“Wah... ternyata banyak yang mengenal mereka hahah... aku sangat menyukai Taeyong hehe.” Kata Mina.

“Taeyong? Wahh... teman-temanku juga menyukainya. Dia sangat memukau, tapi aku lebih suka Jaehyun.” Kataku.

“Banyak sekali tahu fans NCT di Indonesia, mereka sangat sangat sangat menyukainya.” Jelasku lagi.

“Aku hanya beberapa kali saja mengikuti fansign-nya, dan dapat menatap mata mereka hahah...aku sangat gila jika telah menemui mereka disana.” Kata Mina.

“Benarkah? Ternyata banyak orang sepertiku haha...” Kataku sambil tertawa.

“Ada apa ini? Heboh sekali.” Ungkap ibuku.

“Biasa lah, bu. Urusan per-fangirl-an hehe...” Kataku.

“Iya, bi. Ternyata kami memiliki banyak kesamaan, aku jadi senang bertemu dengan Yuri.” Kata Mina.

“Baguslah kalau kalian cepat akrab, ibu jadi senang, apalagi Yuri bisa tersenyum seperti ini. Kamu tahu tidak, Mina? Yuri selalu murung dan sedih jika sendirian, tertawa pun malas sekali, jarang, bahkan hampir tidak sama sekali. Tertawa pun jika dia bertemu teman-temannya yang sehati dengannya, setelah itu? Tidak.” Tutur ibuku.

“Benarkah, bi? Kalau begitu aku akan sering-sering datang kesini, dan jika kamu sembuh nantinya aku akan mengajakmu jalan-jalan.” Sahut Mina semangat.

“Terimakasih, ya Mina. Bibi sangat senang kamu memperlakukan Yuri dengan baik. Karena waktu kami berada di Indonesia, dia hanya memiliki beberapa teman. Bibi sangat sedih sekali.” Kata ibuku.

“Iya, bi sama-sama. Saya juga senang bisa berteman dengan Yuri. Dia sangat ramah dan ceria, Mina suka itu. Oh iya, besok Mina akan menjemput kalian jika ingin ke rumah sakit. Jadi bibi tinggal menghubungiku saja jika sudah bersiap pergi.” Tutur Mina.

“Terimakasih, ya Mina.” Kataku.

“Kalau begitu Mina pamit, ya bi? Mina mau bertemu ayah di kantor.” Kata Mina.

“Iya, hati-hati ya. Besok bibi tunggu.” Jawab ibuku.

Terpopuler

Comments

Yuni latte

Yuni latte

bapak nya yuri kerja apa yah

2021-01-10

1

AniaH

AniaH

kamu hrus semngt yuri

2020-12-17

1

Bunga Syakila

Bunga Syakila

jangan menyerah yuri

2020-12-08

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!