Baru satu malam aku menginap di rumah sakit, rasanya aku ingin kembali ke apartemen. Sebenarnya disini nyaman, tapi sama saja tidak enak karena ini rumah sakit. Ibuku semalaman menjagaku disini, itu juga yang membuatku tidak betah berada disini. Dalam satu hari, kira-kira dokter Jae datang memeriksaku sebanyak lima kali, sampai hafal aku wajahnya. Pagi ini aku sendirian, ibuku pamit pulang ke apartemen. Katanya dia mau mandi dan membersihkan dirinya, aku sangat sangat sangat membolehkannya pulang, aku tidak tega melihat ibuku kelelahan menjagaku. Sebagai gantinya, siang nanti Mina akan menemaniku. Sebenarnya aku tidak keberatan jika tidak ada yang menemaniku, hanya saja ibuku terlalu berlebihan sehingga aku tidak boleh sendirian disini.
“Pagi, Yuri. Bagaimana kondisimu? Masih lemas tidak?” Tanya dokter Jae.
“Pagi, dok. Sepertinya sudah tidak lagi karena telah minum obat yang dokter berikan.” Jawabku.
“Baiklah, sore nanti kita akan melakukan pemeriksaan lagi ya?” Tanya dokter Jae.
“Lagi ya dok? Kenapa lama sekali untuk melakukan operasi saja? Apakah saya sulit untuk sembuh total?” Tanyaku.
“Iya lagi. Karena dalam melakukan pengangkatan penyakitmu itu tidaklah mudah, jadi pemeriksaan sebelum operasi harus dilakukan secara berkala. Kamu tenang saja ya.” Jawab dokter Jae.
“Jika pada akhirnya dokter tidak bisa menyembuhkanku, lebih baik operasi ini tidak usah dijalankan, dok. Saya rasa begitu.” Tuturku dengan rinci.
“Yuri, kamu jangan berkata seperti itu. Jangan putus asa ya? Kamu harus tetap semangat dan ingat perjuangan orang tuamu dalam mengobatimu.” Kata dokter Jae.
“Terserah dokter saja.” Sahutku.
“Kalau begitu saya keluar dulu ya? Jangan lupa sarapannya dimakan.” Jawab dokter Jae.
...
“Yuri, kamu jangan terlalu keras pada dokter Jae. Aku percaya dia dapat mengangkat penyakitmu itu, kamu hanya perlu semangat.” Tutur Mina tiba-tiba.
“Kamu dengar semuanya? Aku hanya tidak mau menyusahkan orang lain, Mina. Jika akhirnya aku tiada, tidak perlu repot-repot juga mengobatiku.” Kataku ketus.
“Yuri, lebih baik kamu sarapan saja. Nih, dimakan ya?” Kata Mina sambil mengambil sarapanku.
“Nanti saja, aku malas makan.” Sahutku.
...
Tiba-tiba pintu kamarku terbuka dan ada dua orang perempuan masuk dengan memakai masker berwarna hitam, dan mereka terlihat tinggi, serta ramping. Aku tidak mengenal mereka, begitu pun dengan Mina. Kami berdua hanya merasa bingung, sampai akhirnya dua orang perempuan itu membuka maskernya, dan ... ternyata mereka adalah...
“Seulgi eonni? Irene eonni?” Tanyaku kaget.
Yak! Mereka adalah Seulgi dan Irene Red Velvet. Sontak aku dan Mina terkejut bukan main, siapa sangka kami di datangi dua orang perempuan cantik dari Red Velvet? Aku hanya bisa terdiam dan terpaku dalam tatapan mereka.
“Bukankah ini kamar Wendy?” Tanya Irene.
“Maaf, bukan. Ini kamar temanku.” Jawab Mina sambil terbata-bata.
“Ah, iya. Kami salah ternyata, nomor kamarnya terbalik. Kami minta maaf ya?” Tutur Seulgi sambil meringis.
“Tidak apa-apa, hehe...” Jawab Mina.
Sementara aku masih syok.
“Bagaimana kalau kita berfoto bersama?” Tanya Mina.
“Ah, boleh-boleh. Ayo.” Kata Irene.
“Ayo. Sebagai permintaan maaf kami ya.” Sahut Seulgi.
...
Kami termasuk aku sendiri berfoto bersama dengan Seulgi dan Irene Red Velvet. Jujur aku masih syok ketika mereka membuka masker dan aku mengetahui bahwa mereka adalah member Red Velvet. Bisa dikatakan ketidaksengajaan yang membuatku beruntung. Mina yang saat itu bersikap biasa saja malah meminta foto bersama. Aku jadi memiliki memori indah di rumah sakit ini. Oh iya, berarti Wendy eonni benar-benar mengalami sakit. Ternyata berita di sosial media memang benar adanya, aku kira hanya kabar burung, tapi tidak. Semoga Wendy eonni lekas membaik.
Setelah kami berfoto bersama, Seulgi dan Irene bergegas keluar kamarku. Tidak lupa pula mereka memakai masker agar orang-orang tidak mengenali mereka.
“Yuri, aku masih deg-degan. Kita benar-benar bertemu member Red Velvet disini. Ini suatu kehormatan besar bagiku.” Tutur Mina sembari mengatur napas.
“Jadi dari tadi kamu menahan nervous? Haha... kamu ada-ada saja.” Kataku.
“Aku baru pertama kali melihat mereka tahu. Biasanya aku hanya menginginkan boy grup, kalau girl grup aku tidak begitu peduli. Ternyata mereka sangat cantik, ya?” Tanya Mina.
“Iya. Tidak sejelek aku.” Jawabku.
...
Selang beberapa waktu ponselku berdering menandakan panggilan video, dan ternyata dari kedua sahabatku, Keila dan Audi. Barangkali mereka ingin menanyakan kabarku saat ini, aku juga lupa mau mengabari mereka soal kondisiku sebelum di operasi. Lihat saja, pasti mereka ingin tahu apa yang aku lakukan disini, termasuk sudah bertemu siapa saja di Korea, pasti.
“Halo, Yuri!!!!!!!” Sapa Keila.
“Yuri!!!!” Teriak Audi.
“Iya iya... kalian berisik.” Jawabku.
“Apa kabar? Bagaimana kondisimu? Baik kan?” Tanya Audi.
“Iya, kamu bagaimana?” Tanya Keila.
“Sabar dong, kalau mau bertanya satu-satu.” Kataku.
“Aku baik-baik saja kok, ini lagi istirahat. Sebentar lagi aku mau di operasi, mungkin besok atau lusa. Aku juga tidak tahu kapan pastinya.” jelasku.
“Oh, jadi begitu. Kamu sendirian? Bibi Yuna dimana?” Tanya Keila.
“Ibuku sedang pulang ke apartemen. Sekarang aku bersama dengan anak dari teman ayahku, dia Mina.” Kataku.
“Hai Mina...” Sapa Audi.
“Annyeonghaseyo...” Sapa Keila.
“Nee annyeonghaseyo...” Jawab Mina sambil tersenyum.
“Enak ya kamu, Yuri? Sudah dapat teman dari Korea hehe..” Sahut Keila.
“Oh iya, dokternya bagaimana Yuri? Dia tidak lamban kan dalam berbicara?” Tanya Keila.
“Ah, tidak lah. Memangnya dokterku yang disitu hehe... tidak kok, dia baik.” Jawabku.
“Tampan tidak? Seperti di Hospital Playlist?” Sahut Audi.
“Di bilang jelek tidak, di bilang tampan juga tidak.” Jawabku.
“Kamu kebiasaan Yuri, yang menurutmu tampan hanya Jaehyun seorang hahah...” Timpal Keila.
“Kamu tahu saja.” Jawabku.
“Yuri, sebelum kaamu operasi hubungi kami ya nantinya?” Tanya Audi.
“Iya, Yuri.” Sahut Keila.
“Iya, nanti aku hubungi.” Jawabku singkat.
“Eh tunggu. Nanti kirim foto doktermu ya, Yuri? Aku mau lihat.” Tutur Audi.
“Hah?”
“Iya, kirimkan kami yayaya...” Sahut Keila.
“Iya iya.” Jawabku malas.
“Kalau begitu sudah dulu ya? Lebih baik kamu istirahat lagi, bye...” Kata Keila.
“Bye...Yuri...” Kata Audi.
“Bye...”
...
“Itu teman-temanmu, ya?” Tanya Mina.
“Iya Mina, mereka memang berisik, maaf ya.” Jawabku.
“Ah, tidak apa-apa. Mereka terlihat seru hehe...” Jawab Mina.
...
Setelah panggilan video berakhir, tadinya aku ingin memberitahu Keila dan Audi mengenai kedatangan Seulgi dan Irene ke kamarku. Aku ingin membuat mereka merengek haha, tapi aku lupa. Alhasil aku memberikan foto bersama kami tadi ke grup chat. Tidak memakan waktu yang lama, Keila dan Audi langsung membalas pesanku. Isi pesannya kurang lebih mereka menginginkannya juga seperti diriku. Mereka bilang aku memiliki keberuntungan yang melimpah lah, dan lain sebagainya. Untung saja saat ini kami sedang berjauhan, coba kalu tidak? Habislah aku di tangan mereka.
Saat ini jam menunjukkan pukul 12 siang, artinya aku harus makan lagi. Aku sangat bosan dengan rutinitasku yang satu ini yaitu makan, makan, dan makan. Ketika jam makan tiba, tidak lain dan tidak bukan dokter Jae pasti selalu datang ke kamarku. Aku penasaran apakah dia tidak bosan menghampiriku? Padahal rumah sakit di luar sana, dokter akan mengunjungi pasiennya jika mereka dipanggil atau hanya waktu untuk memeriksa. Tapi kali ini sangat berbeda. Bagaimana tidak? Dokter Jae sangat sering melihatku di kamar, entah sok perhatian, atau hanya formalitas saja, atau apalah itu.
“Yuri, sudah makan? Makanan tadi pagi masih ada?” Tanya dokter Jae.
“Masih, dok. Dan saya tidak lapar.” Jawabku singkat.
“Kamu memang tidak lapar, tapi sebaiknya makan sedikit agar tenagamu terisi, jangan keras kepala.” Sahut dokter Jae.
“Aku memang keras kepala dokter, makanya dokter tidak usah sok peduli denganku. Aku bukan anak kecil.” Jawabku ketus.
“Ya sudah terserah kamu, tapi ayo makan sedikit saja. Saya akan menunggumu sampai makan disini. Saya tidak akan keluar.” Kata dokter Jae sambil duduk.
“Dasar dokter keras kepala. Bisa saja mengatakan aku keras kepala, padahal dia juga.” Kataku pelan.
Setelah kurang lebih 15 menit aku mendiamkan dokter Jae, sementara dia masih menungguku untuk makan siang. Lama kelamaan aku merasa risih karena dia terus melihatku, akhirnya aku memustuskan untuk makan sedikit saja. Daripada dokter Jae terus menerus berada di kamarku? Malas sekali. Kurang lebih lima suapan aku makan, akhirnya dokter Jae pergi meninggalkanku tanpa berkata sedikit pun. Ya dia pergi begitu saja. Dasar aneh.
“Yuri? Kenapa ekspresimu begitu?” Tanya ibuku yang baru saja datang.
“Tidak apa-apa, bu.”
“Itu dokter Jae baru melihatmu ya?” Tanya ibuku lagi.
“Iya.”
“Singkat sekali jawabanmu.” Sahut ibuku lagi.
“Memang. Aku sedang tidak ada mood, bu. Malas. Masa aku makan siang di tunggu oleh dokter Jae? Setelah itu dia pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun, bu. Aneh ya?” Tanyaku.
“Itu tandanya dokter Jae perhatian padamu. Kamu harus menurut apa yang di bilang oleh dokter ya? Ini juga kan demi kesembuhanmu, nak.” Jelas ibuku.
“Iya bu, iya. Yuri mengerti.”
“Oh iya, Mina kemana?” Tanya ibuku.
“Keluar. Katanya mau menenangkan diri.”
“Memangnya dia kenapa?” Tanya ibuku.
“Ibu tahu tidak, tadi ada member Red Velvet datang kemari. Mereka salah kamar, akhirnya aku dan Mina berfoto bersama mereka.” Kataku jelas.
“Benarkah? Wah... beruntungnya putri ibu. Kamu senang?” Tanya ibuku lagi.
“Ya senang lah bu. Mereka cantik sekali aslinya.” Kataku.
“Yang lagunya... red red red flavor.... nah, itu kan?” Tanya ibuku.
“Hahah...iya, bu itu.”
“Lalu siapa yang datang?”
“Seulgi dan Irene.” Jawabku.
“Wah... ibu sangat menyukai Irene. Andai ibu tadi tidak kembali ke apartemen, pasti ibu juga sudah bertemu dengan mereka. Iya kan?” Tanya ibuku histeris.
“Iya, bu. Nih fotonya, bagus kan?” Tanyaku.
“Iya... ibu jadi iri.”
“Hahaha...”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
AniaH
kenp SM Mina ya
2020-12-17
1
Nur Afiyah
ibu nya gaul banget..suka suka
2020-12-11
1