Pagi ini bangun tidurku terasa berbeda dari sebelumnya. Asal kalian tahu, aku tidak bisa tidur semalaman. Semua itu karena aku memikirkan ibuku, entah kenapa. Malam tadi aku bersama Mina pulang dari kedai untuk makan malam sekitar pukul 10.30 malam. Lalu tidak lama dari itu, aku udah Mina bersiap untuk tidur. Ketika Mina sudah memejamkan matanya, aku merasa resah dan tidak bisa tidur, entah mengapa saat itu aku hanya memikirkan ibuku, ibuku, dan ibuku. Malahan aku ingin cepat-cepat pagi karena mau mendengar kabar dari ibuku.
Sekarang baru jam setengah tujuh pagi dan aku sudah terbangun dari tidurku. Aku bisa tertidur di jam lima pagi, itu pun karena aku sudah sangat mengantuk dan lupa semuanya. Saat ini perutku terasa sangat sakit, bukan sakit seperti kemarin sebelum aku di operasi. Ini adalah rasa sakit karena mules, sepertinya ini efek dari makan malam tadi karena terlalu banyak menyantap makanan.
Saat ini waktu masih pagi dan aku sudah gatal ingin menghubungi ibuku. Di jadwal penerbangan, ibuku akan sampai di Indonesia pada siang hari sekitar pukul 12.00 siang. Jadi aku hanya menunggu jam itu saja dan Jevan juga sudah berjanji akan menghubungiku ketika mereka sampai di bandara Soekarno-Hatta. Syukurlah aku sudah tidak mules lagi, tapi sekarang setelah aku buang air besar rasanya aku sangat lapar dan ingin makan. Aku jadi teringat pesan dari ibuku kalau dia masih menyimpan makanan yang bagus di kulkas, aku langsung mengambil makanan tersebut. Sementara aku ingin sarapan, Mina masih pulas tertidur mungkin karena dia kelelahan semalaman menemaniku. Namun ketika aku mengambil makanan di kulkas, ada tempat makanan yang terjatuh ke lantai dan membuat suara keras sehingga Mina pun terbangun dari tidurnya.
“Yuri... kamu mau sarapan ya?” Tanya Mina.
“Iya, maaf ya? Kamu jadi terbangun karenaku hehe...” Jawabku malu.
“Tidak apa-apa kok, ini juga sudah siang.” Kata Mina sambil tersenyum.
“Oh iya, kita sarapan dulu ya. Ini.” Kataku sambil memberikan makanan.
“Terimakasih.” Jawab Mina.
“Oh iya, Yuri. Nanti kita berangkat ke kampus jam sepuluh ya? Ada pemberitahuan tadi.” Kata Mina lagi.
“Baiklah. Tapi eh, ini sudah jam sembilan. Setelah ini kita bersiap ya?” Tanyaku.
“Iya.”
Tersisa waktu sekitar satu jam adalah waktu yang sangat singkat untuk bersiap-siap. Hari ini aku dan Mina akan mengurus berkas-berkas persiapan untuk masuk ke bangku perkuliahan. Sudah lama sekali aku mengagumi dan sangat ingin berkuliah di SNU (Seoul National University), dan inilah kesempatanku untuk berjuang masuk ke kampus tersebut. Mina di kampus tersebut mengambil jurusan komunikasi, sementara aku berencana untuk mengambil jurusan yang sama dengan Mina. Itu bukan karena aku ingin ikut-ikutan, tapi sudah lama aku memang menginginkan jurusan tersebut. Aku ingin menjadi seorang reporter handal, ya begitulah kira-kira. Karena Mina lebih banyak tahu mengenai apa saja yang harus diurus untuk mendaftar di kampus tersebut, maka dari itu aku akan diarahkan dan diantar oleh Mina sendiri.
Aku dan Mina saat ini sudah berada di parkiran apartemen, artinya kami akan segera berangkat menuju kampus. Rasa semangatku kini tercampur dengan rasa penasaran yang berlebihan. Aku memang sangat senang akan berkuliah di SNU, tapi di sisi lain aku sedang memikirkan ibuku. Pikiranku seperti terbagi-bagi saja saat ini. Daripada rasa penasaranku terlalu keras, aku mencoba menghubungi Jevan. Siapa tahu mereka sudah sampai di Indonesia. Beberapa saat ku coba menghubungi Jevan, namun belum ada jawaban dan sepertinya mereka belum juga sampai. Kini aku dan Mina sudah berada di SNU dan kami akan memproses berkas yang aku bawa. Berkasku di proses memakan waktu sekitar 2 jam lebih, aku sudah tidak sanggup lagi hehe, menunggu adalah hal yang membosankan.
“Mina, sudah selesai nih. Ayo pergi, sudah lelah aku hehe...” Kataku.
“Oh sudah? Ayo. Tidak mau berkeliling dulu?” Tanya Mina.
“Tidak, ah.” Jawabku.
“Ya sudah, ayo.”
“Kita langsung pulang? Makan siang dulu yuk?” Ajak Mina.
“Boleh...” Jawabku.
Aku dan Mina sepakat untuk makan siang di sebuah kafe yang dekat dengan apartemenku. Saat ini kami sudah sampai di parkiran kafe, belum menginjakkan kaki keluar, ada panggilan masuk di ponselku.
“Mina, sebentar ya? Ini ada panggilan masuk dari Jevan.” Kataku.
“Iya, angkat saja.”
“Halo...Jev?” Tanyaku.
“Bagaimana, kalian sudah sampai kan? Boleh bicara dengan ibuku?” Tanyaku lagi.
“Yuri...”
“Iya.”
“Sebenarnya...” Kata Jevan.
“Iya kenapa, Jev? Mana ibuku?”
“Ibumu...”
“Ibumu...”
“Ibumu ke..celakaan.” Tutur Jevan.
“A... apa?” Teriakku.
“Jevan, jangan bercanda ya? Aku tidak suka!” Teriakku lagi.
“Maaf, Yuri... aku serius. Aku dan ibumu setelah sampai di bandara, kami berpisah menggunakan taksi masing-masing. Dan taksi ibumu ditabrak sebuah truk.” Jelas Jevan dengan nada pelan.
“Jevan!!!! Sekarang ibuku ada dimana?” Tanyaku.
“Dia dirumah sakit, bersama ayahmu. Dan sekarang ibumu... koma.” Kata Jevan.
Air mataku langsung mengalir deras dan panggilan langsung ku tutup.
Jadi ini? Ini arti dari semua jawaban perasaanku semalaman? Perasaan tak enak selalu menghampiriku, rasa gundah dan gelisah juga. Penyesalan kini datang padaku, mengapa saat itu aku tidak ikut pulang dengan ibuku. Kalau saja aku bersama ibuku, pasti semuanya tidak akan seperti ini, aku takut, takut sekali. Aku takut akan kehilangan ibuku tercinta. Aku harus pulang hari ini juga, aku tak mau kehilangannya.
“Mina, sepertinya kita kembali ke apartemen saja. Aku mau pulang ke Indonesia, bisakah kamu membelikanku tiket pesawatnya?” Tanyaku sambil menangis sesegukan.
“Yuri? Bibi kenapa? Apa dia baik-baik saja?” Tanya Mina.
“Ibuku kecelakaan, dan sekarang dia koma. Aku harus segera pulang, Mina.” Jelasku.
“Aku tahu, baiklah. Aku akan mengantarmu nanti.” Kata Mina.
“Terimakasih, ya Mina. Kamu selalu ada untukku.” Kataku.
“Ya sudah, sekarang kamu kembali ke apartemen, dan aku akan memesan tiket dan mengantarmu ke bandara.” Tutur Mina.
“Iya.”
Singkat ceritaku dengan Mina, saat ini aku sedang membereskan pakaianku. Sangat berat rasanya untuk melakukan ini semua. Air mataku terus mengalir dan pikiranku sangat kacau, entah apa yang membuatku berpikir buruk, selalu. Mina yang dari tadi menemaniku, merasa sangat sedih juga. Walau baru kenal sebulan lebih, ia merasa sangat dekat dengan ibuku. Mina selalu menenangkanku disaat aku masih menangis seperti ini, dia adalah teman yang sangat baik.
Setelah selesai membereskan semuanya, aku langsung menuju ke Bandara yang diantar oleh Mina.
“Yuri, sudah jangan menangis terus. Ibumu pasti baik-baik saja kok. Berhenti menangis ya?” Tanya Mina.
“Bagaimana aku bisa berhenti menangis, Mina. Kamu pikir saja, orang tercinta yang jauh darimu terkena musibah, dan itu parah. Itu sangat menusuk hatiku, Mina.” Jawabku sambil menangis.
“Iya, aku mengerti. Aku juga merasa sedih mendengar berita ini. Tapi kamu harus menenangkan hati dan pikiranmu dulu, perljalanan pulangmu itu jauh, Yuri.” Kata Mina.
“Tenang, ya...” Tambahnya.
Tidak lama kemudian aku sampai dibandara, dan menunggu waktu penerbanganku. Aku sudah tidak sabar lagi ingin bertemu dengan ibuku, semoga kondisi ibuku segera membaik. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika sesuatu terjadi pada ibuku, aku akan sangat menyesal dengan semua ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments