Hari yang sangat aku tunggu adalah hari ini. Apalagi kalau bukan pengangkatan penyakitku saat ini, tidak lupa pula berjuta-juta harapan aku tuangkan dalam pikiranku. Walau aku tahu semua itu sangat berat bagi dokter. Semua orang yang ada di dekatku telah ku hubungi mereka dan aku bilang akan melakukan operasi hari ini. Tak henti-hentinya mereka termasuk teman-temanku, Keila dan Audi untuk menyemangatiku dari kejauhan. Tapi tidak dengan kakak kandungku sendiri. Kalian pikir saja, aku sudah mengiriminya pesan kalau aku akan melakukan operasi, namun ia enggan untuk membalasnya. Membalasnya? Dibaca juga tidak. Begitu menyusahkannya aku baginya sampai-sampai dia tak peduli lagi denganku.
“Yuri... apa yang kamu pikirkan?” Tanya Mina.
“Tidak, aku hanya sedang memikirkan kakakku, sampai sekarang dia belum membalas pesanku. Padahal aku mengabarinya kalau aku akan operasi hari ini.” Kataku pelan.
“Mungkin dia sibuk. Nanti juga dia menghubungimu kembali.” Jawab Mina sambil tersenyum.
“Tidak akan, Mina. Dan tidak mungkin. Kakakku tidak akan melakukannya.” Kataku pelan.
“Mengapa?”
“Dia tidak peduli padaku. Itu saja.” Sahutku.
...
“Yuri, kamu sudah siap kan?” Tanya ibuku.
“Iya, bu. Yuri siap.” Jawabku.
“Baiklah, Yuri. Kta akan melakukan operasi. Kamu akan dibawa ke ruang operasi sebentar lagi.” Ujar dokter Jae.
“Dokter, saya serahkan semuanya padamu. Saya sangat minta tolong pada dokter.” Sahut ibuku.
“Iya, bu. Saya akan berusaha. Kalau begitu saya keluar dulu. Sebentar lagi ada perawat yang akan membawa Yuri ke ruang operasi. Permisi.” Kata dokter Jae sambil berjalan keluar kamarku.
...
“Bu, jika nanti Yuri tidak bangun lagi... sehat-sehat ya ibu dengan ayah? Yuri tidak mau kalian sakit. Bilang juga pada kakak kalau aku tidak akan membencinya, walau kakak membenciku.” Kataku sambil tersenyum.
“Yuri... kamu pasti akan baik-baik saja kok. Dokter Jae adalah dokter hebat disini, kamu hanya perlu berdoa saja ya nak. Katanya kamu akan melakukan apa saja yang telah kamu inginkan sejak dulu? Jadi kamu harus semangat ya.” Jawab ibuku sambil meneteskan air mata.
Sedikit percakapanku dengan ibu, datanglah dua orang perawat yang membawaku ke sebuah ruangan. Ruangan itu memiliki sedikit cahaya dan suhunya pun lebih dingin dibandingkan dengan kamar rawatku. Ya, ini adalah ruangan operasi. Setelah sampai, ada seorang perawat disana yang langsung memberikanku obat, dia menyuntikkan di lenganku, setelah itu aku tertidur.
...
10 jam kemudian...
“Dokter, bagaimana keadaan Yuri?” Tanya ibuku.
“Kami telah melakukan operasi dengan baik. Saat ini hanya kondisi Yuri saja yang harus menjadi perhatian kita. Sebenarnya di tengah-tengah operasi berjalan, Yuri melemah dan tidak kuat. Namun setelah menunggu beberapa saat dan kami melakukan tindakan lain, Yuri berhasil bertahan. Sekarang Yuri sedang berada di fase kritis, tapi ibu tidak perlu khawatir. Fase itu akan berakhir beberapa hari lagi, atau mungkin besok.” Jelas dokter Jae.
“Benarkah, dokter? Yuri tidak kenapa-napa kan?” Tanya ibuku.
“Seperti yang sudah saya katakan, semuanya berjalan lancar. Kita hanya perlu menunggu Yuri melewati fase kritisnya. Kemudian dia dapat kita pindahkan lagi ke kamarnya yang semula.” Jawab dokter Jae.
“Terimakasih dokter, terimakasih. Saya tidak tahu harus bagaimana membalas semua ini.” Ujar ibuku sambil menggenggam tangan dokter Jae.
“Iya, bu. Saya hanya melakukan kewajiban saya sebagai seorang dokter. Kalau begitu saya permisi.” Kata dokter Jae.
“Iya, dokter.”
“Bi, kita tunggu saja ya. Kita tunggu Yuri sampai dia pulih. Semoga Yuri lekas membaik.” Kata Mina.
“Iya, Mina. Terimakasih kamu mau menemani kami sampai sekarang.” Kata ibuku.
“Tidak apa-apa, bi. Saya senang bisa membantu.” Kata Mina.
...
2 hari kemudian...
“Dokter, bagaimana kondisi Yuri saat ini? Mengapa dia belum sadar sampai sekarang?” Tanya ibuku cemas.
“Saat ini Yuri masih dalam masa kritis. Tampaknya dia belum membaik dari operasi kemarin.” Jawab dokter Jae.
“Apa ada yang salah dengan operasinya?” Tanya ibuku lagi.
“Tidak, bu. Semuanya baik-baik saja, kita hanya harus menunggu Yuri pulih dari masa kritisnya.” Sahut dokter Jae.
“Baiklah dokter.”
...
“Mina, bagaimana ini? Bibi sudah bingung harus apa sekarang. Yuri belum pulih juga.” Kata ibuku panik.
“Bi, sabar ya? Tadi kan dokter juga sudah bilang, Yuri akan segera pulih. Jadi kita berdoa saja agar Yuri segera sadar.” Sahut Mina.
“Iya, Mina. Semoga saja.”
...
3 hari kemudian...
Aku tidak menyangka bisa membuka kembali kedua mataku. Saat ini aku seperti siuman, dan bisa mendengar suara dari luar. Mataku perlahan terbuka dan tanganku dapat aku gerakkan. Sepertinya aku berada di ruang pemulihan, banyak sekali peralatan yang membantuku disini. Terlihat ada seorang lelaki memakai jubah berwarna putih dan seorang perempuan juga, sepertinya itu dokter Jae dan perawat. Perlahan aku mencoba membuka mulutku dan mulai mengeluarkan suara-suara kecil, dan dokter pun menoleh.
“Dok...dok...ter...” Ucapku terbata-bata.
“Yuri?”
Dokter Jae langsung mengecek keadaanku saat ini, sama dengan perawat yang berusaha melakukan pengecekan pada peralatan itu. Tampaknya dokter Jae terlihat senang melihat aku tersadar. Aku merasakan sedikit sesak di dada, entah mengapa. Apa kerena operasi itu, atau ... entahlah.
“Dok...ter... dadaku se..sak.” Kataku.
“Yuri? Tenang ya, saya akan coba menyuntikkan obat untukmu.” Sahut dokter Jae.
Beberapa saat kemudian, aku dibawa oleh dua orang perawat dan tampaknya aku dialihkan ke kamarku yang semula. Sepertinya kondisiku mulai membaik. Ketika aku di dorong keluar, terlihat ibuku dan Mina sudah berada disana. Ibuku yang melihatku sadar langsung menghampiriku dan menggenggam erat tanganku, ya tuhan terimakasih karena aku bisa melihat ibuku lagi. Untung saja Mina selalu berada di sisi ibuku, aku sangat berterima kasih padanya. Sampailah aku di kamarku yang tidak kupakai beberapa hari ini.
“Yuri... bagaimana nak, rasanya? Sudah enakan?” Tanya ibuku.
“Iya, bu. Sedikit.” Jawabku pelan.
“Iya, Yuri. Sudah 5 hari kamu tidak membuka matamu, kami sangat khawatir. Sebaiknya kamu jangan banyak bicara dulu, ya. Istirahat saja.” Kata Mina sambil tersenyum.
“Jadi aku tidak sadar selama 5 hari?” Tanyaku.
“Iya, nak.” Jawab ibuku.
“Sampai-sampai dokter Jae tidak pulang ke rumah, karena harus memantaumu terus. Aku saja sampai pusing melihatnya, Yuri. Kamu beruntung sekali ditangani oleh dokter Jae, dia sangat perhatian padamu. Jika kamu sudah sembuh, kamu harus mentraktirnya hehe...” Ujar Mina sambil tersenyum lebar.
“Benarkah? Dokter Jae tidak pulang? Kasihan sekali, gara-gara aku dokter jadi tidak bisa kemanapun.” Kataku.
“Oh iya, terimakasih ya Mina karena telah menemani ibuku hingga sekarang.” Tambahku.
“Iya tenang saja, dan untungnya aku sedang libur kuliah hehe.” Kata Mina.
“Ya sudah, kamu istirahat saja ya.” Sahut ibuku.
...
“Bagaimana, Yuri? Aku merasa baikan?” Tanya dokter Jae.
“Iya, dokter. Terimakasih ya atas semuanya.” Kataku.
“Iya. Ini ada obat untukmu, diminum ya setelah makan malam.” Kata dokter Jae.
“Baiklah, dokter.”
“Dokter, sekarang dokter bisa pulang ke rumah. Yuri kan sudah siuman, dan dokter bisa pulang dengan tenang. Maaf ya jika saya terlalu menyusahkan?” Tanyaku.
“Ah, tidak sama sekali. Itu sudah kewajiban saya sebagai seorang dokter, kamu tenang saja ya.” Jawab dokter Jae.
“Iya, dokter.”
“Oh iya, besok saya akan menepati janji saya waktu itu.” Kata dokter Jae.
“Janji?” Tanyaku.
“Ya.” Kata dokter sambil berjalan keluar kamarku.
Janji apa ya kira-kira? Sepertinya dokter Jae tidak ada janji denganku. Apa aku yang lupa? Entahlah.
...
“Apa kata dokter Jae tadi?” Tanya Mina.
“Tidak apa-apa. Dia hanya memberikanku obat dan katanya dia punya janji denganku, tapi aku lupa janji apa itu.” Jawabku sambil berpikir.
“Sepertinya dokter Jae memang memiliki perhatian lebih denganmu, Yuri.” Kata Mina sambil tersenyum.
“Kamu ada-ada saja.”
“Oh iya, ibuku mana?” Tanyaku.
“Dia sedang ke bagian administrasi, tadi ada perawat yang menyuruhnya untuk kesana.” Jawab Mina.
“Oh begitu.”
...
Seperti yang dikatakan oleh Mina dan ibuku, sudah lima hari aku tidak membuka mataku. Saat ini aku sangat ingin memberitahu ayahku dan teman-temanku bahwa aku sudah selesai operasi. Ketika ku lihat ponselku, banyak sekali notifikasi dari ayah dan teman-temanku. Mereka berusaha untuk menghubungiku, namun ponselku beberapa hari ini aku diamkan, ini saja barangkali ibuku yang mengisi daya ponselnya. Terlihat banyak pesan yang masuk dari ayah dan teman-temanku. Aku berniat menghubungi mereka, namun ini sudah larut malam. Mungkin mereka sudah tertidur, ada baiknya besok saja aku memberitahu mereka semua. Aku harap mereka tidak cemas dengan tidak adanya kabar dariku.
“Yuri, kamu belum tidur?” Tanya Mina.
“Belum, aku tidak bisa tidur.” Jawabku.
“Lihat, ibumu sudah pulas sekali.” Kata Mina sambil melihat ibuku yang sudah tertidur di sofa.
“Biarkan dia, kasihan ibuku. Pasti sangat lelah mengkhawatirkanku.” Kataku.
“Iya, Yuri. Beberapa hari ini ibumu tidak tidur, paling hanya sekitar 10-15 menit. Itu pun tidak sengaja, dia selalu ingin melihatmu yang masih terbaring.” Jelas Mina.
“Ibuku memang keras kepala, Mina. Dia tidak ingin aku kenapa-napa, padahal aku juga tidak ingin dia sakit.” Sahutku.
“Oh iya, mungkin besok kata dokter kamu sudah boleh makan makanan selain di rumah sakit. Kamu mau aku belikan apa?” Tanya Mina.
“Kamu ini, tidak usah repot-repot tahu. Makan apa saja aku suka kok.” Jawabku.
“Serius?” Tanya Mina.
“Iya. Mina, kamu tidak pulang ke rumah? Kasihan ayahmu nanti mencarimu.” Kataku.
“Ya tidak lah, Yuri. Ayahku juga tahu aku disini menemanimu, jadi santai saja. Dia malah menyuruhku menemanimu tahu.” Jawab Mina sambil tersenyum.
“Ya sudah, terimakasih ya.” Kataku.
“Jadi bagaimana, Yuri? Mau ku belikan apa? Atau biasanya kan kamu pasti menonton drama korea, nah... aku belikan ayam goreng ala K-Drama, mau tidak?” Tanya Mina.
“Wah, boleh. Aku juga rindu makan ayam hehe...” Kataku.
“Aku tambah bibimbab dan bulgogi ya? Suka tidak?” Tanya Mina lagi.
“Suka lah. Dulu aku sering sekali makan makanan Korea.” Kataku.
“Mina, sekali lagi terimakasih ya. Kalau tidak ada kamu, aku tidak tahu bagaimana berada disini.” Tambahku.
“Iya sama-sama.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Yuni latte
biasa nya kan kalo sakit kangker gitu sering d kemo buat biar penyakit nya ngga nyebar2
2021-01-10
1