Seperti hari kemarin, hari ini dokter Jae ingin melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui kondisiku saat ini. Kata dokter Jae, ini pemeriksaan inilah yang nantinya menentukan apakah aku bisa segera operasi atau sebaliknya. Menurut dokter, memang harus dilakukan pemeriksaan berkali-kali karena penyakit yang aku derita memang sangat serius dan sewaktu-waktu kondisi tubuhku dapat berubah. Sebenarnya aku tidak terlalu berharap banyak untuk pengobatanku ini, aku sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi nantinya.
“Dokter, apa pemerikasaannya lama?” Tanyaku.
“Tidak, sebentar saja.” Jawab dokter Jae.
“Yuri, kamu hanya perlu menurut pada dokter ya. Ibu tunggu di luar.” Sahut ibuku.
....
10 menit kemudian...
“Selesai.” Kata dokter Jae.
“Sudah? Cepat sekali.” Kataku.
“Dokter, boleh tidak saya jalan-jalan ke luar? Saya bosan disini, setidaknya menghirup udara segar di luar.” Kataku.
“Kalau sekarang tidak bisa, Yuri. Ini sudah siang, dan udara di luar sedang panas sekali. Tidak baik untuk kondisimu sekarang, bagaimana kalau sudah operasi saja? Nanti biar dokter yang temani.” Tutur dokter Jae.
“Begitu ya, dok? Ya sudahlah.” Sahutku singkat.
“Kalau begitu saya keluar dulu ya? Kamu istirahat saja.” Kata dokter Jae.
...
“Yuri, kamu sudah selesai kan pemeriksaannya?” Tanya ibuku.
“Sudah, bu kata dokter.”
“Kalau begitu, ibu mau bertemu Pak Kim dulu ya? Katanya Mina mau mengantar ibu. Kamu tidak apa-apa kan sendirian sebentar?” Tanya ibuku lagi.
“Iya, bu. Ibu tidak usah khawatir.” Jawabku.
“Ya sudah, baik-baik ya disini. Kalau ingin sesuatu panggil perawat saja ya?” Kata ibuku lagi.
“Iya, bu. Sudah sana.”
...
Setelah ibuku pergi, aku mulai merasa bosan lagi. Semua orang juga pasti bosan jika selalu berada di kamar dan berbaring terus menerus. Bermain ponsel juga terkadang membuatku bosan, aku jadi terpikirkan akan sesuatu. Apa aku keluar kamar saja? Lagian aku juga bisa berdiri dan jalan sendirian. Masalah infus yang ada di tanganku juga bisa aku atasi. Daripada aku terus menerus disini, lebih baik aku keluar saja, tidak jauh-jauh juga.
Perlahan aku menurunkan kakiku dan mulai berdiri tegak, lalu sedikit demi sedikit aku langkahkan kaki kanan dan kiriku secara bergantian, dan aku mulai berjalan. Ku buka pintu kamarku dan melihat ke sekitar, ternyata lingkungan VIP cukup sepi. Setelah itu, pintu kamarku ku tutup kembali dan melanjutkan perjalananku ke tempat yang berbeda, aku menginginkan tempat yang sedikit ramai. Aku tak menyangka ternyata kakiku masih kuat untuk melangkah lebih jauh, aku terus mengikuti derap langkah ini.
Sekarang aku telah tiba di sebuah persimpangan rumah sakit, karena cukup besar, aku melihat-lihat ke sekitarku. Tampaknya sekitar sini adalah ruangan perawatan pasien kelas menengah, terlihat ada beberapa pasien dalam sebuah ruangan. Ketika aku mulai berjalan kembali, tiba-tiba ada seseorang yang menumburku dan sontak kepalaku terasa pusing dan pandanganku menjadi buram. Dan brukkk!!! Sepertinya aku terjatuh ke lantai.
...
“Kamu sudah sadar, Yuri?”
“Dokter Jae?”
“Tadi kamu terjatuh di lorong, untung saja ada yang menggendongmu dan bertemu saya. Syukurlah jika kamu tidak apa-apa.” Kata dokter Jae.
“Iya, dok. Tiba-tiba tadi ada yang menumburku dari belakang dan aku merasa pusing.” Tuturku pelan.
“Maafkan aku ya? Tadi aku buru-buru, dan pada akhirnya menumburmu.” Sahut lelaki itu.
“Iya, tidak apa-apa. Terimakasih juga sudah membawaku ke kamarku.” Jawabku.
Lelaki itu memakai masker dan kelihatannya dia tersenyum. Namun sepertinya aku pernah melihatnya, tapi siapa?
“Ini untukmu.” Kata lelaki itu sambil memberi buah dan perlahan ia membuka maskernya.
Dan...
“Jeno? Kamu Jeno kan?” Tanyaku kaget.
“Jeno NCT kan?” Tanyaku lagi sambil menutup mulutku.
“Kamu mengenalku?” Tanya Jeno.
“Siapa yang tidak mengenalmu, Jeno.” Sahutku.
“Aku juga fansmu hehe...” Tambahku.
“Ahah, kamu bisa saja. Kalau begitu, aku pamit ya. Semoga lekas sembuh.” Sahut Jeno.
“Oh iya, sampaikan salamku untuk Jaehyun ya? Aku sangat menyukainya hehe...” Jawabku malu.
“Ah, baiklah. Mau foto bersama?” Tanya Jeno.
“Hah? Boleh, ayo.”
“Foto ini kamu simpan saja ya? Jangan di publikasikan.” Kata Jeno sambil tersenyum.
“Iya, Jeno. Pastinya.”
Setelah aku dan Jeno melakukan selca, Jeno segera pamit keluar. Katanya dia ke rumah sakit untuk mengecek kesehatannya. Itu merupakan rutinitasnya setiap bulan. Ya tuhan, betapa beruntungnya aku bertemu dengannya. Aku sungguh bahagia hari ini. Apalagi setelah dokter memberitahuku bahwa Jeno yang menggendongku ke kamar dan memberiku buah-buahan, serta melakukan selca bersama. Andai saja Jeno adalah Jaehyun, aku bisa kehilangan napasku hari ini. Ternyata Jeno sangat tampan dan tinggi, serta memiliki jiwa keramahan yang tinggi. Siapa coba yang tidak menyukai hal itu? Aku harap Jeno mengingat pesanku tadi hihi. Rasanya aku ingin membuat sebuah cerita indah hasil karanganku sendiri.
“Yuri.... ibu datang.” Sapa ibuku.
“Kamu kenapa, Yuri? Senyum-senyum sendiri.” Sahut Mina.
“Eh, ibu, Mina. Kalian sudah kembali.” Kataku.
“Kenapa sih, nak senyum-senyum begitu. Bahaya loh.” Tutur Ibuku.
Tanpa berlama-lama aku langsung menunjukkan selca-ku bersama Jeno.
“Wah! Yuri, ini Jeno kan? Kamu bertemu dengannya? Daebak!!!” Tutur Mina.
“Ini Jeno Jeno siapa sih?” Tanya ibuku bingung.
“Itu bu... salah satu idol grup kesukaanku.” Jawabku semangat.
“Aku juga tidak sengaja bertemu dengan Jeno. Tadi aku keluar kamarku sendiri, lalu ada yang menumburku dari belakang. Kemudian aku pingsan, dan Jeno menggendongku kesini.” Jelasku lagi.
“Apa? Pingsan? Kamu keluar sendirian? Yuri, kenapa kamu begitu sih? Kamu kan bisa minta ditemani oleh perawat. Lain kali kamu jangan begini lagi, ya?” Kata ibuku cemas.
“Ibu, Yuri tidak apa-apa kok. Yuri pingsan juga kan gara-gara ditumbur Jeno. Kalau tidak kan Yuri juga baik-baik saja, jadi tenanglah bu.” Jelasku.
“Kamu memang benar-benar beruntung, Yuri. Sudah dua kali kamu bertemu dengan idol K-Pop. Dan dua duanya artis dari S. M. Entertainment. Ini gila sih, Yuri.” Sahut Mina.
“Kamu di rumah sakit ini sedang mengumpulkan foto bersama artis apa? Aku jadi penasaran hahah...” Tambah Mina sembari tertawa.
“Iya, Mina. Aku juga bingung mengapa bisa bertemu dengan mereka.”
“Ya memang sih, rumah sakit ini sering dikunjungi oleh idol-idol K-Pop karena memang terkenal terpercaya dibandingkan dengan rumah sakit lain.” Sahut Mina.
“Oh iya, Yuri. Apa kata dokter Jae tadi?” Tanya ibuku.
“Iya, bu. Katanya ibu disuruh ke ruangannya.” Jawabku.
“Ya sudah, ibu kesana dulu ya? Mina, tolong temani Yuri ya? Nanti dia kabur lagi.” Kata ibuku sambil berjalan keluar kamarku.
...
Setelah kurang lebih 20 menit, ibuku kembali ke kamarku.
“Ibu? Lama sekali, ada apa bu?” Tanyaku.
“Iya, ibu dan dokter Jae banyak membicarakan tentangmu.”
“Lalu apa katanya?” Tanyaku lagi.
“Dokter Jae bilang, kamu bisa di operasi besok malam. Dan ibu sudah menyetujui surat pernyataannya. Jadi, kamu harus semangat ya menjalani semuanya. Dokter Jae akan berusaha sebaik mungkin demi menyembuhkanmu.” Kata ibuku sambil tersenyum.
“Jadi begitu. Operasinya berapa lama ya bu, kira-kira?” Tanyaku lagi.
“Katanya sih sekitar 8-10 jam. Dan sesuai dengan tingkat kesulitannya.” Jawab ibuku.
“Kamu harus yakin, Yuri. Dokter Jae pasti bisa mengatasi operasimu dengan baik. Aku sangat tahu sekali tentang dokter Jae, dia pantang menyerah.” Tambah Mina.
“Iya, Mina.”
Setelah ibuku memberitahu bahwa aku akan di operasi besok malam, aku langsung terpikir oleh ayah. Aku jadi rindu suaranya. Oleh sebab itu aku berusaha menghubungi ayahku, sekarang juga.
Panggilan keluar...
“Halo, ayah?” Kataku.
“Halo?” Tampak suara seorang perempuan yang mengangkat teleponku.
“Halo? Ini benar nomor ayah, kan?”
“Oh, ini Yuri ya?”
“Iya, ini siapa? Ayahku mana?” Tanyaku.
“Saya Vina, sekretaris pak Diwan. Maaf sebelumnya saya lancang mengangkat telepon dari anda. Bapak sedang ada meeting penting dengan beberapa investor, jadi dia tidak bisa di ganggu. Mungkin 2 jam lagi anda bisa menghubungi bapak kembali.” Kata perempuan itu.
“Oh, begitu ya? Baiklah, terimakasih.” Kataku.
Inilah yang aku alami, sangat susah untuk menghubungi ayahku sendiri. Ibuku saja biasanya hanya menghubungi ayah lewat pesan, bukan telepon. Betapa sibuknya ayahku.
Beberapa waktu kemudian, ada pesan masuk ke ponselku. Ternyata pesan dari Jevan. Seperti biasa dia mengirimiku gambar susu dan roti yang biasanya dia berikan padaku, ada-ada saja dia. Jevan memang perhatian padaku, sudah seperti kakak sendiri. Bahkan kakak kandungku sendiri yang tidak peduli dengan keadaanku saat ini, miris sekali ya. Jevan memberikan perhatian lebih padaku dengan membuat lelucon yang dapat membuatku tertawa, tetapi kadang memang tidak lucu namun dia terus mengulangnya haha.
“Bu, tadi aku coba menghubungi ayah. Tetapi ayah sedang meeting. Susah sekali ya ingin bicara dengannya.” Kataku.
“Yuri, ayahmu kan memang selalu sibuk. Kamu harus pandai-pandai mengatur waktu untuk menghubunginya.” Jawab ibuku.
“Nanti juga ayahmu menelepon balik, sabar ya.” Tambahnya.
“Iya bu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments