Memulai yang Baru

Pagiku beberapa hari terasa berbeda dengan sebelumnya. Sudah genap sepuluh hari sejak ibuku pergi meninggalkanku. Jika biasanya aku dibangunkan oleh ibuku, kali ini tidak, alarm lah yang mengingatkanku untuk bangun. Sekarang setiap hari yang aku lakukan di pagi hari adalah menyiapkan sarapan, ya harus karena ayahku biasanya sarapan pagi. Jika aku terlambat sedikit saja, maka ayahku tidak akan sarapan. Kakakku pulang ke rumah tidak teratur, kadang setiap hari pulang, terkadang di sore hari, malam, bahkan pulang di pagi hari. Aku tidak paham dengan kakakku sendiri, entah apa yang dia kerjakan sampai pulang diwaktu yang tidak sama.

Pagi ini jika ku lihat, kakakku belum pulang. Sekarang aku sedang berada di dapur untuk menyiapkan sarapan yang nantinya akan ku berikan pada ayahku. Memang sih kemampuan memasakku belum cukup baik, tapi setidaknya aku bisa memasak nasi goreng, makanan instant, dan makanan simpel lainnya. Dan sekarang aku hanya akan memasak nasi goreng, jangan sembarangan ya? Nasi goreng buatanku sangat istimewa, ayahku bahkan ingin dimasakkan setiap hari, iya dia sudah kecanduan haha!

Selesai!

“Ayah, sarapan dulu ya kalau mau ke kantor?” Tanyaku.

“Iya, sebentar ya? Ayah sedang ganti baju.” Jawab ayahku dari kamarnya.

...

“Wah... ini nih, masakan kesukaan ayah.” Kata ayahku.

“Iya, Yuri sudah buatkan untuk ayah. Dimakan ya?” Tanyaku.

“Iya. Ayo kita makan.” Ajak ayahku.

Aku dan ayahku pun duduk di meja makan. Beberapa saat kemudian bel rumah berbunyi, tandanya ada tamu yang datang dan aku bergegas untuk membukanya.

“Jevan? Ternyata kamu, aku kira siapa.” Kataku.

“Hehe... iya. Ini aku bawakan makanan, dari ibuku.” Kata Jevan.

“Wah... terimakasih ya? Ayo masuk, Jev. Ayahku sedang sarapan tuh.” Ajakku.

“Iya, ayo.”

...

“Ayah, ini ada makanan dari ibunya Jevan.” Kataku sambil menghidangkan makanannya.

“Waduh... repot-repot, terimakasih ya. Ayo sini kita sarapan bersama, Yuri masak nasi goreng nih. Kamu pasti suka jika mencobanya.” Tutur ayahku semangat.

“Yuri? Bisa masak ini?” Tanya Jevan.

“Iya lah, Jev. Kamu pikir aku tidak bisa apa-apa ya. Ini buatmu.” Jawabku sambil memberikan nasi goreng.

“Terimakasih.”

Akhirnya aku, Jevan, dan ayahku makan bersama.

“Hmmm... enak makanannya, Jev. Ibumu jago juga ya?” Tanya ayahku.

“Masa sih, paman? Syukurlah kalau begitu.” Jawab Jevan.

“Aku jadi ingat masakan ibu...” Tuturku pelan.

“Yuri... ayo makan lagi.” Sahut ayahku tiba-tiba.

...

“Oh iya, katanya kamu sudah mmenyiapkan kuliah di Korea, bagaimana itu?” Tanya ayahku.

“Iya, ayah. Jadi sebelum aku kembali ke Indonesia, Aku sudah menyiapkan segalanya. Aku dibantu oleh anaknya Pak Kim, namanya Mina. Dia baik sekali padaku ayah.” Kataku.

“Baguslah. Jadi semuanya sudah selesai?” Tanya ayahku lagi.

“Sudah, yah. Aku tinggal menunggu pengumumannya saja.” Jawabku.

“Jadi benar kamu mau berkuliah disana?” Tanya Jevan.

“Iya, Jev. Aku sudah lama menginginkannya.” Jawabku.

“Masih lama pengumumannya?” Tanya ayahku lagi.

“Kata Mina satu bulan lagi. Semoga aku diterima ya, ayah?” Tanyaku.

“Pasti lah. Anak ayah kan pintar sekali hehe...” Jawab ayahku.

“Kalau kamu, Jev? Tidak ada rencana untuk kuliah?” Tanya ayahku lagi.

“Buat apa, ayah. Jevan kan sudah punya masa depan sekarang hehe...” Sahutku sambil tersenyum.

“Jangan salah, nak. Walaupun Jevan sudah bekerja, dia juga harus melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.” Kata ayahku.

“Entah lah, paman. Aku masih memikirkannya. Tapi setelah Yuri memutuskan untuk kuliah, kenapa aku tidak?” Kata Jevan.

“Baguslah... ayo makan lagi.” Sahut ayahku.

...

Setelah kami selesai sarapan, ayahku pamit untuk bekerja. Sementara Jevan akan melakukan perjalanan kerja dengan ayahnya. Saat ini aku hanya melakukan pekerjaan yang biasanya dilakukan ibuku, mencuci piring adalah pilihanku. Setelah semua piring tertata dengan bersih, aku memutuskan untuk membersihkan rumah, sepertinya asik.

Tidak terasa aku sudah melakukan pekerjaan rumah selama berjam-jam, rasanya tubuhku terasa nyeri-nyeri karena kelelahan. Kalau ayahku tahu, pasti aku tidak diperbolehkan untuk melakukan ini semua. Tapi aku perempuan, aku juga ingin melakukan hal hal yang biasanya dikerjakan oleh ibuku. Tubuhku penuh keringat, oleh karena itu aku akan meredamnya dengan cara duduk sejenak, untuk melepas penatku. Setelah itu aku akan mandi dan bersantai di kamar.

Jam menunjukkan pukul dua belas siang, aku sudah merasa sangat kelelahan. Saat ini aku hanya berbaring di kamarku sambil membaca novel yang selama ini aku tinggalkan ke Korea, sudah lama aku tidak melakukan kegiatan baca membaca buku milikku. Aku memiliki banyak koleksi novel yang memang laris di toko buku, semua ini aku beli ketika aku masih sakit dahulu. Sebagian besar novelku, aku banyak mengoleksi karya yang bergenre fan fiction. Kenapa begitu? Aku sangat menyukai dunia fan fiction, si penulis seakan-akan punya pemikiran yang sama denganku haha! Pokoknya apa yang penulis tulis dibuku itu, sangat sesuai dengan keinginanku sendiri.

Tidak terasa, sudah lama aku membaca novel-novelku ini. Aku sudah bosan dan memutuskan untuk berjalan ke arah balkon kamarku untuk mencari angin segar. Ketika aku berdiri disana, ternyata di depanku sudah ada Jevan. Ya, Jevan. Dia juga ada di balkon kamarnya, karena kamarku dan kamar Jevan saling berhadapan di lantai dua, kami hanya di pisahkan dengan jalan saja. Sekarang sudah pukul dua siang, dan ponselku mendadak berdering tanda panggilan masuk.

“Halo, Jev?” Kataku.

“Hei, Yuri.” Kata Jevan.

“Kenapa menelepon, coba teriak saja.” Kataku.

“Kamu gila? Masa iya aku teriak-teriak? Yang ada pita suaraku jadi rusak hehe...” Jawab Jevan.

...

“Keluar yuk? Temani aku membeli sesuatu untuk ibuku.” Ajak Jevan.

“Kemana?” Tanyaku.

“Mall. Mau tidak, aku sudah di rumah sekarang. Nanti aku ke rumahmu.” Kata Jevan.

“Ya sudah. Aku siap-siap dulu ya.” Kataku.

“Baiklah, bye...”

...

Aku sudah bersiap-siap dan mengunci rumahku, Jevan saat itu langsung satang menghampiriku.

“Sudah, Yuri?” Tanya Jevan.

“Sudah, ayo.” Kataku.

Saat ini aku dan Jevan sudah dalam perjalanan menuju ke mall. Aku sudah lama sekali tidak keluar, karena dari mulai sakit parah aku tidak pergi kemana-mana, dan akhirnya aku terjebak di rumah. Dan baru sekarang aku ke mall, itu saja karena di ajak oleh Jevan.

“Mau beli apa untuk ibumu, Jev? Dia ulang tahun?” Tanyaku penasaran.

“Iya, Yuri. Aku ingin memberikannya kado yang sangat indah. Tapia apa ya?” Tanya Jevan.

“Kamu ini bagaimana sih? Kesukaan ibumu apa?” Tanyaku.

“Hmm... masalahnya aku tidak tahu apa yang ibuku suka. Karena ibuku menyukai semua yang adaa di bumi ini.” Jawab Jevan bingung.

“Hah? Kamu ada-ada saja sih. Yang paling ibumu suka apa?” Tanyaku lagi.

“Apa ya? Ayahku, barangkali.” Sahut Jevan.

“Jevannn!!! Kalau itu pasti lah. Ibumu memang sangat menyukai ayahmu.” Kataku kesal.

“Ya aku bingung...” Jawab Jevan.

“Masa iya ayahmu jadi kado?” Tanyaku.

“Hahahah.... ya tidak lah, Yuri.” Kata Jevan sambil tertawa.

“Bagaimana kalau jam tangan? Pasti dia selalu memakainya setiap hari, kan ibumu wanita karir. Pasti harus pintar membagi waktu, nah begitu dia melihat jam tangannya... dia pasti selalu mengingatmu. Iya kan?” Tanyaku.

“Wah... kamu jenius juga ya. Boleh, Yuri. Jadi kita beli itu saja.” Kata Jevan.

...

Setelah Jevan mengetahui apa yang akan dia beli, kami langsung menuju toko jam yang berada di mall. Pertama-tama Jevan akan memarkirkan mobilnya terlebih dahulu. Selanjutnya kami masuk ke mall tersebut.

“Jev, terimakasih ya sudah mengajakku keluar.” Kataku.

“Ah biasa saja.” Jawab Jevan.

“Iya lah. Selama ini aku tidak pernah keluar rumah, kecuali jika aku ke rumah sakit. Iya kan? Baru kali ini aku berkunjung ke mall, terakhir kali saja saat aku masih SMA.” Kataku.

“Masa sih? Berarti sudah lama ya?” Tanya Jevan.

“Iya.”

“Mau beli baju tidak?” Tanya Jevan.

“Nanti saja lah, kita beli untuk ibumu dulu.” Kataku.

“Baiklah, nah itu tokonya.” Jawab Jevan.

Aku dan Jevan langsung menuju ke toko jam itu dan memilih jam tangan yang cocok dengan ibunya Jevan. Ternyata tidak mudah mendapatkannya, pilihannya sangat beragam dan membuat waktu kita terbuang begitu saja. Setelah sekitar dua jam di toko ini, akhirnya Jevan dan aku mendapatkan jam tangan itu. Waw! Dua jam adalah waktu yang sangat lama sekali ya? Hebat.

Ketika aku dan Jevan mulai berjalan kembali, ponselku berbunyi tanda panggilan masuk.

“Siapa, Yuri?” Tanya Jevan.

“Kakakku.” Jawabku singkat.

...

“Halo, kak?” Jawabku.

“Kamu dimana sekarang? Kenapa di rumah tidak ada makanan? Dasar tidak tahu diri kamu! Aku pulang bukannya banyak makanan, ini malah kosong melompong! Aku sudah lapar dari tadi nih!” Teriak kakakku kesal.

“Ya ampun kak, Yuri lupa. Harusnya tadi Yuri masak dulu, maaf ya kak.” Jawabku pelan.

“Maaf, maaf! Sudah cepat pulang.” Kata kakakku.

“Iya sebentar lagi Yuri pulang.” Kataku.

“Nanti kamu belikan aku makanan dulu di luar. Lokasinya nanti aku share, dan makanannya akan ku kabari lagi. Cepat! Jangan lama-lama!” Kata kakakku dengan nada tinggi.

“Iya, kak.”

Panggilan terputus.

“Jev, sepertinya aku harus pulang. Kakakku lapar, dan di rumah tidak ada makanan. Kasihan dia.” Kataku.

“Tapi, bagaimana ya? Tadinya aku mau mengajakmu menemui ayahku, dia ada di sekitar sini. Ada masalah penting katanya.” Jelas Jevan.

“Tapi maaf ya? Aku tidak bisa. Aku pulang sendiri saja ya? Tidak apa-apa kan?” Tanyaku.

“Kamu yakin pulang sendiri?” Tanya Jevan.

“Iya, nanti aku naik taksi saja.” Jawabku.

“Ya sudah, maaf ya Yuri karena tidak bisa mengantarmu.” Kata Jevan.

“Iya tidak apa-apa.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!