Persiapan

Seperti yang dikatakan oleh ayahku sebelumnya, dalam waktu dekat ini aku dan ibuku akan berangkat ke Seoul. Aku sangat semangat setelah mendengar semuanya karena aku sangat berharap agar dapat sembuh disana. Entah mengapa kepercayaanku terhadap tenaga medis disana sangat besar, mungkin akibat dari kebanyakan nonton drama korea hehe. Ibuku sangat sibuk menyiapkan segala urusannya dimulai dari pakaian, obat-obatan, serta perlengkapan penunjang lainnya. Sementara aku hanya disuruh istirahat, istirahat, dan istirahat. Katanya ibuku akan menyiapkan segalanya untukku.

Menderita penyakit mematikan seperti ini terkadang membuatku putus asa, sampai pernah berpikir untuk mengakhiri hidupku sendiri saja daripada membuang banyak uang tapi tidak ada gunanya. Teman-temanku bagaimana? Mereka banyak yang meninggalkanku ketika mengetahui aku begini, katanya tidak sudi berteman dengan orang yang sudah bau-bau mau meninggal. Sangat sadis ya pemikiran mereka? Temanku saat ini bisa dihitung dengan jari, artinya sangat sedikit. Tapi aku merasa beruntung memiliki teman seperti mereka, sifatnya asli, tidak dibuat-buat. Ketika aku bercerita akan pergi ke Seoul, mereka histeris, katanya mau ikut haha. Hari ini mereka berniat menjengukku sekaligus ingin melepas rindu, katanya.

“Yuriiii.....”

“Keila? Audi? Kalian sudah sampai?”

“Aku rindu sekali tahu...” Ucap Keila dan Audi, sahabatku.

“Pasti ada maunya nih haha...” Ejekku.

“Nahkan, jangan salah sangka dong...” Sahut Keila.

“Iya, nih. Mentang-mentang mau ke Korea. Aaaaaa!!!” Sahut Audi histeris.

“Iya, kami kan mau ikut jadinya.” Tutur Keila pelan.

“Ya tinggal iku saja kan? Apa susahnya. Lagian disana aku bukan mau main-main, tapi mau berobat.

Setelah sembuh barulah...” Kataku sambil tertawa.

“Iya iya, semoga kamu cepat sembuh ya? Jadi kita bisa main bersama lagi.” Sahut Audi.

“Iya... terimakasih.”

“Oh iya, nanti kalau disana kamu bertemu Jaehyun bagaimana? Apa yang akan kamu lakukan?” Tanya Keila tiba-tiba.

“Jangan menghayal melulu, Kei. Mana mungkin sih... ya walaupun aku mau hehe...” Tuturku.

“Ahahahah...”

Setelah banyak bercanda, aku mengajak kedua temanku untuk naik ke kamarku. Mau apa coba? Apalagi kalau bukan ber-fangirl ria bersama. Mulai dari menonton drama, menjerit-jerit, menghayal, sampai lupa waktu bahwa sudah malam. Mau sampai jam berapa pun aku dan temanku pasti sangat sanggup melakukannya, alhasil ibuku yang menghentikannya dan makan malam bersama.

“Keila, Audi, ini ya kalau ada kalian pasti lupa waktu terus ya? Yuri sampai lupa tidak meminum obatnya.” Tutur ibuku.

“Benar, Yur?” Tanya Keila tiba-tiba.

“Iya sih. Lagian tadi itu sangat menyenangkan sih hehe.” Jawabku.

“Jangan begitu ya lain kali? Kamu juga harus tetap perhatian pada kesehatanmu tahu. Aku jadi tidak suka lagi main kesini. Iya kan bi?” Kata Audi.

“Iya, betul.” Sahut ibuku.

“Iya iya, nanti ku minum.”

Tiba-tiba ayahku pulang...

“Malam semuanya... eh ada Keila, Audi juga.” Sapa ayahku.

“Eh, paman sudah pulang. Ayo makan malam?” Kata Audi.

“Iya, kalian makanlah. Yang banyak ya?” Jawab ayahku.

“Padahal ayah sudah membeli ini untuk Yuri, tapi sekarang lagi makan.” Kata ayahku sambil membawa makanan.

“Hah? Makanan Korea? Mau, ayah. Sini.” Pintaku.

“Ini. Ada beberapa ayah belikan, silahkan dimakan dengan teman-temanmu. Ayah mau mandi dulu.” Kata ayahku.

“Baiklah, thank you.”

Setelah semua makanan yang diberikan oleh ayahku kami buka, tidak sampai 10 menit kami memakan itu semua. Bukankah gila? Tapi perutku terasa tidak enak, dan membuatku merasakan rasa sakit. Apa karena terlalu pedas?

“Aw, perutku....sakit!!!” Kataku.

“Yuri!!! Kenapa?” Sahut ibu, Keila, dan Audi.

“Sakit!!!!”

“Ayo ke kamar, berbaring ya? Nanti ibu ambilkan obat. Tahan ya, nak.” Jawab ibuku sambil berlari mengambil obat.

“Aduuuhhhh....” Rengekku.

“Tahan ya, Yuri. Tunggu...” Tutur Keila dan Audi.

“Ada apa ini?” Teriak ayahku.

“Perut Yuri, paman. Sakit katanya, itu bibi sedang ambil obatnya.” Jawab Keila cepat.

Setelah ibuku memberikan obat, aku merasa sedikit lega. Rasa sakit itu perlahan mulai hilang dan aku kembali tenang. Semua orang yang berada dirumah merasa panik karenaku. Ibuku saja sempat menyalahkan ayahku karena membeli makanan yang tergolong pedas, padahal aku sangat menginginkannya. Inilah malasnya aku jika memiliki penyakit seperti ini, makan jadi tidak bebas. Setelah kejadian itu, Keila dan Audi memutuskan pulang ke rumahnya dengan alasan tidak mau menggangguku istirahat. Seperti anak manja saja aku ini, aku benci terlihat lemah. Gara-gara aku ayah dan ibuku sering bertengkar, sangat menyusahkan bukan?

Belum terlalu malam, ketika aku tengah berbaring di kamar terdengar suara bising yang berasal dari ruang tamu. Ketika aku mencoba keluar, ternyata itu adalah kakak laki-lakiku, bernama Calvin. Oh iya, aku belum bercerita ya tentang dia? Jadi aku memiliki seorang kakak laki-laki yang saat ini berumur 25 tahun dan sudah bekerja. Menurutku dia cukup keras kepala, dia cenderung menuntut apa yang dia inginkan dari ayah. Saat ini pun dia sedang beradu mulut di depan ayah dan ibuku. Aku hanya bisa mendengarnya dari kejauhan, namun pembicaraan itu tampak serius.

“Ayah serius mau membawa Yuri ke Korea?” Tanya kakakku.

“Iya. Memangnya kenapa?” Jawab ayahku.

“Ayah, semua yang ayah lakukan akan terbuang sia-sia begitu saja. Apa gunanya sih membawa Yuri kesana? Penyakit Yuri itu sudah parah, sangat kecil kemungkinan Yuri dapat sembuh. Bahkan tidak bisa menurutku.” Tutur kakakku penuh amarah.

Ayahku menampar kakaku dan berkata, “Apa katamu? Tidak ada gunanya? Kamu ini keterlaluan ya? Bisa-bisanya bicara begitu tentang adikmu. Dia juga berhak sembuh dan bahagia, Calvin. Ayah ingin melihat dia tersenyum dan tertawa lepas. Ayah juga ingin melihat dia hidup dengan bebas, seperti teman-temannya yang lain.” Sahut ayahku.

“Ayah, jika ayah melakukan itu semua, hanya membuang-buang uang saja. Sembuh juga tidak. Yuri itu sudah ditakdirkan begitu ayah, sudah takdirnya kalau dia penyakitan dan tidak berguna. Sebentar lagi juga mati.” Tambah kakakku.

Jleb. Perkataan itu menusuk batinku.

“Calvin! Berhenti! Keterlaluan ya kamu!” Sahut ibuku kesal.

Pada saat itu aku langsung menutup pintu kamar dengan keras. Aku heran mengapa kakakku bersikap seolah-olah tidak menginginkanku berada di dunia ini. Selama ini dia bersikap kasar dan benci terhadapku, aku saja masih belum mengetahui alasannya mengapa. Kadang aku berpikir apakah aki hidup hanya untuk dibenci oleh orang lain? Sementara orang tuaku hanya merasa kasihan dengan nasibku ini.

Saat ini aku berada di balkon kamarku, suasana sunyi dan dingin selalu menyapaku ketika aku berdiri disini. Ketika aku melihat rumah-rumah tetanggaku, mereka sangat damai dan tentram. Sementara disini? Terus terjadi keributan. Tetapi sepertinya kakak dan orang tuaku sudah selesai beradu mulut, syukurlah aku lega. Namun mengapa pikiranku selalu bersedih dan tidak tenang? Rasanya aku ingin loncat dari balkon ini, tapi aku ragu. Ragu untuk meninggalkan orang tuaku. Akhirnya aku turun dari kamarku dan pergi keluar rumah. Tidak ada yang mengetahui hal ini karena aku pergj secara diam-diam. Jika ibu atau ayahku tahu, pasti mereka melarangnya. Aku hanya sekedar ingin mencari suasana yang damai diluar sana, jadi berjalan-jalan adalah pilihanku.

Sekarang aku sudah berjalan sampai ujung kawasan rumahku, entah apa yang aku lakukan sampai bisa ke tempat ini. Disini sangat sejuk dan indah, ya ada taman disini. Aku duduk di kursi taman dan merasakan tiupan angin menyapa kedatanganku. Lama kelamaan, angin semakin terasa dan langit pun sudah mendung, tidak ada bintang. Selang beberapa waktu, aku masih duduk melamun dan pada akhirnya rintik-rintik hujan menetes di wajahku. Hujan semakin deras sementara aku masih tetap berada disini, karena tidak ada tempat untuk berteduh, jadi aku pasrah saja. Terlebih lagi aku sangat suka hujan, sudah lama tidak bermain di bawah aliran air hujan.

Hujan adalah salah satu teman terbaikku, karena disaat aku ingin menangis keras, tidak akan ada orang yang mendengarnya. Ingin teriak pun, bebas kan? Tapi mengapa pandanganku buram? Apa aku terlalu lelah? Aku takut. Tidak ada orang disini, siapapun tolong aku! Apa ini waktunya aku bertemu dengan sang pencipta? Jika iya, aku ingin memohon satu permintaan. Jagalah kedua orang tuaku.

“Yuri. Kamu sudah sadar, nak.” Kata ayah dan ibuku panik.

“A...ayah, ibu? Aku dimana?” Tanyaku.

“Kamu tadi pingsan, dan sekarang kita ada di rumah sakit.” Jawab ayahku.

“Untung saja ada Jevan tadi yang menemukanmu tergeletak di taman.” Sahut ibuku.

“Iya, Yuri. Kenapa kamu malam-malam ada disana? Sangat berbahaya tahu.” Tambah Jevan.

“Maafkan aku, ayah, ibu. Aku hanya bosan dirumah, jadi aku memutuskan untuk berjalan-jalan. Sampai-sampai kehujanan.” Jelasku.

“Lain kali kalau kamu mau keluar, bilang ya nak. Dengan ibu atau ayah, kan nanti bisa ditemani. Kalau sendirian kan berbahaya, benar kata Jevan.” Tutur ayahku.

“Tapi aku bukan anak kecil ayah, aku tahu aku anak lemah dan penyakitan. Aku memang tidak berguna dan tidak pantas hidup. Aku kira aku akan mati dan tidak akan ada yang menemukanku.” Kataku tegas.

“Yuri. Kamu jangan bicara begitu terus, nak. Tidak baik. Ibu sangat mengkhawatirkanmu dari tadi.” Sahut ibuku.

“Yuri, lebih baik kamu istirahat ya.” Tutur Jevan.

“Aku mau pulang saja, ayah.” Kataku.

“Iya, nanti ya. Ayah akan urus semuanya.” Jawab ayahku.

Setelah berdebat cukup panjang, aku memaksa agar pulang ke rumah. Akhirnya permintaanku dikabulkan oleh dokter, aku sungguh malas berada di rumah sakit yang bau obat ini. Lagian mengapa Jevan bisa menemukanku? Coba kalau tidak? Aku kan bisa mati dengan damai. Sekarang aku malas lagi untuk pulang ke rumah. Tapi daripada berada di rumah sakit, sudahlah.

Terpopuler

Comments

Yuni latte

Yuni latte

tak pikir sifat kaka nya care. tau gitu hilangin aja buat yuri anak tunggal wesss

2021-01-10

1

AniaH

AniaH

semngt Yuri kamu pasti sembuh
😢😢😢,knp si Calvin jaht bnet SM adk gtu sih

2020-12-16

1

Bunga Syakila

Bunga Syakila

semangat yuri jangan menyerah 💪💪💪💪

2020-12-08

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!