Bertemu Dokter Jae

Entah mengapa setelah aku berjalan dengan Mina, sampai sekarang aku masih memikirkan dokter Jae. Hari ini aku berencana untuk mengunjungi dokter Jae di rumah sakit, sudah lama juga aku tidak bertemu dengannya. Satu set pakaian yang aku belikan untuk dokter Jae sudah aku bungkus dengan rapi, ibuku juga tahu tentang itu dan malahan dia mendukung aku untuk mengunjungi dokter. Nanti siang aku akan diantar oleh Mina ke rumah sakit, sebenarnya aku sudah tidak enak membuat repot Mina, tetapi kemarin Mina sendiri yang menawarkan diri untuk mengantarku ke sana.

Setelah ibuku mengetahui bahwa aku akan pergi ke rumah sakit untuk menemui dokter Jae, dia bergegas untuk memasak masakan untuk dokter padahal aku sudah menyuruhnya untuk tidak melakukan apapun, termasuk memasak. Takutnya itu terlalu berlebihan, tapi ibuku bersikeras untuk membuat masakan itu. Akhirnya aku hanya bisa meng-iyakan hal itu karena ibuku sangat keras kepala.

“Bu, ibu tidak usah repot-repot memasak untuk dokter Jae. Lagipula dia sibuk bekerja, ibu tahu kan terkadang dia sampai tidak makan karena merawat pasiennya?” Tanyaku.

“Iya, Yuri. Ibu tahu itu semua maka dari itu ibu harus membuatkannya makanan agar dokter Jae tidak kelaparan, kamu hanya tinggal memberikan ini semua kepada dokter setelah itu selesai bukan?” Tanya ibuku.

“Ya sudah lah, terserah ibu.” Jawabku.

Setelah percakapan itu terjadi ibuku langsung membuat beberapa masakan enak ala dirinya sendiri. Dengan bahan seadanya, ibuku membuat beberapa masakan yang berasal dari indonesia salah satunya adalah nasi goreng, sate ayam lengkap beserta lontongnya. Dengan masakan itu semua, semoga dokter Jae menyukainya dan aku juga tidak sangat yakin akan hal itu hehe. Saat aku membantu ibuku memasak, tiba-tiba Mina datang. Mina sebenarnya sangat penasaran dengan rasa masakan yang berasal dari Indonesia itu sendiri. Aku dan ibu menyuruh Mina untuk mencoba beberapa masakan yang ibu buat, dan tidak disangka Mina sangat menyukai masakan yang dia cicipi. Bahkan Mina mengatakan bahwa jika aku dan ibu pulang ke Indonesia, dia akan mengikuti kami dengan alasan ingin mencoba semua masakan yang ada di Indonesia.

“Bibi, Yuri. Kalian janji ya jika pulang ke indonesia harus mengajakku ke sana. Aku sangat menyukai masakan yang bibi buat.” Ujar Mina.

“Iya Mina, kamu tenang saja kami pasti mengajakmu kok, di sana kamu bebas ingin makan apa saja yang kamu inginkan.” Jawabku.

“Aku sudah tidak sabar lagi, bi. Kira-kira kapan kalian kembali ke Indonesia?” Tanya Mina.

“Belum tahu, karena Yuri juga kan harus kontrol dan harus serik cek up juga.” Jawab ibuku.

“Iya juga sih.” Sahut Mina.

“Kalau kamu ikut kami ke Indonesia, pasti kamu tidak mau pulang kasini lagi hahah...” Timpalku.

“Mengapa begitu?” Tanyaku.

“Disana makanannya enak-enak, wisatanya bagus, orangnya ramah-ramah, budaya kami juga banyak sekali. Pokoknya banyak kekayaan Indonesia yang tidak bisa disebutkan satu per satu hehe.” Jelasku.

“Benarkah?”

“Aku juga sempat mendengar beberapa wisata disana. Katanya punya banyak pantai.” Tambah Mina.

“Iya, Mina. Jadi hampir semua daerah itu memiliki pantai yang bagus. Salah satunya Bali, Lombok, Papua, Bangka Belitung, Dan masih banyak lagi.” Jawabku semangat.

“Aku jadi ingin cepat-cepat kesana, Yuri hehe.” Ujar Mina.

“Nanti kalau kamu kesana, ajaklah ayahmu Mina. Dan kalian bisa menginal di rumah kami, betulkan Yuri?” Tambah ibuku.

“Iya, bu.”

“Ahah... iya, bi. Pastinya, aku akan mengajak ayah.” Sahut Mina.

“Oh iya, sambil menunggu ibuku selesai... aku ingin memperlihatkan sesuatu untukmu.” Kata Mina sambil tersenyum.

“Apa?”

“Sini.” Kata Mina sambil mengajakku ke ruang tamu.

...

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya ibuku menyelesaikan masakan yang dibuatnya. Aku sudah lelah menunggu, sampai-sampai mengantuk dibuatnya. Aku yang dari tadi menonton reality show di televisi, sudah tidak sadar lagi kalau Mina sudah tertidur pulas. Sepertinya dia kelelahan karena harus kesana kemari, karena seperti yang kalian tahu dia sangat sibuk, pulang ke rumah pun sudah larut malam. Ketika ibuku selesai memasak, dan waktunya pergi ke rumah sakit, aku jadi tidak tega membangunkan Mina. Aku memutuskan untuk naik taksi saja, dan ibuku terpaksa mengizinkanku karena tidak enak dengan Mina.

“Bu, aku berangkat ya?” Tanyaku.

“Berangkat sekarang?”

“Iya, bu.”

“Ya sudah, hati-hati di jalan. Kalau ada apa-apa, cepat hubungi ibu ya?” Tanya ibuku.

“Iya, bu. Oh iya, biarkan Mina tidur ya? Kasihan dia, selalu direpotkan gara-gara aku.” Kataku pelan.

“Iya, ibu mengerti.” Jawab ibuku.

...

Sebelum aku menginjakkan kakiku keluar, tampaknya bel apartemen kami berbunyi, tandanya ada yang bertamu. Lalu aku yang membuka pintu tersebut.

“Jevan?”

Jevan tersenyum, “Hey, Yuri?”

“Kamu kemari?”

“Iya. Kamu mau pergi kemana?” Tanya Jevan.

“Iya, Jev. Aku mau ke rumah sakit.” Jawabku.

“Mau apa? Sendirian?” Tanya Jevan lagi.

“Mau berkunjung menemui dokter yang waktu itu mengoperasiku, tadinya Mina mau mengantarku, tapi saat ini dia tertidur. Jadi aku sendiri saja kesana, kasihan Mina jika aku bangunkan.” Jawabku.

“Oh... kalau begitu aku saja yang antar, aku membawa mobil. Ayo?” Tanya Jevan.

“Serius? Nanti merepotkan hehe...” Sahutku.

“Tidak kok, ayolah.” Kata Jevan.

“Ya sudah, tunggu ya.”

“Ibu, aku pergi dengan Jevan. Dia mau mengantarku kesana.” Tuturku.

“Ya sudah, baguslah ada Jevan. Jevan, bibi titip Yuri ya?” Kata ibuku.

“Iya, bi.”

Perjalanan dari apartemen ke rumah sakit tidak sangat jauh. Dalam perjalanan tidak banyak percakapan diantara aku dan Jevan. Beberapa waktu, aku hanya berdiam diri sembari melihat ke sekitar jalan, sementara Jevan hanya fokus untuk mengendarai mobil.

“Yuri, jadi bagaimana keadaanmu saat ini?” Tanya Jevan.

“Ya seperti yang kamu lihat sekarang? Aku baik-baik saja kok, lebih baik daripada sebelum aku di operasi.” Jawabku.

“Iya sih, kalau aku lihat-lihat juga begitu.” Jawab Jevan singkat.

“Dokter yang menanganimu hebat sekali ya?” Tanya Jevan lagi.

“Pastinya, Jev. Aku sangat beruntung bisa bertemu dengannya, karena dia aku bisa seperti sekarang ini.” Tambahku.

“Syukurlah.” Sahut Jevan.

“Oh iya, dia juga totalitas loh dalam menanganiku. Masa dia rela tidak pulang ke rumah hanya gara-gara harus mengontrolku dan mengawasi keadaanku?” Tuturku semangat.

“Itu kan sudah tugasnya, Yuri.” Jawab Jevan.

“Tapi tidak, Jev. Dia berbeda dari dokter yang lain. Apalagi jika kamu melihatnya, aku saja kagum dan terkejut kalau dokterku itu mirip sekali dengan idolaku.” Tuturku lagi.

“Jadi?” Tanya Jevan.

“Ya tidak sih hehe...”

Mulutku berhenti berbicara ketika kami sampai di parkiran rumah sakit. Seperti biasa, Jevan dengan mudah memarkirkan mobil yang di kendarainya. Setelah itu, aku dan Jevan segera memasuki rumah sakit untuk bertemu dengan dokter Jae. Aku harap dia sedang beeada disini dan sedang memiliki waktu luang. Ketika kami sampai di bagian informasi, aku bergegas menanyakan kepada petugas apakah dokter Jae ada di ruangannya. Hasilnya, dokter Jae sedang menikmati waktu luangnya setelah dia melakukan operasi kepada pasiennya. Sangat pas sekali, karena aku membawakan makanan yang dibuat oleh ibuku, habis melakukan operasi mestinya dokter Jae sangat lapar.

“Permisi.” Kataku sambil membuka pintu ruangan dokter Jae.

“Silahkan...eh, Yuri? Kamu Yuri kan?” Tanya dokter Jae kaget.

“Iya, dokter. Saya Yuri, bagaimana kabarmu, dok?” Tanyaku penasaran.

“Saya baik, keadaanmu bagaimana?” Tanya dokter Jae lagi.

“Seperti yang dokter lihat, saya baik-baik saja. Berkat dokter hehe.”

“Oh iya, ini ada sesuatu untuk dokter. Kalau ini, dari ibuku, dia memasakkan ini untukmu. Dimakan ya, dok? Ini makanan khas Indonesia.” Kataku.

“Ya ampun, tidak usah repot-repot tahu. Terimakasih banyak ya.” Jawab dokter Jae.

“Iya sama-sama. Nah, ini ada hadiah kecil untuk dokter. Dipakai ya dok, nanti?” Tanyaku.

“Wah, kamu ini. Seharusnya tidak usah membawa beginian, Yuri. Tapi terimakasih, ya. Nanti saya pakai hehe...” Jawab dokter Jae.

“Oh iya, dokter. Saya lupa, ini teman saya dari Indonesia, Jevan.” Kataku.

“Halo...” Kata Jevan.

“Maaf ya, dok. Kalau kami mengganggu waktu luangnya.” Tuturku.

“Ah, tidak apa-apa Yuri. Saya senang sekali melihatmu hehe, sekalian saya periksa mau?” Tanya dokter Jae.

“Ya, boleh dok.” Jawabku.

...

“Kondisimu sementara ini cukup stabil. Pertahankan rasa gembiramu, ya Yuri? Karena itu salah satu faktor penting juga dalam menjaga kesehatanmu. Jangan selalu marah-marah, tetap berpikir positif.” Tutur dokter Jae.

“Iya, dokter. Terimakasih sarannya.” Jawabku.

“Yuri, aku ke toilet sebentar ya?” Tanya Jevan.

“Oh, iya Jev.” Jawabku.

...

“Ehm, Yuri?” Tanya dokter Jae.

“Iya, dok.”

“Boleh saya minta nomor ponselmu? Barangkali jika kamu membutuhkan saya, saya bisa membantumu.” Kata dokter Jae.

“Oh iya, ini.” Jawabku sambil memberikan nomor ponselku.

...

“Besok kamu ada waktu luang tidak?” Tanya dokter Jae.

“Kalau saya selalu luang, dok hehe.” Jawabku.

“Baiklah, besok saya mau mengajakmu ke suatu tempat yang memang harus kamu kunjungi. Mau tidak?” Tanya dokter Jae lagi.

“Kemana?” Tanyaku.

“Besok akan saya tunjukkan.” Jawab dokter Jae.

“Baiklah, dok. Saya tunggu hehe...”

...

“Jevan? Sudah selesai?” Tanyaku.

“Sudah.”

“Kalau begitu kita pulang, ya?” Tanyaku.

“Baiklah.” Jawab Jevan.

“Dokter, kami permisi pulang ya? Terimakasih pemeriksaannya hehe... dan jangan lupa makan makanannya.” Tuturku.

“Iya, Yuri. Terimakasih ya, kalian hati-hati di jalan.” Sahut dokter Jae.

“Ya, dok.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!