Khawatir

Seperti biasa, di pondok aku dan Salsa berjalan menuju ke kelas.

Waktu menuju kelas, Salsa memberi tauku tentang sesuatu hal yang membuatku kaget.

“Da, Antum tau nggak gosip teman-teman sama antum.” Salsa menoleh memberitahuku.

“Gosip apa, Sa.” Langkahku terhenti, dan memegang lengan Salsa.

“Gosip tentang antumlah sama Ustaz Aris,” ucap Salsa dengan serius memberi tauku. Dan terasa jantungku berdegup kencang seketika.

“Ana nggak tau. Memangnya teman-teman bilang apa?” tanyaku kini menatap lekat mata Salsa masih dalam keadaan berdiri.

“Teman-teman sudah curiga sebenarnya semenjak Ustaz Aris sering kasih antum hadiah. Semenjak Ustaz Aris sering merhatiin antum, apalagi senyum-senyum segala. Dan bukan teman-temannya saja yang curiga, tetapi Ustazah Nisa pernah bertanya ada apa antum dengan Ustaz Aris.”

“Maksudnya? Ustazah Anisa nanya sama siapa?” tanyaku dengan raut wajah khawatirnya.

“Ya, nanya sama teman-temanlah, Da. Masak ke antum!” kata Salsa memberi tauku lagi.

Aku bingung harus berkata apa. Entah apa yang akan terjadi jika seisi pondok ini tau aku menjalin hubungan dengan ustazku sendiri yaitu tidak lain guruku.

Tidak lama kemudian bel pun berbunyi menandakan masuk kelas. Tanpa bertanya lagi ke Salsa, kami berdua cepat masuk ke dalam kelas. Walau pun aku masih merasa ingin bertanya ini itu kepada Salsa. Tapi, aku juga bingung harus bertanya apalagi. Apalagi dengan rasa ketakutan seperti ini.

Proses belajar pun berlangsung hari itu. Jam pertama di isi dengan pelajaran hadis. Yang membahas tentang hadis dalam Islam, dan kebetulan hari itu mata pelajaran hadis di pegang oleh ustazah Anisa.

Saat berada di dalam kelas, aku merasa cara ustazah Nisa melihatku seperti ada sesuatu hal yang ingin di tanyakan kepadaku. Cara pandang beliau yang tajam, membuatku merasa tidak nyaman dan hanya menunduk saja mendengar penjelasannya. Apa mungkin hanya perasaanku saja.

Hari itu ustazah Nisa menulis hadis tentang cara memilih jodoh yang baik untuk diri sendiri.

“Ko’la rasulullahhi so’lolloh hu alaihi wa sallam. Tun kahunnisaa U’li ar ba’in, lima liha, wali hasa biha, wali jama liha, wali di’niha pazfar biza tiddi ni, tari bat yada ka. Yang artinya, rasulullah hi alaihi wassalam berkata. Perempuan itu di nikahi karna empat faktor. Pertama karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan karena agamanya. Namun, menangkanlah wanita itu karena agamanya, maka engkau akan beruntung atau bahagia.”

Ustazah Nisa juga membacakan arti dari hadist tersebut, lalu ia pun menjelaskan lagi kepada para kami semua.

"Jadi, hadis ini tidak harus berlaku hanya untuk laki-laki saja yang mencari calon istri yang baik. Namun, hadis ini juga berlaku untuk setiap wanita yang ingin mencari calon imam baik untuknya kelak nanti. Anti semua 'kan sudah beranjak dewasa. Mungkin, di antara kalian pasti akan berpikir untuk menikah. Di dalam Islam, kita sebagai wanita hendaklah memilih pendamping hidup yang baik untuk diri kita. Dan tentu saja dia harus jelas seagama dengan kita sebagai seorang muslim itu yang nomor satu. Lihatlah calon imammu karna agamanya dulu. Kita boleh-boleh saja memilih Ahwan yang tampan, yang kaya, tapi ... kalau agamanya masih belum baik tidak bisa nuntun kita ke jalan Allah apa gunanya.”

Itulah penjelasan ustazah Nisa tentang cara memilih calon imam yang baik menurut agama Islam.

Tidak lama kemudian, Salsa mengangkat tangan untuk bertanya.

“Zah, ana mau bertanya bagaimana ciri-ciri calon imam yang baik untuk kita.” Salsa bertanya kepada ustazah Nisa.

“Syukron atas pertanyaannya Salsa,” kata ustazah Nisa. “Ciri-ciri memilih calon imam yang baik untuk diri sendiri? Sebelumnya, tadi ana sudah bilang. Pertama dia beragama Islam. Kedua yang mempunyai akhlak baik agar bisa menjadi imam atau suami yang baik untuk kita nantinya. Tiga dia yang bertanggung jawab, dia yang lemah lembut dan tidak kasar kepadamu kelak nanti supaya tidak menyesal di kemudian hari. Dia yang baik dari segi ekonominya juga. Jadi, kalau mau menikah nanti, jangan cuman ngandelin cinta-cintaan saja. Cuman harepin cintanya saja, tetapi belum mampu untuk membimbing dan jadi suami yang baik untuk kita. Ya, buat apa.” Ustazah Nisa menjawab pertanyaan Salsa dan menjelaskannya di depan para santriwati. Dan pastinya aku mendengarkannya dengan fokus.

******

Pukul dua belas siang, bel berbunyi menandakan waktunya salat zuhur untuk para santri. Semua santriwati pun keluar dari kelas, begitu juga aku keluar bersama Salsa menuju tempat untuk berwudhu.

Ketika aku sedang berwudhu, semua teman\-teman melihatku seperti aneh. Aku mulai berpikir. Apakah cara ustazah Nisa melihatku dengan tajam mau pun teman\-teman, semuanya berkaitan dengan ustaz Aris. Semua itu membuatku merasa tidak nyaman.

“Sa,” tegurku saat berjalan menuju musalla bersama Salsa.

“Hm,” Salsa menolehku.

“Selesai salat nanti, antum ceritain ana ya?”

“Ceritain apa?” tanya Salsa mengkerutkan sedikit dahinya.

“Ceritain, apa saja gosip yang tersebar antara aku dan Ustaz Aris.” Dengan wajah murung aku menjawab Salsa sambil masuk kedalam musalla.

“Oke, nanti ana ceritain antum.” Bisik Salsa kepadaku.

 

Siang itu pula salat zuhur berjamaah di lakukan. Yang menjadi imam dalam salat zuhur adalah ustazah Nisa. Dan setiap selesai salat, para santriwati menghafal ayat-ayat suci Al-qur’an.

 

Jika para santriwati sudah menyetorkan hafalannya. Santriwati yang lainnya dan termasuk aku keluar dari musalla untuk menaruh mukenah. Lalu makan siang bersama dengan para santriwati lainnya.

“Salsa, ana duluan ke mat’bah (Dapur). Nanti antum nyusul, kita ceritanya di sana aja.” Aku meninggalkan Salsa yang masih melipat mukenahnya di kamar santriwati. Salsa pun mengangguk mengiyakanku.

Saat berada di dapur dan sudah mengambil nasiku dan nasi untuk Salsa. Tiba-tiba Salsa datang mengejutkanku dari belakang.

“Dar!!” Salsa menepuk punggungku dari belakang, saat sedang duduk memegang dua piring nasi.

“Astagfirullah hal’azim!!” Spontan aku langsung kaget di buat olehnya. Salsa pun duduk di dekatku memberikan sebuah bingkisan.

“Ini apa, Sa?” tanyaku kepada Sahabatku itu.

“Dari Ustaz Aris, tadi dia nyari antum. Untungnya ana masih di kamar waktu antum di cari. Ya ... ana langsung keluar. Padahal teman-teman sudah pada liatin, dan semuanya kayak pada curiga gitu.”

“Memangnya, Ustaz Aris bilang apa?” tanyaku dengan raut wajah cemas ketika tau diriku dicari.

“Awalnya, dia suruh Popi nyari antum. Saat Popi nyari antum ke kamar, di lihat antum nggak ada di tempat. Ana tanyalah si Popi itu, siapa yang nyari antum? Gitu aku bilang. Eeeehhh ... di jawab dengan nyinyir, dia bilang, Ustaz Aris!” Salsa mencerucutkan mulutnya karena kesal, kemudian mengambil nasinya yang masih berada ditanganku.

“Nyinyir? maksudnya antum nyinyir, bagaimana?” tanyaku dengan wajah penasaran.

“Hm, antum norak banget sih? Nyinyir-nyinyir nggak tau, istilahnya itu dia ngjawab kayak nggak suka gitu pokoknya, Manda. Terus dia pergi sambil mulutnya komat kamit, nggak tau dia bilang apa.” Salsa kini mulai memakan nasinya.

Aku terdiam, memandangi sepiring nasi yang berada di tanganku. Nafsu makan terasa hilang saat Salsa menceritakan kalau ada teman yang bersikap seperti itu gara-gara aku di cari oleh ustaz Aris.

Aku pun membuka bingkisan yang di berikan oleh Ustaz Aris, bingkisan yang berisikan lauk seperti ayam dan ikan.

“Ya Allah, ya rabbi, Ustaz Aris? Aku tersenyum lebar melihat isi bingkisan tersebut.

“Kenapa, Da?” tanya Salsa mengunyah makanan di dalam mulutnya.

“Ternyata, dia nyari ana cuman mau kasih ini.” Aku memberikan Salsa ayam goreng yang masih hangat dari ustaz Aris. Kepeduliannya yang seperti ini seringkali membuat hati terasa luluh kembali.

“Waaahhh ... lauk kita enak ni, kalau seperti ini.” Salsa sangat senang sekali. Bahkan,ia langsung melahap ayam yang kuberiakan kepadanya.

“Antum nggak usah pikirin apa kata teman-teman, Da. Intinya antum di cari, karena mau kasih ini. Pokoknya alhamdulillah, walau pun teman-teman nyinyir sama antum. La’basa (tidak apa-apa), Da. Tetap sabar!” Salsa berusaha memberikanku keyakinan.

Kami pun melupakan sejenak kejadian yang teman-teman omongin tentangku. Aku dan Salsa melanjutkan makan siang hari itu dengan perasaan senang.

Terpopuler

Comments

Sun Dari Nizar

Sun Dari Nizar

nah gitu Thor , ada arti dalam kurungnya... makasih di lanjut thor

2020-05-17

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Kelulusan Sekolah
3 Masuk pesantrenan
4 Awal Pertemuan
5 Perasaan membingungkan
6 Perasaan yang mulai muncul
7 Menunggu kepulangan
8 Berkunjung ke rumah
9 Membantu Ibu
10 Gugup
11 Perasaan Bahagia Tapi Khawatir
12 Jemput
13 Khawatir
14 Mulai curiga
15 Kepedulian
16 Rasa Takut
17 Cemburu
18 Gosip Beredar
19 Sedikit Lega
20 Merasa Tidak Enak
21 Lelah
22 Bingung, marah dan kesal.
23 Untuk pertama kalinya
24 Kaget
25 Teguran yang menyakitkan
26 Ingin segera menikah
27 Libur tiba
28 Suasana di pedesaan
29 Kesal dengan sahabat
30 Kepulangan saudara Ustaz Aris
31 Bersih-bersih
32 Gelisah
33 Di hina
34 Putus asa
35 Kesembuhan
36 Teringat
37 Keinginan Ibu
38 Niat Bekerja
39 Lamaran Pekerjaan
40 Pertemuan Mengejutkan
41 Kedatangan dan Perdebatan
42 Kedatangan Ibu dan Perdebatan
43 Mencoba membujuk Ibu
44 Kebingungan
45 Diizinkan
46 Kenyamanan
47 Mengambil Keputusan
48 Rasanya Berat
49 Pertemuan Lagi
50 Gelagapan
51 Mengejutkan
52 Melepas rindu dengan sahabat
53 Menginap
54 Ustaz Aris lagi.
55 Berkunjungnya sahabat
56 Kesal dan Dilema
57 Gelisah
58 Mencoba jujur
59 Curhat
60 Hadiah Tanpa Pengirim
61 Bertemu
62 Perasaan Hampa
63 Memberanikan Diri
64 Teringat Kembali
65 Takut dan Khawatir
66 Makan Bersama
67 Penasaran
68 Bertemu
69 Pertemuan
70 Khawatir
71 Ketauan Juga
72 Sampai Juga
73 Merasa Bodoh
74 Mimpi
75 Kepikiran
76 Mengejutkan
77 Membahas Ustaz Aris
78 Permohonan
79 Minta Pendapat
80 Terkejutnya Ibu
81 Berdebat Dengan Ibu
82 Kedatangan Tiba-tiba
83 Curhat
84 Rencana
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Prolog
2
Kelulusan Sekolah
3
Masuk pesantrenan
4
Awal Pertemuan
5
Perasaan membingungkan
6
Perasaan yang mulai muncul
7
Menunggu kepulangan
8
Berkunjung ke rumah
9
Membantu Ibu
10
Gugup
11
Perasaan Bahagia Tapi Khawatir
12
Jemput
13
Khawatir
14
Mulai curiga
15
Kepedulian
16
Rasa Takut
17
Cemburu
18
Gosip Beredar
19
Sedikit Lega
20
Merasa Tidak Enak
21
Lelah
22
Bingung, marah dan kesal.
23
Untuk pertama kalinya
24
Kaget
25
Teguran yang menyakitkan
26
Ingin segera menikah
27
Libur tiba
28
Suasana di pedesaan
29
Kesal dengan sahabat
30
Kepulangan saudara Ustaz Aris
31
Bersih-bersih
32
Gelisah
33
Di hina
34
Putus asa
35
Kesembuhan
36
Teringat
37
Keinginan Ibu
38
Niat Bekerja
39
Lamaran Pekerjaan
40
Pertemuan Mengejutkan
41
Kedatangan dan Perdebatan
42
Kedatangan Ibu dan Perdebatan
43
Mencoba membujuk Ibu
44
Kebingungan
45
Diizinkan
46
Kenyamanan
47
Mengambil Keputusan
48
Rasanya Berat
49
Pertemuan Lagi
50
Gelagapan
51
Mengejutkan
52
Melepas rindu dengan sahabat
53
Menginap
54
Ustaz Aris lagi.
55
Berkunjungnya sahabat
56
Kesal dan Dilema
57
Gelisah
58
Mencoba jujur
59
Curhat
60
Hadiah Tanpa Pengirim
61
Bertemu
62
Perasaan Hampa
63
Memberanikan Diri
64
Teringat Kembali
65
Takut dan Khawatir
66
Makan Bersama
67
Penasaran
68
Bertemu
69
Pertemuan
70
Khawatir
71
Ketauan Juga
72
Sampai Juga
73
Merasa Bodoh
74
Mimpi
75
Kepikiran
76
Mengejutkan
77
Membahas Ustaz Aris
78
Permohonan
79
Minta Pendapat
80
Terkejutnya Ibu
81
Berdebat Dengan Ibu
82
Kedatangan Tiba-tiba
83
Curhat
84
Rencana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!