Membantu Ibu

Pagi yang cerah di mana aku membantu ibu untuk membuat gorengan dan kue-kue yang akan di jual keliling.

Sesudah semuanya jadi. Ibu mengajakku untuk berjualan keliling.

“Hari ini. Kita cuman keliling saja jualannya,” kata ibu memberitahuku.

“Iya. Dari dulu ‘kan, Ibu memang selalu berjualan keliling.” Aku menatap ibu.

“Biasanya kalau tidak hari libur, Ibu nitip jualan di sekolahan juga.”

“Sejak kapan Ibu titip dagangan di sekolahan?” tanyaku kepada ibu yang sedang memotong pisang.

“Semenjak kamu sekolah di pesantrenan. Dan Ibu titip dagangan di beberapa sekolah. Termasuk sekolah tempat kamu SMA dulu juga.” Seraya ibu memasukkan pisang ke adonan yang sudah dibuat.

“Kok, Ibu nggak pernah cerita?” tanyaku lagi, dengan mengambil kol yang akan di potong. “Ibu, kerjanya gimana. Ibu belum buat kue juga, belum buat gorengan juga. Pasti melelahkan sekali, Buk.”

“Kamu tenang saja, Ibu baik-baik saja. Dan ibu juga di bantu sama Ibu Ifa. Jadi ... kamu tidak usah khawatir Ibu kelelahan atau sakit.” Ibu mulai menggoreng, sesekali tersenyum melihatku.

Sering kali aku merasa kasihan kepada Ibu yang harus bekerja keras demi mencari uang. Belum lagi ibu harus membiayai sekolahku.

Jika boleh jujur, aku ingin sekali membahagiakannya. Kita tidak pernah tau rencana Allah kepada setiap hambanya. Tapi, semoga kelak aku bisa jadi orang sukses supaya bisa membuat ibu bahagia.

******

Ruangan sederhana, yang berukuran kecil. Dan aku merasa nyaman setiap merebahkan badan di tempat tidurku. Namun, malam ini jam menunjukkan masih pukul 8 lebih. Hanya kesendirian yang menemani saat aku belajar.

Dengan fokus aku membaca buku yang kupelajari. Konsentrasi dalam membaca buku pun pudar. Ketika suara deringan handphone menggangguku. Lantas aku pun bangun dari tempat duduk untuk mengambil hape yang berada di atas bantal gulingku.

Kulihat nomornya tidak dikenal. Awalnya aku ragu untuk menjawabnya, tapi agar tidak penasaran. Aku pun menjawab telponan orang yang tak dikenal.

“Hallo, Assalamu’alaikum.”

“Wa’alaikumsalam warahmatullohi wabarokatuh,” jawab suara laki-laki. Dan sepertinya aku mengenal suara tersebut.

“Maaf, ini siapa?” tanyaku ragu.

“Siapa, hayokk?”

Aku hanya terdiam memikirkan suara yang tidak asing untukku dengar.

“Ini Aris, Manda.”

“Aris ...? Maksudnya Ustaz Aris?” tanyaku lagi dengan perasaan khawatir.

“Iya.”

Perasaan gugup mulai kurasakan saat harus mendengar suara ustaz Aris yang tiba-tiba saja menelpon. Entah dari mana ia mengetahui nomorku. Kenapa bisa ustaz Aris tau? Sungguh aku bingung??

“Kok Ustaz bisa tau nomer hape ana?” tanyaku gugup.

“Ana nanya sama temen anti. Anti marah, ya? Kalau ana tau nomer hapenya.”

“Nggak kok, Ustaz. Ana nggak marah, cuman mau nanya dari mana antum tau nomor hape ana.” Aku mulai menggigit jari, duduk di atas tempat tidurku.

“Ana dapat nomer anti dari ...? dari sahabat anti.”

“Sahabat? maksud, Ustaz. Salsa?”

“Iya. Salsa,” jawab ustaz Aris lagi.

Seingatku, Salsa memang pernah meminta nomer hape.

Apakah mungkin, Salsa di suruh oleh ustaz Aris untuk meminta nomerku.

“Hallo, Manda. Kenapa anti diam,” tegur ustaz Aris memecahkan lamunanku.

“Hmmm nggak ada, Ustaz. Cuman ana nggak tau harus bilang apa sama antum.” Aku mulai mondar mandir ke sana kemari di dalam kamarku. “Oya, antum ada perlu apa, Ustaz. Tumben-tumbenan nelpon.”

“Tiba-tiba rasa rindu datang, makanya ana nelpon anti. Nggak tau kenapa pikiran ana terasa nggak bisa berjalan normal karna merindukan anti dan nafsu makan saja tidak ada.”

Mendengar kata-kata ustaz Aris yang seperti itu membuat jantungku berdegup kencang. Bahkan mulutku terasa kaku untuk menjawabnya lagi.

“Mmmm ... Ustaz sedang apa itu?” tanyaku dengan suara gugup.

“Lagi telponan sama anti."

“Heee ... Iya ana tau, Ustaz. Maksud ana selain itu, antum sedang apa?”

“Tidak ada, cuman lagi duduk-duduk saja di teras depan. Oya, ana mau nanya lagi tentang pertanyaan waktu di rumah anti. Apa jawaban anti?”

“Pertanyaan yang mana maksud, Ustaz.” Aku merasa ingin mengalihkan pembicaraan dari pertanyaan Ustaz Aris lagi.

“Pertanyaan ...? jika seandainya ana ngajak anti nikah. mau tidak?”

Aku terdiam lagi untuk kesekian kalinya. Dan jika bisa aku ingin menutup telponan dari ustaz Aris secepatnya. Pertanyaan macam apa ini? Aku bingung harus menjawab apa. Aku tidak pernah menyangka secepat ini ustaz Aris mengajak menikah.

“Manda ... makan dulu, Nak.” Terdengar suara ibu memanggilku. Dengan cepat aku memanfaatkan panggilan ibu agar terhindar dari pertanyaan Ustaz Aris.

“Ustaz. Afwan, ya, ana di panggil sama ibu untuk keluar makan, Assalamu’alaikum ...” Aku cepat-cepat memutuskan telponan.

Semuanya sudah disiapkan oleh ibu. Nasiku pun sudah disajikan juga. Seperti biasa kami duduk di dekat dapur untuk makan bersama.

Dan malam ini pun terulang kembali. Semenjak sekolah di pesantrenan, kebersamaan dengan ibu sekarang terulang kembali. Di sisi lain, aku bingung kenapa harus dipertemukan dengan ustaz Aris. Dan kenapa secepat ini ia membicarakan pernikahan.

Menikah muda?sebenarnya tidak ada salahnya, tapi alangkah lebih baiknya jika menikah setelah semua apa yang kucita-citakan terwujud.

“Manda. Manda ...!” tegur Ibu dengan suara sedikit keras.

“Eehh, iya, Buk.” Aku kaget dengan teguran Ibu.

“Kamu kenapa? Kenapa nasinya tidak di makan. Kamu ada masalah?”

“Tidak kok, Buk. Manda nggak kenapa-kenapa, ini Manda makan.” Aku mulai memasukkan nasi kedalam mulutku dengan perlahan.

Ya Allah ... jika aku di suruh berkata jujur, memang aku menyukai ustaz Aris. Tapi ... aku takut cintaku ini akan membuatku kecewa nantinya. Aku tidak pernah tau apakah orang tuanya mau menerimaku jika menikah dengannya. Apakah aku salah sudah menaruh rasa kepada guruku sendiri. Semuanya terus saja terlintas dalam pikiranku.

Keesokan harinya. Ketika baru saja selesai Mandi. Handphoneku berbunyi, tertulis hanya nomer saja yang tertera tanpa ku tau siapa yang menelpon. Segera aku menjawabnya.

“Hallo, Assalamu’alaikum.”

“Hallo, Manda.”

“Iya, ini siapa?” tanyaku

“Haduuhh ... antum ini, sama sahabat saja sudah lupa!”

“Salsa. ini Salsa?” tanyaku lagi dengan tersenyum-senyum.

“Nggak!! ya iyalah, Manda. Masak ustaz Aris.” Salsa menjawab lagi.

“Eeehhh, kok Ustaz Aris sih? Jangan sebut lagi.” Aku dengan suara kesal saat mendengar nama itu.

“Memangnya, kenapa? Oya, gimana perjalanan antum sama Ustaz Aris waktu di anterin pulang.”

“Gimana apanya? nggak ada apa-apa. Biasa aja, cuman anter terus dia-nya pulang.” Aku dengan wajah malas membahas ustaz Aris.

“Maksudnya?? kok ana nggak ngerti sama cerita antum. Oya, Manda. Besok ana mau ke rumah anntum, boleh nggak.”

“Apa! antum mau ke sini?” tanyaku dengan ekspresi kaget.

“Nggak boleh, ya. Kok antum kaget dikasih tau mau ke rumah antum,”

“Nggak kok, Sa. Malahan ana seneng banget antum mau ke sini, aku tungguin besok.”

“Oke, tunggu kedatangan sahabatmu ini. Ya udah, ana mau mandi dulu. Nanti tak telpon lagi, Assalamu’alaikum.” Salsa memberi salam kepadaku.

“Wa’alaikumsalam,” jawabku lagi, lalu mematikan ponselku.

Episodes
1 Prolog
2 Kelulusan Sekolah
3 Masuk pesantrenan
4 Awal Pertemuan
5 Perasaan membingungkan
6 Perasaan yang mulai muncul
7 Menunggu kepulangan
8 Berkunjung ke rumah
9 Membantu Ibu
10 Gugup
11 Perasaan Bahagia Tapi Khawatir
12 Jemput
13 Khawatir
14 Mulai curiga
15 Kepedulian
16 Rasa Takut
17 Cemburu
18 Gosip Beredar
19 Sedikit Lega
20 Merasa Tidak Enak
21 Lelah
22 Bingung, marah dan kesal.
23 Untuk pertama kalinya
24 Kaget
25 Teguran yang menyakitkan
26 Ingin segera menikah
27 Libur tiba
28 Suasana di pedesaan
29 Kesal dengan sahabat
30 Kepulangan saudara Ustaz Aris
31 Bersih-bersih
32 Gelisah
33 Di hina
34 Putus asa
35 Kesembuhan
36 Teringat
37 Keinginan Ibu
38 Niat Bekerja
39 Lamaran Pekerjaan
40 Pertemuan Mengejutkan
41 Kedatangan dan Perdebatan
42 Kedatangan Ibu dan Perdebatan
43 Mencoba membujuk Ibu
44 Kebingungan
45 Diizinkan
46 Kenyamanan
47 Mengambil Keputusan
48 Rasanya Berat
49 Pertemuan Lagi
50 Gelagapan
51 Mengejutkan
52 Melepas rindu dengan sahabat
53 Menginap
54 Ustaz Aris lagi.
55 Berkunjungnya sahabat
56 Kesal dan Dilema
57 Gelisah
58 Mencoba jujur
59 Curhat
60 Hadiah Tanpa Pengirim
61 Bertemu
62 Perasaan Hampa
63 Memberanikan Diri
64 Teringat Kembali
65 Takut dan Khawatir
66 Makan Bersama
67 Penasaran
68 Bertemu
69 Pertemuan
70 Khawatir
71 Ketauan Juga
72 Sampai Juga
73 Merasa Bodoh
74 Mimpi
75 Kepikiran
76 Mengejutkan
77 Membahas Ustaz Aris
78 Permohonan
79 Minta Pendapat
80 Terkejutnya Ibu
81 Berdebat Dengan Ibu
82 Kedatangan Tiba-tiba
83 Curhat
84 Rencana
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Prolog
2
Kelulusan Sekolah
3
Masuk pesantrenan
4
Awal Pertemuan
5
Perasaan membingungkan
6
Perasaan yang mulai muncul
7
Menunggu kepulangan
8
Berkunjung ke rumah
9
Membantu Ibu
10
Gugup
11
Perasaan Bahagia Tapi Khawatir
12
Jemput
13
Khawatir
14
Mulai curiga
15
Kepedulian
16
Rasa Takut
17
Cemburu
18
Gosip Beredar
19
Sedikit Lega
20
Merasa Tidak Enak
21
Lelah
22
Bingung, marah dan kesal.
23
Untuk pertama kalinya
24
Kaget
25
Teguran yang menyakitkan
26
Ingin segera menikah
27
Libur tiba
28
Suasana di pedesaan
29
Kesal dengan sahabat
30
Kepulangan saudara Ustaz Aris
31
Bersih-bersih
32
Gelisah
33
Di hina
34
Putus asa
35
Kesembuhan
36
Teringat
37
Keinginan Ibu
38
Niat Bekerja
39
Lamaran Pekerjaan
40
Pertemuan Mengejutkan
41
Kedatangan dan Perdebatan
42
Kedatangan Ibu dan Perdebatan
43
Mencoba membujuk Ibu
44
Kebingungan
45
Diizinkan
46
Kenyamanan
47
Mengambil Keputusan
48
Rasanya Berat
49
Pertemuan Lagi
50
Gelagapan
51
Mengejutkan
52
Melepas rindu dengan sahabat
53
Menginap
54
Ustaz Aris lagi.
55
Berkunjungnya sahabat
56
Kesal dan Dilema
57
Gelisah
58
Mencoba jujur
59
Curhat
60
Hadiah Tanpa Pengirim
61
Bertemu
62
Perasaan Hampa
63
Memberanikan Diri
64
Teringat Kembali
65
Takut dan Khawatir
66
Makan Bersama
67
Penasaran
68
Bertemu
69
Pertemuan
70
Khawatir
71
Ketauan Juga
72
Sampai Juga
73
Merasa Bodoh
74
Mimpi
75
Kepikiran
76
Mengejutkan
77
Membahas Ustaz Aris
78
Permohonan
79
Minta Pendapat
80
Terkejutnya Ibu
81
Berdebat Dengan Ibu
82
Kedatangan Tiba-tiba
83
Curhat
84
Rencana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!