Melahirkan dihari Pemakaman

Setelah melalui proses panjang akhirnya Amir dapat dimakamkan sebelum matahari terbenam. Isak tangis dari seluruh keluarga mengiringi liang lahat yang mulai di timbun tanah merah sedikit demi sedikit.

Melihat liang lahat sang suami yang mulai tertutup rapat, Mahira tidak bisa lagi menahan diri. Mahira menjatuhkan diri memeluk makam sang suami yang kini telah terpasang papan nama yang bertuliskan hari lahir dan wafatnya.

"Mas Amiiirrr.... kenapa Mas pergi secepat ini, bukankah Mas menantikan bayi ini begitu lama?" Mahira meracau mengingat bagaimana perjuangan mereka memiliki anak selama lima tahun pernikahan. Berbagai macam cara dilakukan, mulai dari perawatan modern sampai perawatan tradisional. Namun tidak satupun berhasil membuat Mahira mengandung. Tapi setelah mereka memasrahkan diri dengan ketentuan yang Allah SWT gariskan, akhirnya Mahira dan Amir menerima kabar baik yang mereka nantikan selama ini. Tapi sayangnya belum sempat bayi itu lahir, Allah lebih dulu memanggil Amir pulang ke pangkuan-NYa.

"Engkau mengabulkan keinginannya, tapi Engkau juga mengambil nya dariku tanpa memberinya kesempatan untuk melihat bayi ini." teriak Mahira memandang langit yang mulai gelap.

Seolah mengungkapkan kekecewaan atas takdir yang Allah berikan, Mahira terus mengungkapkan apa yang ada dalam isi hatinya, imannya benar-benar goyah dengan ujian yang Allah berikan kepadanya.

"Sudah Mahira, gak boleh kamu ngomong begitu sama Allah, dosa." tegur Ibu sambil memegang kedua bahu Mahira.

"Kenapa ini terjadi padaku ibu... kenapa..." Mahira mencoba berdiri dengan tangisnya yang mulai mereda, namun di menit kemudian, tubuh Mahira terhuyung ke belakang.

"Mahira..." jerit Ibu yang langsung menangkap tubuh Mahira.

Melihat ibu yang susah payah menahan tubuh Mahira, Amar mendekati mereka dan menggantikan ibu menahan tubuh Mahira supaya tidak terjatuh.

"Mahira kau baik-baik saja...?" tanya Amar menatap wajah Mahira yang seakan menahan sakit. Semakin lama Mahira mengerutkan semua panca indera di wajahnya lalu diikuti dengan jerit kesakitan.

"Aaaaaa..... Sa.... kiiitttt...."

Melihat itu Amar mengalihkan pandangannya ke bawah, dimana kedua tangan Mahira menahan perutnya seakan takut isi didalamnya jatuh.

Tidak sampai disitu, Amar kembali di kejutkan kita melihat cairan bening mengalir ke telapak kaki Mahira.

"Ibu apa Mahira akan melahirkan?" tanya Amar yang sama sekali tidak memiliki pengalaman dalam hal kehamilan.

"Sepertinya begitu Nak Amar, air ketubannya sudah pecah." saut Ibu yang ikut merasa panik.

Tidak mau terjadi sesuatu pada bayi yang ada dalam kandungan Mahira, Amar langsung membopong tubuh Mahira meninggalkan makam yang masih terdapat beberapa sanak saudara dan para tetangga yang mengiringi pemakaman Amir.

"Ibu cepat masuklah," ucap Amar begitu menurunkan tubuh Mahira di belakang kursi kemudi.

"Iya Nak Amar."

Setelah melihat ibu duduk merangkul Mahira yang terlihat lemah, Amar bergegas memacu kendaraannya dengan kecepatan yang cukup tinggi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sesampainya di rumah sakit beberapa perawat bergegas lari dengan membawa ranjang darurat atau biasa disebut dengan Brankar ke arah Amar yang sudah membopong tubuh Mahira.

Melihat perawat dengan sigap menyambut mereka, Amar membaringkan tubuh Mahira di Brankar tersebut.

"Maaf, untuk mendampingi pasien hanya boleh satu orang saja, bisa suami atau bisa juga ibunya."

Perkataan Perawat membuat Ibu dan Amar saling memandang sejenak sebelum akhirnya Amar meminta ibu saja yang menemani Mahira di dalam.

Setelah berjalan sekitar lima belas menit tak juga terdengar suara tangis bayi, Amar yang merasa khawatir akan keselamatan bayi Adiknya yang baru saja meninggal menjinjitkan kakinya untuk melihat melalui celah kaca pintu. Namun posisi ranjang bersalin yang jauh dari pintu membuat Amar tak dapat melihatnya.

Lima menit berlalu, Amar melangkah mundur ketika tiba-tiba Dokter membuka pintu.

"Bagaimana keadaannya Dok?" tanya Amar khawatir.

"Kami harus melakukan tindakan operasi, karena air ketubannya mulai mengering, sementara tubuh pasien sudah sangat lemah." jelas Dokter.

"Lakukan saja yang terbaik Dokter, selamatkan bayi itu!"

Melihat Dokter menatapnya dengan tatapan heran, Amar menyadari apa yang baru saja ia katakan.

"Eum-maksudku, selamatkan bayi dan juga ibunya, mereka harus selamat." ujar Amar meralat ucapannya sembari mengalihkan pandangannya.

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin, berdoa saja semoga anak dan istri Anda sama-sama sehat tanpa kurang suatu apapun."

Mendengar jawaban Dokter, lagi-lagi Amar terdiam mengingat wasiat terakhir Adiknya yang mewariskan istri dan anaknya untuk dirinya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

gia nasgia

gia nasgia

Sepertinya Amar msh belum terbiasa dgn Wasiat yg di berikan

2025-03-27

0

Ds Phone

Ds Phone

terpaksa tunai kan

2025-03-17

0

anie

anie

👍

2024-09-02

1

lihat semua
Episodes
1 Istri yang di wariskan
2 Melahirkan dihari Pemakaman
3 Menggantikan Peran Adik
4 Suara Misterius
5 Gunjingan Tetangga
6 Kesedihan dimasa Kecil
7 SAH
8 Panik
9 Satu Kamar
10 Kecewa
11 Merasa Bersalah
12 Gelisah
13 Tak Sesuai Harapan
14 Senyuman Pertama
15 Apa Yang Terjadi?
16 Kembali Merasa Bersalah
17 Resah
18 Kembali Kecewa
19 Makan Malam
20 Romantis
21 Mabuk
22 Pertengkaran
23 Berdebar
24 Mimpi
25 Trauma Masa Lalu
26 Berubah Sikap
27 Ngamuk
28 Kegaduhan
29 Kembali Bertengkar
30 Dalam Bahaya
31 Merasa Kotor
32 Menenangkan
33 Penyelidikan
34 Malu-malu Mau
35 Gagal
36 Flashback
37 Awal Baru
38 Pagi Pertama
39 Menggoda
40 Titik Terang
41 Menunggu Giliran
42 Pijat plus-plus
43 Terancam
44 Perkelahian
45 Teringat Kembali
46 Mulai terungkap
47 Terungkap
48 Bukti
49 Khawatir
50 Selamat
51 Hottie
52 Salah Paham
53 Ngambek
54 Sesal
55 Damai
56 Mengajak Keluar
57 Perjalanan
58 Malam Panas
59 Lagi
60 Wanita Dimasa Lalu
61 Memanas-manasi Mantan
62 Kata Cinta
63 Kembali Bertemu
64 Penghinaan
65 Bertengkar
66 Minta Maaf
67 Godaan Tetangga
68 Fitnah
69 Mencari Tau
70 Dilema
71 Ketegasan Amar
72 Terkejut
73 Khawatir
74 Ancaman
75 Tak Ambil Pusing
76 Siasat
77 Masuk Perangkap
78 Terungkap
79 TAMAT
80 PROMO NOVEL BARU
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Istri yang di wariskan
2
Melahirkan dihari Pemakaman
3
Menggantikan Peran Adik
4
Suara Misterius
5
Gunjingan Tetangga
6
Kesedihan dimasa Kecil
7
SAH
8
Panik
9
Satu Kamar
10
Kecewa
11
Merasa Bersalah
12
Gelisah
13
Tak Sesuai Harapan
14
Senyuman Pertama
15
Apa Yang Terjadi?
16
Kembali Merasa Bersalah
17
Resah
18
Kembali Kecewa
19
Makan Malam
20
Romantis
21
Mabuk
22
Pertengkaran
23
Berdebar
24
Mimpi
25
Trauma Masa Lalu
26
Berubah Sikap
27
Ngamuk
28
Kegaduhan
29
Kembali Bertengkar
30
Dalam Bahaya
31
Merasa Kotor
32
Menenangkan
33
Penyelidikan
34
Malu-malu Mau
35
Gagal
36
Flashback
37
Awal Baru
38
Pagi Pertama
39
Menggoda
40
Titik Terang
41
Menunggu Giliran
42
Pijat plus-plus
43
Terancam
44
Perkelahian
45
Teringat Kembali
46
Mulai terungkap
47
Terungkap
48
Bukti
49
Khawatir
50
Selamat
51
Hottie
52
Salah Paham
53
Ngambek
54
Sesal
55
Damai
56
Mengajak Keluar
57
Perjalanan
58
Malam Panas
59
Lagi
60
Wanita Dimasa Lalu
61
Memanas-manasi Mantan
62
Kata Cinta
63
Kembali Bertemu
64
Penghinaan
65
Bertengkar
66
Minta Maaf
67
Godaan Tetangga
68
Fitnah
69
Mencari Tau
70
Dilema
71
Ketegasan Amar
72
Terkejut
73
Khawatir
74
Ancaman
75
Tak Ambil Pusing
76
Siasat
77
Masuk Perangkap
78
Terungkap
79
TAMAT
80
PROMO NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!