SAH

Setelah sama-sama sepakat untuk menikah demi Emir dan memenuhi keinginan terakhir Amir, akhirnya pernikahan mereka pun terselenggara. Diadakan dengan sederhana dan hanya dihadiri oleh para tetangga sesuai yang Amar katakan, supaya tidak ada lagi yang membicarakan hal buruk tentang mereka terutama Mahira. Akan tetapi yang namanya manusia apalagi tetangga tetap saja ada yang menjadi bahan gunjingan mereka.

"Benar-benar tidak punya perasaan, kuburan suami saja belum kering, dia sudah menikah lagi."

"Nikahnya sama kakak ipar sendiri lagi."

"Atau jangan-jangan mereka sudah ada hubungan sebelum Pak Amir meninggal."

Mahira yang baru saja keluar dari kamar untuk bersiap bersanding dengan Amar yang tengah melafalkan ijab Kabul hanya bisa menarik nafas dalam-dalam mendengar tuduhan-tuduhan yang mereka lontarkan. Meskipun tidak secara langsung, tapi Mahira dapat mendengar dengan jelas gunjingan mereka. Terlebih saat mereka belum selesai berbicara tiba-tiba pengeras suara yang tengah digunakan untuk ijab Kabul seketika mati sehingga gunjingan mereka terdengar lebih jelas. Bahkan beberapa orang turut menatap kearah mereka.

Mereka yang sibuk membicarakan Mahira tersenyum canggung ketika beberapa orang melihat mereka, terlebih saat melihat Mahira di belakangnya di apit oleh ibu dan perias pengantin, membuat mereka saling mencubit satu sama lain.

"E-Mahiraaa... kamu cantik sekaliiii..." puji salah satu mereka bersikap seperti tidak habis menjelek-jelekkan Mahira.

"SAH... SAH... SAH..." kata sah yang para saksi teriakan mengagetkan Mahira yang belum sempat membalas ucapan mereka.

Dengan hati dan pikiran yang tak karuan, Mahira mengikuti Ibu yang menarik tangannya supaya meninggalkan mereka dan duduk di samping Amar untuk menandatangani buku nikah dan prosesi lainya. Tapi sebelum itu untuk pertama kalinya Mahira bersalaman dan mencium punggung tangan Amar yang kini telah resmi menjadi suaminya. Sementara Amar meskipun dengan gerakan yang sangat kaku, Amar mengusap kepala Mahira yang dipenuhi rangkaian bunga melati.

"Sudah boleh di cium kalau mau cium," celetuk Pak Penghulu sehingga membuat Amar dan Mahira canggung dan memaksakan senyumnya.

"Ayo gak papa... jangan malu-malu." Pak Penghulu yang suka bergurau itu semakin mendekatkan keduanya saling berhadapan, kemudian mendorong kepala Amar sampai menyentuh kening Mahira sehingga tawa dan sorak sorai memenuhi ruangan.

"Yeee... hahaha... prok-prok-prok..."

Suara riuh itu mengagetkan Amar dari lamunan panjangnya, dimana seharusnya malam ini menjadi malam yang paling indah bagi pengantin baru, tapi tidak bagi Amar dan Mahira. Karena Amar justru meminta Mahira kembali ke kamarnya setelah memastikan semua orang meninggalkan rumahnya.

"Apa yang ku lakukan, bukankah ini sudah menjadi kesepakatan ku dengan Mahira, lalu kenapa aku merasa bersalah padanya?" batin Amar yang menjadi resah dengan keputusannya.

Sementara di kamarnya, Mahira yang sebelumnya sudah membawa beberapa pakaian dan barang lainnya ke kamar Amar kembali merapikan pakaiannya di lemari. Sebenarnya Mahira sudah mengira pasti ini akan terjadi mengingat kesepakatan yang sudah mereka buat bersama, tapi demi bersandiwara di depan ibu, supaya Ibu percaya jika pernikahan ini bukan hanya kesepakatan bersama tanpa adanya niat untuk menjalani kewajiban sebagai suami istri, sehari sebelum ijab Mahira membawa beberapa pakaian ke kamar Amar. Tapi Sore tadi ibu sudah pulang ke kampung halamannya sehingga tidak perlu lagi Mahira maupun Amar bersandiwara.

Suara tangis Emir mengagetkan lamunan Mahira, Ia bergegas bangkit dan berlari keluar dari kamar untuk melihat Emir yang kini tengah berada dibawah penjagaan baby sitter.

Cklekkk...

"Emir kenapa Mbak?" tanya Mahira begitu melihat baby sitter yang bernama Lia tengah menimang-nimang Emir yang terus menangis tak jauh dari kamarnya.

"Badannya agak panas Nyonya, didalam nangis terus kirain dibawa keluar diem, tapi sama saja, maaf kalau sudah menganggu Nyonya."

"Gak papa, sudah dikasih obat penurun panas belum?" tanya Mahira yang langsung mengambil Emir dari gendongan Mbak Lia.

"Sudah makanya panasnya sudah mulai turun, tadinya lebih panas lagi." jelas Mbak Lia.

Amar yang juga mendengar tangisan Emir bergegas keluar untuk melihatnya. Dengan perasaan cemas Amar mendekati Mahira yang berusaha mendiamkan tangisan Emir.

"Kenapa dengannya?" tanya Amir mengusap kepala Emir. Mendapati Emir panas, Amar semakin khawatir dan langsung mengambil Emir dari gendongan Mahira tanpa menunggu jawaban darinya.

"Sejak kapan dia panas, kenapa tidak membawanya ke Dokter!?" tanya Amar pada Mbak Lia dengan penuh kemarahan. Tapi lagi-lagi Amar tidak butuh jawaban dari mereka karena Amar yang sudah merasa sangat khawatir langsung berlari membawa Emir.

"Kak Amar..." Mahira ikut berlari mengikuti Amar yang berlari membawa bayinya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Ds Phone

Ds Phone

susah hati juga dia

2025-03-17

0

Sri Astuti

Sri Astuti

emang mulut julid orang bikin kesal.. mrk ga tahu apa yg sesungguhnya terjadi cm bs menghakimi

2024-09-05

3

Monica

Monica

Amar bawa Amar🤔...Emir thor..bukan Amar🤭...semangat ya thor💪👍🙏☺

2024-09-04

0

lihat semua
Episodes
1 Istri yang di wariskan
2 Melahirkan dihari Pemakaman
3 Menggantikan Peran Adik
4 Suara Misterius
5 Gunjingan Tetangga
6 Kesedihan dimasa Kecil
7 SAH
8 Panik
9 Satu Kamar
10 Kecewa
11 Merasa Bersalah
12 Gelisah
13 Tak Sesuai Harapan
14 Senyuman Pertama
15 Apa Yang Terjadi?
16 Kembali Merasa Bersalah
17 Resah
18 Kembali Kecewa
19 Makan Malam
20 Romantis
21 Mabuk
22 Pertengkaran
23 Berdebar
24 Mimpi
25 Trauma Masa Lalu
26 Berubah Sikap
27 Ngamuk
28 Kegaduhan
29 Kembali Bertengkar
30 Dalam Bahaya
31 Merasa Kotor
32 Menenangkan
33 Penyelidikan
34 Malu-malu Mau
35 Gagal
36 Flashback
37 Awal Baru
38 Pagi Pertama
39 Menggoda
40 Titik Terang
41 Menunggu Giliran
42 Pijat plus-plus
43 Terancam
44 Perkelahian
45 Teringat Kembali
46 Mulai terungkap
47 Terungkap
48 Bukti
49 Khawatir
50 Selamat
51 Hottie
52 Salah Paham
53 Ngambek
54 Sesal
55 Damai
56 Mengajak Keluar
57 Perjalanan
58 Malam Panas
59 Lagi
60 Wanita Dimasa Lalu
61 Memanas-manasi Mantan
62 Kata Cinta
63 Kembali Bertemu
64 Penghinaan
65 Bertengkar
66 Minta Maaf
67 Godaan Tetangga
68 Fitnah
69 Mencari Tau
70 Dilema
71 Ketegasan Amar
72 Terkejut
73 Khawatir
74 Ancaman
75 Tak Ambil Pusing
76 Siasat
77 Masuk Perangkap
78 Terungkap
79 TAMAT
80 PROMO NOVEL BARU
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Istri yang di wariskan
2
Melahirkan dihari Pemakaman
3
Menggantikan Peran Adik
4
Suara Misterius
5
Gunjingan Tetangga
6
Kesedihan dimasa Kecil
7
SAH
8
Panik
9
Satu Kamar
10
Kecewa
11
Merasa Bersalah
12
Gelisah
13
Tak Sesuai Harapan
14
Senyuman Pertama
15
Apa Yang Terjadi?
16
Kembali Merasa Bersalah
17
Resah
18
Kembali Kecewa
19
Makan Malam
20
Romantis
21
Mabuk
22
Pertengkaran
23
Berdebar
24
Mimpi
25
Trauma Masa Lalu
26
Berubah Sikap
27
Ngamuk
28
Kegaduhan
29
Kembali Bertengkar
30
Dalam Bahaya
31
Merasa Kotor
32
Menenangkan
33
Penyelidikan
34
Malu-malu Mau
35
Gagal
36
Flashback
37
Awal Baru
38
Pagi Pertama
39
Menggoda
40
Titik Terang
41
Menunggu Giliran
42
Pijat plus-plus
43
Terancam
44
Perkelahian
45
Teringat Kembali
46
Mulai terungkap
47
Terungkap
48
Bukti
49
Khawatir
50
Selamat
51
Hottie
52
Salah Paham
53
Ngambek
54
Sesal
55
Damai
56
Mengajak Keluar
57
Perjalanan
58
Malam Panas
59
Lagi
60
Wanita Dimasa Lalu
61
Memanas-manasi Mantan
62
Kata Cinta
63
Kembali Bertemu
64
Penghinaan
65
Bertengkar
66
Minta Maaf
67
Godaan Tetangga
68
Fitnah
69
Mencari Tau
70
Dilema
71
Ketegasan Amar
72
Terkejut
73
Khawatir
74
Ancaman
75
Tak Ambil Pusing
76
Siasat
77
Masuk Perangkap
78
Terungkap
79
TAMAT
80
PROMO NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!