Suara Misterius

"Mahira... Mahira..."

Sayup-sayup Mahira yang mendengar suara seseorang memanggilnya membuka mata dan melihat ke sekelilingnya mencari darimana suara itu. Akan tetapi Mahira tidak melihat siapapun di ruang dimana dirinya dirawat, baik itu Ibu, Amar maupun bayi yang sebelumnya ada didalam box yang terletak di sebelahnya.

"Tidak ada siapapun disini lalu siapa yang memanggilku?" gumam Mahira dalam hati.

"Ahh mungkin aku hanya bermimpi." lanjut Mahira menenangkan hatinya yang sedikit ada rasa takut. Kemudian Mahira kembali memejamkan mata tapi baru beberapa menit, lagi-lagi suara itu kembali memanggil namanya.

"Mahira..."

Mahira kembali membuka mata mencari-cari darimana arah suara itu, dan alangkah terkejutnya saat Mahira menoleh ke samping kanan melihat Amir suaminya berdiri tersenyum kepadanya.

"M-m-mas Amir?" lirih Mahira terbata seakan tak percaya melihat Amir suaminya di depannya mengingat suaminya sudah meninggal dunia dua hari lalu.

"Masa lihat Mas takut." ujar Amir sambil membungkukkan badan lalu memegang pembatas ranjang untuk menopang tubuhnya.

"Eng-gak Mas, Aku hanya kaget saja."

Mendengar itu Amir tersenyum tipis, tapi di menit berikutnya wajah Amir berubah menjadi murung.

"Mas Amir kenapa?" selidik Mahira.

"Mas belum bisa tenang jika kamu belum menikah dengan Kak Amar," Amir menjeda ucapannya lalu meraih tangan Mahira.

"Kamu harus janji ya sama Mas, kalau kamu harus mau menikah dengan Kak Amar. Meskipun dia tidak banyak bicara dan terkesan dingin pada wanita, tapi Mas yakin jika Kak Amar akan menjadi suami dan Ayah yang baik."

"Maaf Mas, kalau itu aku tidak bisa janji."

"Kenapa Mahira, apa kamu tidak ingin anak kita memiliki Ayah yang baik? Aku tidak ingin kamu salah dalam memilih pasangan yang akan berakibat pada putra kita."

"Kak Amar terlihat tertekan jika berada di dekatku, jadi bagaimana kita akan menikah? Dan untuk masalah Ayah untuk putra kita, Mas tidak perlu khawatir, aku juga tidak berniat mencari pengganti Mas, sekarang kan Mas udah kembali jadi berdosa jika aku mencari pria lain."

"Mas sudah tiada Mahira!"

Mendengar itu Mahira terdiam bingung, bagaimana bisa suaminya tiada tapi sekarang dia masih berbincang dengannya.

"Mas sudah tiada, tidak akan menemanimu lagi apalagi menjaga putra kita." Mahira menurunkan pandangannya ketika merasa tangan Amir mulai melepaskan genggaman tangannya. Wajahnya berubah menjadi sedih, bahkan air mata terlihat menetes di pipinya.

"Masss..." lirih Mahira yang melihat Amir mulai melangkah mundur menjauhinya.

"Mas Amir... Mas.... jangan pergi Mas... Jangan pergi... jangan pergiiii..."

"Mahira!"

Mahira terbangun dari tidurnya ketika merasa ada seseorang yang mengguncang-guncang tubuhnya. Mahira semakin terkejut ketika melihat Amar lah yang berada di sampingnya bukan Amir yang baru saja berbincang dengannya, benar-benar terasa sangat nyata sampai Mahira berpikir yang mana sebenarnya yang mimpi.

"Kamu mimpi buruk?" tanya Amar yang melihat keringat memenuhi dahi Mahira serta nafasnya yang naik turun.

"Jadi tadi benar-benar mimpi," batin Mahira sambil menatap Amar yang terlihat begitu tenang dan dingin seperti hari-hari biasanya.

"Minumlah," ucap Amar sambil menyodorkan segelas air putih.

"Terimakasih." saut Mahira mengambil gelas yang ada di tangan Amar, tetapi tanpa sengaja jemari tangannya menyentuh tangan Amar sehingga membuat keduanya terdiam dan saling memalingkan pandangannya.

"M-maaf," ucap Mahira yang jadi merasa canggung.

"Its okay." saut Amar lalu mengambil kembali gelas yang ada di tangan Mahira lalu meletakkannya di atas meja.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hampir lima bulan setelah kelahiran bayi laki-laki Mahira yang di beri nama Emir dengan nama tengah Javin dan nama belakang Asadel seperti Ayah dan juga Pamannya, kini Mahira sudah bisa melakukan aktivitas seperti biasanya, melakukan pekerjaan rumah, merawat Emir serta melakukan aktivitas lainnya.

Kini Mahira bukan hanya sehat secara fisik, tapi kesehatan batin karena kehilangan suaminya pun berangsur pulih karena terhibur dengan perkembangan Emir yang semakin hari semakin lucu dan menggemaskan, membuat dirinya bersemangat untuk menjalani kehidupan yang sebelumnya begitu sangat menyedihkan karena kehilangan suami di usianya yang masih cukup muda.

Tapi jauh berbeda dari Mahira, kini Amar justru semakin merasakan keresahan dalam hatinya karena dengan selesainya masa Iddah Mahira, ia harus menepati wasiat terakhir sang Adik, dimana ia harus menikahi Mahira dan menjaga putranya yang sudah di wariskan untuknya.

"Kenapa kamu memberiku tanggung jawab sebesar ini padaku Amir, kamu tahu betul kenapa sampai sekarang aku tidak menikah." batin Amar memejamkan mata sambil menyandarkan kepalanya di kursi.

"Karena aku yakin kak Amar mampu,"

Perkataan itu, membuat Amar terlonjak dari duduknya, mencari-cari darimana arah suara itu tapi Amar tak melihat siapapun disana.

"Tidak ada siapapun, tapi suara itu terdengar sangat jelas, apa aku sempat ketiduran sehingga aku bermimpi?"

Bersambung....

Terpopuler

Comments

gia nasgia

gia nasgia

Bissmillah aja Amar

2025-03-28

0

Ds Phone

Ds Phone

berfikir dengan tenang

2025-03-17

0

Sri Astuti

Sri Astuti

knapa Amar nlm menikah juga? patah hati kah?

2024-09-03

1

lihat semua
Episodes
1 Istri yang di wariskan
2 Melahirkan dihari Pemakaman
3 Menggantikan Peran Adik
4 Suara Misterius
5 Gunjingan Tetangga
6 Kesedihan dimasa Kecil
7 SAH
8 Panik
9 Satu Kamar
10 Kecewa
11 Merasa Bersalah
12 Gelisah
13 Tak Sesuai Harapan
14 Senyuman Pertama
15 Apa Yang Terjadi?
16 Kembali Merasa Bersalah
17 Resah
18 Kembali Kecewa
19 Makan Malam
20 Romantis
21 Mabuk
22 Pertengkaran
23 Berdebar
24 Mimpi
25 Trauma Masa Lalu
26 Berubah Sikap
27 Ngamuk
28 Kegaduhan
29 Kembali Bertengkar
30 Dalam Bahaya
31 Merasa Kotor
32 Menenangkan
33 Penyelidikan
34 Malu-malu Mau
35 Gagal
36 Flashback
37 Awal Baru
38 Pagi Pertama
39 Menggoda
40 Titik Terang
41 Menunggu Giliran
42 Pijat plus-plus
43 Terancam
44 Perkelahian
45 Teringat Kembali
46 Mulai terungkap
47 Terungkap
48 Bukti
49 Khawatir
50 Selamat
51 Hottie
52 Salah Paham
53 Ngambek
54 Sesal
55 Damai
56 Mengajak Keluar
57 Perjalanan
58 Malam Panas
59 Lagi
60 Wanita Dimasa Lalu
61 Memanas-manasi Mantan
62 Kata Cinta
63 Kembali Bertemu
64 Penghinaan
65 Bertengkar
66 Minta Maaf
67 Godaan Tetangga
68 Fitnah
69 Mencari Tau
70 Dilema
71 Ketegasan Amar
72 Terkejut
73 Khawatir
74 Ancaman
75 Tak Ambil Pusing
76 Siasat
77 Masuk Perangkap
78 Terungkap
79 TAMAT
80 PROMO NOVEL BARU
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Istri yang di wariskan
2
Melahirkan dihari Pemakaman
3
Menggantikan Peran Adik
4
Suara Misterius
5
Gunjingan Tetangga
6
Kesedihan dimasa Kecil
7
SAH
8
Panik
9
Satu Kamar
10
Kecewa
11
Merasa Bersalah
12
Gelisah
13
Tak Sesuai Harapan
14
Senyuman Pertama
15
Apa Yang Terjadi?
16
Kembali Merasa Bersalah
17
Resah
18
Kembali Kecewa
19
Makan Malam
20
Romantis
21
Mabuk
22
Pertengkaran
23
Berdebar
24
Mimpi
25
Trauma Masa Lalu
26
Berubah Sikap
27
Ngamuk
28
Kegaduhan
29
Kembali Bertengkar
30
Dalam Bahaya
31
Merasa Kotor
32
Menenangkan
33
Penyelidikan
34
Malu-malu Mau
35
Gagal
36
Flashback
37
Awal Baru
38
Pagi Pertama
39
Menggoda
40
Titik Terang
41
Menunggu Giliran
42
Pijat plus-plus
43
Terancam
44
Perkelahian
45
Teringat Kembali
46
Mulai terungkap
47
Terungkap
48
Bukti
49
Khawatir
50
Selamat
51
Hottie
52
Salah Paham
53
Ngambek
54
Sesal
55
Damai
56
Mengajak Keluar
57
Perjalanan
58
Malam Panas
59
Lagi
60
Wanita Dimasa Lalu
61
Memanas-manasi Mantan
62
Kata Cinta
63
Kembali Bertemu
64
Penghinaan
65
Bertengkar
66
Minta Maaf
67
Godaan Tetangga
68
Fitnah
69
Mencari Tau
70
Dilema
71
Ketegasan Amar
72
Terkejut
73
Khawatir
74
Ancaman
75
Tak Ambil Pusing
76
Siasat
77
Masuk Perangkap
78
Terungkap
79
TAMAT
80
PROMO NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!