Sejenak Moza kembali melirik Abri yang sudah kembali fokus menatap ponselnya.
Moza berdehem sejenak, membuat Abri kembali melirik Moza, tapi hanya sepersekian detik, karena Abri merasa gadis itu memang ingin batuk saja, bukan mengkode dirinya. selanjutnya ia kembali fokus akan ponselnya yang sejak tadi tidak berhenti mengirim pesan pada anggotanya yang entah dimana rimbanya dan sedang pada ngapain sampai tidak ada satupun dari mereka yang membalas atau mengangkat panggilan darinya. "Ni manusia jadi-jadian pada kemana sih?" gumamnya pelan dengan raut wajah yang sudah kesal setengah mati.
"Sebelumnya saya gak mau basa-basi ya mas." instruksi Moza, namun Abri sepertinya tidak perduli atau lebih di bilang tidak merasa gadis itu sedang berbicara dengan dirinya. Moza nampak tarik nafas lebih dulu, sebelum menyampaikan apa yang akan keluar dari bibirnya "Saya disini datang untuk mewakili teman saya Windy untuk menolak perjodohan yang di lakukan oleh orangtua kalian." ungkapnya jujur "kalau Windy gak mau sama aku aja mas." lanjutnya membatin, Moza sangat yakin ini laki pasti lolos seleksi dari bapaknya yang super duper protektif itu.
Jarang-jarang loh Moza bisa tertarik dengan seorang pria hasil jodoh jodohkan Windy begini, apa lagi di pertemuan pertama pula. Seandainya saja Moza yang ada di posisi Windy sudah pasti Moza tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang sangat langkah seperti ini, yang ada rugi bandar. Cowok hot, berkharisma nan menggoda gini masak di tolak. Oh, no!
Seketika Abri mengangkat kepalanya, melirik kanan-kiri mencari seseorang yang di ajak gadis itu berbicara. Tapi nihil. Malah Moza menatapnya, yang mana Abri langsung menegakkan tubuhnya mencondongkan tubuh kedepan dan mencoba bertanya "maaf, mbaknya ngomong sama saya?" tanya Abri menunjuk dirinya sendiri dengan nada ragu.
Astaga deep voice nya terlalu menggoda masuk ke indra pendengar Moza bahkan sampai meluncur bebas jauh menyentil jantungnya. Boleh tidak yang seperti ini langsung Moza bungkus saja dan bawa pulang. Terus sampai rumah Moza kekepin. Sungguh Moza terpesona dengan pria satu ini. Ia bahkan tak menghiraukan pertanyaan Abri dan asyik melamun menatap wajah Abri si pria yang mampu menaklukkan hatinya dalam satu detik.
Ya Allah yang begini ini loh maksudnya!!
Papi mau ini!!
"Mbak, mbak!" Abri melambaikan tangannya beberapa kali di depan wajah Moza untuk menyadarkan gadis itu.
Dan itu berhasil, pergerakan Abri langsung menyadarkan Moza dari lamunannya yang tengah mengagumi sosok Abri. "Eh! I-iya tadi n-nanya apa?"
Abri mendengus "mbak barusan ngomong sama saya?" ulang Abri lagi.
"Menurut mas, Apa di meja ini ada orang lain selain kita berdua?" tidak lupa Moza tersenyum manis melengkapi kecantikan yang ia miliki, memikat pejantan satu ini dengan senyuman mautnya untuk membuat pria itu bertekuk lutut seperti para pria lain yang di jodohkan dengan Windy, yang sudah pasti langsung putar haluan ketika melihat wajah Moza dan langsung menolak keras perjodohan yang sudah di rencanakan memilih mengejar Moza.
Dan itu salah satu alasan terkuat Windy selalu meminta bantuan Moza untuk menemui semua pria yang di jodohkan dengannya, ya ini agar dia gak perlu capek capek dan membuat berbagai alasan untuk menolak perjodohan karena para pria itu akan dengan sendirinya datang ke orangtua mereka membatalkan perjodohan yang sudah di rencanakan dan beralasan ingin mengejar wanita lain yang tidak lain tidak buka adalah Moza.
Lantas Abri menggeleng dengan wajah polos.
Ah, gemas sekali. Karung mana karung?
"Nah, berarti saya lagi ngomong sama mas." suaranya di buat selemah dan selembut mungkin supaya Abri makin kejang kejang.
Seumur umur tidak pernah Moza sok kalem begini.
Abri melongo di tempat, tapi bukan karena Abri terjerat godaan betina satu ini. Tapi karena ia kaget melihat tingkah Moza.
Cantik cantik edan! Pikirnya.
"Gadis edan ini jatuh dari planet bagian mana? Kenapa tiba-tiba mengatakan menolak perjodohan mewakili temannya pula. Memangnya aku mengikuti ajang pencarian jodoh?" batin Abri bertanya-tanya.
Tidak, bahkan Abri sekalipun tidak pernah mengikuti ajang pencarian jodoh. Apa orangtuanya yang melakukan ini? Tapi itu tidak mungkin, seenggak laku anak-anaknya. Saga dan Nada tidak akan pernah melakukan itu dan mereka juga pernah mengatakan sampai anak-anaknya menyerah dalam mencari jodoh baru keduanya akan turun tangan. Tapi Abri belum menyerah dan masih menikmati hidupnya, kesendiriannya. Dan lagi, gadis ini dari mana datangnya hingga tiba-tiba mengatakan menolak perjodohan mewakili temannya. Sudah Abri pastikan gadis ini pasti salah orang, yakin sekali Abri.
"Tapi maaf ya mbak, saya itu tidak lagi menunggu perempuan, teman mbak, apa lagi ikut ajang perjodohan." balas Abri masih berusaha sopan dan bertutur kata selembut mungkin.
Gadis itu malah mendengus dan selanjutnya terkekeh "Hih, gak usah sok malu-malu gitu dong mas, saya tau mas malu kan karena di tolak teman saya. Maaf mas, dia udah terlanjur cinta mati dengan pacarnya. Lagian kalau mas di tolak teman saya, kan ada saya yang jauh lebih cantik." candanya di akhir.
Oho mulutnya Moza, lagi obral kah?
Di ujung sana Windy melambai lambaikan keuda tangannya ke arah berlawanan ke arah Moza yang langsung di tangkap oleh gadis itu Windy menggerakkan bibirnya tanpa suara yang entah apa entah apa maksudnya Moza pun tak mengerti. Ia kembali cuek dan menatap Abri saja, karena menurutnya Windy tidak jelas.
Sementara Abri merapatkan bibirnya berusaha menahan tawanya merasa lucu saja akan gadis di hadapannya ini yang belum menyadari kalau dia salah orang. Biarkan saja Abri menikmati komedi live ini lebih dulu dan melihat sampai mana gadis ini baru sadar. Abri bersedekap dada "cantik, mbaknya cantik memang," Abri menyandarkan punggungnya di kursi sambil menatap wajah Moza lekat dan tidak lupa dengan senyum kecil yang teramat manis "Tapi sayangnya saya gak minat," ya Abri akui gadis itu cantik tapi sayang seribu sayang, akibat di khianati dia agak meragu dengan yang namanya betina.
Deg!
Apa katanya gak minat? Cewek secantik Moza gak memikat pria ini?
Oho Moza, pesonamu ternyata gak mempan di Abri. Temboknya terlalu kokoh Moza.
Lirikan sini langsung Moza layangkan pada Abri.
Sok jual mahal sekali pejantan satu ini. Seumur umur ini ini kali pertama ia mendengar seorang pria tidak tertarik padanya.
Ting!
Saat kembali akan bersuara suara notifikasi dari dua ponsel yang berada di atas meja membuat Moza urung memilih melihat ponselnya lebih dulu.
Astagfirullah, siap salah komandan. Maaf banget saya salah nulis lokasi. Maksud saya cafe yang ada di depan restoran itu komandan, bukan di restoran itu.
Ibam
Abri langsung saja meremas ponselnya mehaan kesal yang tertahan, sudah hampir satu jam loh dia duduk di sini. Ternyata salah tempat. Ingatkan Abri untuk menghukum Ibam berjalan jongkok dari barak bujang ke lapangan tembak.
Sementara di ponsel Moza
Windy🐽 send a picture
Dodol kita salah orang😅
Matanya membulat sempurna kala melihat foto yang di kirim Windy dan dengan pria yang ada di hadapannya jelas sangat jauh berbeda. Sangat berbeda. Jauh... Sekali.
Ya Tuhan, sudah seperti ini baru Windy mengirim fotonya. Moza salah orang. Rasa percaya dirinya yang sudah sampai atas awan seketika langsung terjun bebas.
Malu...
Haduh gusti, mau sembunyi di bawah meja aja kalau sudah begini. Sungguh malunya jangan di tanya. Malu luar biasa.
Sudah meng pede, sok cantik, mana pakek obral lagi, eh ujung-ujungnya malah salah orang.
Menyadari perubahan raut wajah Moza Abri kembali menahan senyum rasa kesalnya pada anggotanya langsung sirna melihat raut malu dan takut Moza, lalu selanjutnya Abri berdiri dari duduknya. Dan Moza mengikuti pergerakan pria itu yang ternyata sangat tinggi, tau tiang listrikkan? Nah Abri ini kembarannya. Moza bisa tebak, tingginya mungkin mendekati 2 meter. Kepalanya saja sampai pegal karena terlalu mendongak.
Abri meninggalkan uang selembar berwarna merah di atas meja untuk membayar kopinya. "Maaf ya mbak, saya duluan. Sekali lagi, bilang ke temannya pastikan dulu orang yang mau di jodohin. Jangan malah buat mbak malu mewakili teman mbak gini." ledek Abri, lalu pergi.
Moza tidak bisa berkata apa-apa lagi ia kembali menunduk menahan malu.
"Mamih Moza malu..." batinnya menjerit.
Ini semua karena Windy yang telat mengirimkan foto pria itu. Seketika Moza langsung menatap ke Eah Windy dengan raut horor, sangat menyeramkan membuat Windy nyengir kikuk sambil angkat tangan ke udara dengan jari telunjuk dan jari engah yang membentuk angka dua "peace."
"WINDY!" pekik Moza tak tau tempat.
Nyongkel ginjal sahabatnya gak dosa kan ya? Rasanya dia ingin memutilasi sahabatnya saat ini juga.
Windy sudah lari, kabur lebih dulu meninggalkan Moza, dia takut di telan hidup hidup. Sumpah, Moza kalau lagi marah bumi dan seisinya pun bisa masuk kedalam mulut gadis itu.
...Visual fiksi bang Abri 👆...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Nova Fitria
Thor enggak niat buat visual nya gambar nyata misalnya yang yang gitu artis cina
2025-02-09
1
Arieee
ngakak🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2025-02-02
1
DozkyCrazy
wkwkkw
2024-11-13
1