Sebulan telah berlalu...
Sejak kejadian memalukan itu Moza dan Abri tidak pernah bertemu, kalau perlu jangan pernah bertemu lagi. Itu sangat memalukan untuk Moza sendiri. Dan untuk Windy si biang kerok masalah sudah dapat di pastikan mendapatkan potong gaji selama tiga bulan dari Moza sebagai hukuman pada gadis itu karena sudah mempermalukan dirinya.
Kejadian itu juga tak di ketahui oleh siapapun, hanya Moza, Windy dan juga Abri tentunya. Lain dari itu tak ada satu orang pun yang tau. Bahkan Aji selaku ajudan Moza yang berada di manapun gadis itu berada saja tak tau kejadian memalukan itu, apa lagi orangtuanya. Lagian kejadian memalukan untuk apa Moza beritahukan orang orang sekitarnya? Bukankah itu hanya untuk membuatnya lebih malu lagi?
Lupakan kejadian yang memalukan yang sudah berlalu itu. Sekarang fokus akan masa kini saja.
Pagi pagi sekali Moza sudah bangun dan juga rapih dengan menggunakan dalaman Ten top berwarna putih dengan luaran Hoodie crop top berwana abu serta bawahan celana hot pents berwarna hitam. Tampaknya gadis itu akan berolahraga di hari weekend seperti ini, apa lagi setiap weekend begini akan ada car free day di sekitaran bundaran HI yang membuat Moza makin semangat. Maklum Moza itu pecinta hidup sehat seperti sang papi. Jadi tidak ada hari weekend untuk tidur sampai siang, no bukan anak papi Hamzah sekali itu.
"Mami, Oza ke car free day dulu ya." Ujarnya ketika ia berjalan ke dapur di mana Clara sedang membuat sarapan. Moza mencomot roti lapis yang sudah tersaji di atas meja, Moza tebak roti lapis ini adalah jatah sang papi karena menggunakan selai kacang favorit Hamzah tapi walaupun begitu Moza tetap memakannya karena Sarapan yang di buat Clara belum selesai sementara dia sedang buru buru.
"Mau ke car free day sama siapa? Aji lagi gak dirumah loh ini dek." Tanya Clara sambil memotong sayur, ia teringat akan ajudan pribadi sang putri yang saat ini tengah di panggil atasannya ke tempat satuannya bertugas sejak dua hari lalu sampai saat ini belum kembali.
"Ya sendiri mi."
Clara menghentikan kegiatan potong memotong sayurnya "gak gak, mami gak mau kamu kenapa Napa ya za. Sama mayor Marwan aja kalau gitu." Usul Clara.
Moza belum sempat menyela ucapan Clara, maminya itu sudah memanggil Ajudan sang papi. "Wan, wan." Panggil Clara setelahnya dan tak berapa lama muncullah Marwan dari dekat kolam renang dengan tubuh penuh dengan peluh keringat sepertinya ajudan Hamzah itu juga tengah berolahraga pagi di ruang gym.
"Siap, Bu. Ada apa?" Tanya Marwan sopan begitu tiba dengan nafasnya agak ngos ngosan.
"Kamu temani oza ya wan ke car free day hari ini."
"Gak usah mi, oza bisa sendiri." Tolak Moza keras sebelum sempat Marwan menjawab. Jujur ya, semakin pangkat papinya tinggi semakin pula Moza tidak bisa bebas dalam bersosialisasi. Kesana kemari pasti di jagain seakan akan dia itu berlian berharga yang takut sekali di curi. Padahal ada pun tidak orang yang mau menculik dirinya.
"Mohon Izin Bu, tapi jam delapan nanti saya mau antar bapak dinas ke istana." Walaupun hari Minggu, tetap saja kalau jadi ajudan tidak ada daftar liburnya, hari libur itu tak menentu di kalender ajudan. Ya kalau komandan mereka kemana ya mereka harus ikut walaupun sedang hari libur.
"Nah, tu denger sendiri kan mi ketemu bapak presiden itu lebih penting loh ketimbang ngawal Moza. Kan mayor?"
Marwan yang di tanya hanya mengangguk saja.
"Nah, kan! Oza gak papa sendiri mi, oza juga udah besar bisa jaga diri. Gak akan terjadi apa apa mi. Percaya deh sama Oza." Rayu gadis itu. Setidaknya sekali saja ia ingin merasakan hidup seperti dulu lagi, di saat sang papi masih menjadi prajurit biasa.
Clara menghela nafas perlahan. "Minta izin papi dulu sana. Kalau papi izinin mami juga kasih izin." Final Clara pada akhirnya memasrahkan keputusan pada Hamzah, karena mau bagaimana pun Hamzah lah yang paling over protektif pada putri bungsunya ini sampai sampai beberapa kali memerintahkan prajurit untuk menjadi ajudan sang putri. Entah apa yang di takutkan pria satu itu.
"Ada apa ini?" Belum sempat Moza meng iyakan ucapan sang mami, Hamzah sudah turun dengan pakaian olahraganya sepertinya akan bersiap keruang ruang gym untuk olahraga pagi sejenak.
Moza nampak melirik sang mami lebih dulu meminta pertolongan karena ia tau membujuk Hamzah itu jauh lebih sulit dari membujuk Clara.
"Kenapa?" Tanya Hamzah sekali lagi sambil menatap satu persatu wajah wajah orang yang ada di sana karena tak mendengar satupun jawaban yang keluar dari bibir mereka.
Clara memberi kode pada sang suami dengan melirik Moza tentu saja Hamzah yang tatapan terakhirnya jatuh pada sang istri langsung menangkap kode dari sang istri.
"Adek kenapa?" Tanya Hamzah pada sang putri bungsu tidak lupa memberikan elusan di kepala sang putri dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.
Moza langsung saja nyengir kembali melirik sang mami dari ekor matanya sementara Clara langsung mengedikkan bahunya acuh. Biar saja putrinya berusaha untuk membujuk papinya. Clara milih lanjut masak bersama salah satu art nya.
Moza menerjang tubuh sang papi dan memeluk pinggang Hamzah manja lebih dulu, ini adalah senjata andalannya untuk merayu sang papi agar luluh.
Hamzah yang paham betul kelakuan putri bungsunya lantas tersenyum "pasti ada maunya ya ini. Adek mau apa?" Todong Hamzah langsung.
Moza lantas tersenyum manis tau saja papinya ini kalau Moza sedang mode manja begini pasti ada maunya. "Gini Pi..." Ia mengurai pelukannya beralih merangkul tangan Hamzah menuntun pria itu untuk duduk salah satu kursi yang terdapat di meja makan, dan Moza beralih memijat pundak Hamzah untuk memperlancar aksinya.
Melihat aksi sang putri yang mengeluarkan jurus jurus andalannya untuk merayu sang papi, Clara hanya bisa geleng geleng kepala.
"Emm... Berhubung ini weekend... Dan seperti biasa Oza pingin ke car free day di bundaran HI... Tapi kan letnan Aji lagi gak disini kan ya? Terus mayor Marwan juga mau temani papi dinas juga kan ya?" Sejak tadi kepala Hamzah sudah manggut-manggut mendengar rentetan kalimat dari sang putri sambil menikmati roti lapis yang sudah tersedia di atas meja juga pijatan di kedua pundaknya.
"Jadi boleh kan ya Oza keluar ke car free day sendiri?" Tidak lupa di akhiri dengan senyuman manis sebagai senjata terakhir andalannya meluluhkan sang papi.
Hamzah langsung menoleh kebelakang sedikit mendongak agar dapat melihat wajah putrinya "gak boleh."
"Papi....!"
"Papi bilang gak ya gak Oza!"
"Why? Why can't it be?"
"Di luar itu berbahaya sayang buat kamu. Jadi kalau gak ada yang ngawal gak boleh keluar."
"Papi... Di car free day itu ramai loh orang, siapa yang berani macam macam sama aku. Gak ada Pi. Ayo lah please."
"Tapi Oza—"
"Oza bisa jaga diri Pi, beneran deh sumpah. Di luar sana juga gak ada orang yang tau kalau Oza itu anak panglima jenderal kan? So there is no problem." Potong Moza. "Ya Pi ya, sekali ini aja, Oza pingin kayak dulu lagi bebas kemanapun sendiri." Rayunya lagi dengan puppy eyes yang sudah jelas tak mampu di tolak oleh Hamzah.
Hamzah menghela nafas pelan, ia paham betul jika jabatannya malah lebih membuat putri bungsunya ini tak bebas. Tapi mau bagiamana itu resiko anak seorang petinggi, bahaya sudah pasti mengintai anaknya di luar sana. Tapi sekali ini saja dia tidak apa kan membebaskan Moza, ia tak mau putri kesayangannya ini juga jadi membencinya kelak. "Oke, tapi kamu harus hati hati ya." Putusnya.
Dengan full senyum Moza mengangguk dengan semangat tidak lupa matanya berbinar senang. "Siap pak bos." Di akhiri dengan memberi hormat pada Hamzah. Ia beralih menoleh, menatap sang mami yang berada di dapur untuk meminta pendapat lalu melihat sang mami mengangguk dan tersenyum padanya sontak membuat Moza melompat di tempat dengan bahagia.
"Oza pergi dulu." Tidak lupa ia mencium pipi Hamzah kanan kiri lalu berlari ke maminya dan melakukan hal yang sama pada Clara.
"Nona, saya gak ikut di kecup juga nih?" Tanya Marwan.
Kontan dapat pelototan tajam dari Hamzah.
Marwan lantas cengengesan "Siap salah pak, saya cuma bercanda kok." Ya, mana berani dia minta di kecup putri cantiknya panglima jenderal satu ini. Bisa bisa langsung tembak di tempat dia yang ada.
Kalau pada nanya kemana Julian, Fira dan Sean berada? Tentunya masih pada molor, tidur soalnya weekend.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
💗 AR Althafunisa 💗
up lagi aka author yang baik, berasa kurang terus sy bacanya 😁❤️❤️❤️
2024-09-02
1