Dokter Obgyn Ini Suamiku
...°{ Happy Reading }°...
"Ini Bun, tinggal Kau minum," perintah seorang wanita cantik menggunakan pakaian hilary slik dress berwarna merah hati. Ia menunjuk nampan berisi sebuah pil dan air putih untuk di minum gadis muda nan cantik di hadapannya.
Wanita muda itu tanpa berpikiran panjang langsung meminumnya. Keputusannya sudah sangat bulat untuk melakukan semua sesuai keinginannya.
Mata cantik dengan bulu mata lentik, hampir saja berkaca-kaca sesaat melihat penampilannya yang terlalu terbuka. Ya, gadis itu tak pernah berpenampilan terbuka sedikitpun. Ia adalah wanita yang menutup auratnya dan menjaga kesuciannya.
Namun malam ini ia tampak sukarela menjual dirinya demi kesembuhan sang ibunda tercinta.
Perasaan menakutkan namun penuh pengorbanan. Bunga_gadis tujuh belas tahun, melangkahkan kakinya secara paksa menelusuri lorong untuk sampai ke kamar yang telah di sediakan.
Ya, malam ini Bunga menjual keperawanannya. Ibunya terjangkit penyakit yang saat ini marak terjadi di kalangan masyarakat akibat pergaulan bebas.
Sang ibu, mengalami penyakit HIV, setelah tertular dari ayahnya yang ternyata di luaran sana bermain wanita, berjudi, dan meminum alkohol.
Gadis malang yang hidup terlalu pelik. Kerja siang malam banting tulang setelah pulang dari sekolah. Uang gajinya kali ini tak dapat memenuhi pengobatan kedua orang tuanya.
Kondisi mereka boleh di katakan begitu miris. Ayahnya yang sakit-sakitan masih juga bekerja dan melakukan aktifitas sesuka hatinya. Tak menyangka juga, sang ayah berhutang ke rentenir untuk bisa memuaskan hasratnya.
Timbulnya Bunga yang menjadi korban kekerasan. Tak sedikit pula lebam pada sekujur tubuhnya melukis dengan jelas. Habis kepalang sakit dari pada ibu tercintanya meninggal, gadis itu mencari uang yang banyak untuk mengobati dan membawa wanita yang terbaring di rumah sakit pergi sejauh mungkin.
Awalnya Bunga akan ragu ia akan tidur dengan pria yang mempunyai penyakit tersebut. Nyatanya persyaratan itu meyakinkan Bunga bahwa pria hidung belang yang akan membelinya dalam keadaan bersih dan sehat.
Sebelum ke sana Bunga juga sudah melakukan tes kesehatan terlebih dahulu. Ia mempersiapkan dirinya agar terlihat lebih menarik. Bunga harus bisa melayani dan memuaskan kliennya.
...***...
"Gue kalah taruhan!" seru Gon meletakkan kartu kamar untuk temannya Ali.
Duduk santai sembari memijit pelipisnya, garis bibir pria matang itu sedikit meninggi. "Jadi apa yang Lo kasih, apartment or car?" kedua matanya melirik kartu yang tampaknya kunci kamar hotel.
Yah, kedua pria itu melakukan taruhan. Taruhan yang cukup menggelitik di telinga. Apa itu? Mereka berdua menghitung berapa langkah semut berjalan untuk sampai ke lubang yang mereka tentukan.
Alhasil Gon kalah! Bagaimana bisa? Tentu karena permainan yang hanya menebak berapa langkah semut berjalan sambil menutup mata menggunakan kain hitam, menjadi perhitungan yang menebarkan.
Keduanya seperti gabut tak berkesudahan. Sampai-sampai pertandingan tersebut saja berhadiahnya cukup fantastis.
"Ini lebih yang Lo harapkan. Seumur hidup menjadi investasi Lo Li." Gon meyakinkan.
Ali mengambil sesuatu yang ia sendiri bingung ada apa di kamar itu. "Kalau nggak seumur hidup, gue minta dua kali lipat." Ali membolak-balik kartu di tangannya sembari menebak ada apa di kamar itu. Jaminan seumur hidup untuk berinvestasi. Mungkin sebuah surat saham yang sepertinya sering mereka berikan satu sama lain.
Kebetulan Ali sedang libur besok, sekalian ia tidur di kamar hotel bintang lima dengan fasilitas yang cukup membanggakan, hal itu sering juga ia lakukan.
"Whatever you ask me to do." Gon menyetujui. "Silahkan Lo ke sana. Kebetulan gue lagi ada pasien. If you need any questions, please feel free to contact me." Gon membentuk tangannya ke telinga. Ia pun berlalu meninggalkan Ali sendirian.
Ali tersenyum tipis. Ia juga begitu berlalu untuk datang ke tempat yang di berikan temannya itu. Setelah seharian banyak melakukan operasi sesar, ia tampak kelelahan dan ingin sekalian beristirahat.
"Hai Li," sapa wanita cantik yang hampir melintasi pria di sampingnya. "Ngapain Lo di sini?" tanyanya sembari memegang minuman di tangannya.
"Kebetulan gue lagi ada kerjaan aja. Lo ngapain di sini?"
"Sama ada kerjaan juga. Besok Lo liburkan Li, temenin gue dong belanja, kebetulan—"
"Sayang, ngapain sih Kamu di sini?" tanya seorang pria yang terlihat sekali lingkaran matanya menunjukkan kurang tidur, mendekati sampai merangkul pinggang wanita tersebut.
"Aku lagi ngomong sama temen aku Sayang—Oh ya Li, sorry gue ada kerjaan. Besok gue hubungi Lo lagi kalau jadi,"
Ali mengangguk mantap, ia tak lupa pada wajah pria yang merangkul teman sekolahnya waktu SMA.
Seperti biasa pria tampan yang masih berstatus single dengan usianya yang tak muda lagi menjadi tameng teman-teman wanitanya.
Ya, walau Ali sendiri secara tidak langsung di lirik oleh teman-temannya untuk di jadikan suami, namun pria itu mempunyai standarnya sendiri. Bertemu dengan wanita yang pandai menutup dan menjaga diri, hal itu yang paling menjadi prioritas utama bagi Ali. Tak masalah berapa usianya. Ia akan menerima calon istrinya nanti.
Ali telah sampai di kamar sesuai angka pada kunci tersebut. Yah, apa pun yang di berikan temannya yang berprofesi dokter spesialis kulit dan kelamin itu akan ia terima.
"Om, tolongin aku, Om." suara berasal dari wanita di hadapannya. Ali begitu terperanjat melihat wanita yang terduduk di pinggir tempat tidur sembari memegang dadanya yang terlihat sangat sesak.
Sontak kata istighfar pria itu lontarkan. Tubuh wanita muda di hadapannya terlihat sekali dalam pengaruh obat-obatan. "Apa Kau merasakan sesuatu?"
"Panas Om, panas banget. Aku nggak tahan Om." Bunga secara perlahan membuka pakaiannya.
Ali cepat tanggap dengan hadiah yang di berikan Gon. 'Kelewatan banget dia,' Ali menggendong Bunga untuk masuk ke dalam kamar mandi dan meletakkan ke dalam bathtub. Sembari menggeliat-liat wanita muda itu terus membuka pakaiannya.
Ali tak mengidahkan pergerakan Bunga yang tanpa sadar gadis itu mempertontonkan segala lekuk tubuhnya. Ali dengan cepat memutar keran agar air terus merendamkan tubuh wanita di hadapannya. Berhubung ia telah terbiasa melihat rupa wanita sesuai pekerjaannya. Ali tak mudah tersulut pada penglihatannya. Baginya Bunga seperti pasiennya.
"Om, tolong. Aku nggak kuat." Bunga terus mengeliat-liat.
"Apa yang Kau lakukan di sini? Kau itu masih muda! Seharusnya Kau nggak boleh kayak begini." Ali tak bisa memaafkan temannya itu.
Bunga tak menjawab. Ia malahan mendesah cukup kuat.
Ali tersadar, ia tak seharusnya bertanya di saat kondisi Bunga terlihat sekali menderita akibat obat tersebut.
"Tahanlah sebentar! Obat itu akan hilang dengan sendirinya." Ali terus melihat jam tangannya sembari memeriksa denyut nadi Bunga yang cukup intens berdetak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Yus Warkop
lanjut
2024-10-25
0
Ekha, S
Ini investasi yang di katakan Gon bagus juga beda dari yang lain wkwkwk
2024-08-08
0
kaylla salsabella
semoga bunga jodoh kang ali
2024-08-07
0