Ch ~ {Kurang nyaman}

Sudah beberapa hari gadis cantik terlihat pucat itu tertidur tak sadarkan diri. Bunga akhirnya bangun dengan bayangan pertama kali ia ingat, perlakuan ayahnya, termasuk, 'Kiki!' matanya seketika membuka lebar. Cairan bening mengalir bebas dari sudut mata indahnya yang terpaku menatap langit-langit ruangan.

Perawat cantik baru saja masuk. Ia harus menyampaikan berita tersebut secara paksa. Itu semua juga atas perintah atasannya. Begitu berat ia lakukan. Namun tak ada jalan lain selain memberitahukan. Lagian pada akhirnya Bunga juga akan tahu.

Sebelum itu Zaskia, hanya melihat-lihat terlebih dahulu bagaimana kondisi dari wanita muda yang belum sadarkan diri sejak dalam masa perawatan. Namun melihat Bunga yang terlihat sudah sadar sesaat mereka tidak ada. Syukurlah gadis itu melewati masa kritisnya.

"Apa Adek mau sesuatu?" tanyanya ingin memastikan keadaan Bunga terlebih dahulu.

Bunga mengalihkan pandangan ke Zaskia dengan tetapan menyedihkan. Ia menggeleng pelan. "Apa kabar adek dan ibuku, Kak?" hanya itu yang Bunga inginkan. Ia begitu takut kehilangan kedua orang yang sangat ia sayangi.

Kegelisahan yang tak mampu Zaskia tutupi. "Kalau adekmu, masih kritis. Kalau ibumu...." Zaskia tak sanggup menyampaikan berita tersebut.

Bunga belum apa-apa sepertinya ia telah mengetahui bagaimana kondisi ibunya yang tak akan bisa kembali bersamanya.

"Barusan aja meninggal Dek." perawat itu memegang tangan Bunga. "Sabar ya Dek."

Ada napas yang sangat tercekat di kerongkongan Bunga. Sesak untuk di tarik, Bunga pada akhirnya menumpahkan semua yang ia tahan.

...***...

Ali tak bisa melakukan apapun sesaat wanita dewasa di hadapannya telah terbujur kaku di tempat tidur. Semua tubuhnya di tutup kain putih. Ternyata operasi yang telah dilakukan tidak membuahkan hasil.

Gon memenepuk pelan bahu Ali. Kedua mata pria itu memerah. Ia tak bisa juga menutupi kesedihannya. "Kita sudah berusaha sekuat mungkin. Kita nggak bisa melawan takdir yang allah tetapkan." Gon menghapus air matanya. "Tadi sempat dia siuman. Satu kata yang dia berikan sebelum menghembuskan napas terakhirnya. Dia menitipkan anak-anaknya padaku. Lalu aku harus apa?" Gon menangis sejadi-jadinya.

Ali pula yang sekarang mengelus-elus punggung Gon. Mereka berdua bagaikan kehilangan keluarga kandung saja. Siapa yang tak bersedih sesaat musibah begitu berat menimpa ketiga wanita muda beda usia itu.

Daniel masuk ke ruangan mayat dengan tergesa-gesa. "Bunga barusan sadar. Tapi anak itu kembali pingsan mendengar ibunya meninggal. Kondisinya kembali drop."

Ali baik Gon tak dapat berbuat apa-apa juga pada kondisi Bunga yang saat ini dalam kondisi trauma berat. Mereka bertiga kembali berjalan keluar ruangan.

"Yang penting kita sudah berusaha," ucap Gon. "Mudah-mudahan Andrean tobat setelah menjalankan masa tahanan yang hanya batas lima tahun aja. Belum di potong nilai baiknya, serta masa pengobatan. Ya, mudah-mudahan sih dia berubah."

Ali berhenti melangkah di ikutin Gon dan Daniel. Ali terperanjat melihat Donita tengah duduk di depan ruang pemeriksaan khusus penyakit HIV. Perasaannya menjadi gusar mengingat teman SMA-nya bersama pria yang sedang mendekam di dalam penjara itu.

"Ali!" ucap Donita dengan wajah cemas.

"Lo ngapain di sini?" Ali menghilangkan pikiran negatifnya. Siapa tahu keluarganya wanita itu tengah menjalankan pemeriksaan.

"G-gue, lagi nganterin keluarga periksa." Donita sangat gugup menjawab.

Sudah Ali duga. "Sakit apa Ta? Apa perlu gue—"

"Nggak! Nggak usah Li! G-gue hanya ambil hasil. pemeriksaannya aja."

Ali mengerutkan kedua alisnya.

"Ibu Donita!" panggil perawat melalui ruangan di hadapan mereka.

Kedua mata Donita terbelalak dengan namanya di sebut.

"Lo—"

"Iya Sus." Donita berlarian masuk ke dalam ruangan tanpa menghiraukan Ali lagi.

Ali sendiri menjadi terpaku. Kecurigaannya membenarkan penyakit yang dialami Donita.

"Siapa? Pacaran Lo?" tanya Daniel.

"Serius Li? Itu cewek salah satu pasien yang terkena virus HIV!" tanya Gon sembari berbisik.

Kedua mata Ali terbelalak. Ia pun di tarik Daniel masuk ke ruangan Ali yang berhadapan dengan ruangan pemeriksaan Donita.

Tak menyangka tapi hal itu bisa saja terjadi. Ali sangat tahu akan kebebasan salah satu temannya itu.

"Di tanya dari tadi, Lo diam aja! Lo pacaran sama dia?" tanya Daniel sembari duduk.

Ali ikut duduk di kursi kesayangannya. "Nggak! Dia temen SMA gue. Dia sering ngajak jalan. Kami juga nggak ada hubungan spesial apa pun. Kalian pasti sudah sangat bosan mendengar pilihan gue yang maunya nikah dulu baru pacaran. Terakhir ketemunya, waktu kita taruhan di hotel pas gue mau ke kamar. Malam itu dia sama bapaknya Bunga. Gue aja kaget selama temenan sama dia, gue baru tau kalau ternyata selama ini dia itu juga simpanan bapaknya Bunga."

"Jadi soal Bunga sama Kirana gimana sekarang?" tanya Gon tak ingin membahas Donita lagi. Sekilas dari cara berpakaian wanita itu saja sudah membuktikan bahwa Donita termasuk wanita murahan. Beda dengan Ali dan Daniel yang berpikiran itu pakaian kekinian zaman now.

"Iya terpaksa kita cari tempat buat mereka sampai bapaknya keluar dari penjara," balas Daniel.

"Nggak! Gue nggak terima kalau kedua anak itu di pertemukan sama bapaknya lagi." Ali harus mencari jalan untuk melindungi kedua wanita itu.

"Kenapa? Kita nggak tau hati manusia Li? Siapa tau Andrean berubah," Daniel begitu optimis.

"Iya syukur-syukur dia berubah. Kalau enggak?" Ali mengeluarkan alat perekam dan menghidupkannya.

Geram, kedua pria itu terlihat ingin memecahkan meja kerja Ali. "Satu caranya hanya di Lo. Nikahi, atau gue yang mencari pria lain untuk menikahi Bunga." Gon tak ingin tinggal diam saja.

"Bener kata Gon. Kita cuma punya jalan itu aja. Setelah Lo menikahi Bunga, Lo punya hak penuh. Kita akan cari cara biar bapaknya merestui dan menikahkan putrinya tanpa sentuh menyentuh. Gue takutnya Bunga baik Kirana, pasti memiliki trauma untuk bertemu dengan Andrean." Daniel baru kepikiran. Mereka tak bisa juga mempertemukan Andrean pada anak-anaknya.

Ali masih memijit pelipisnya. "Beri gue waktu. Lagian Bunga masih belum sadar."

"Gue tau ini pasti berat buat Lo yang menikah terpaksa kayak begini. Bukannya Lo memang mau menikah dan pacaran setelah menikah?" Gon yakin hanya bisa menyerahkan kedua wanita muda itu pada Ali. "Dia memang masih muda Li. Lambat laun dia juga jadi dewasa nantinya. Gue percaya sama Lo yang akan menjaga Bunga dan Kirana."

"Cinta bisa menyusul Bro!" Daniel ikut menghasut. "Tapi jika Lo kebelet, gue siap menyediakan stok pengaman buat Lo."

Ali menatap tajam Daniel. "Tanpa pengaman juga gue bisa. Berhubung ini wanita masih usianya di bawah umur, gue masih ragu. Gue juga nggak bisa main nikah tanpa persetujuan Bunga. Mana anak itu kayaknya di sekolah penuh dengan tekanan."

"Gue juga denger dari para tetangganya yang ngadu kalau Bunga di panggil ayam kampung," ucap Gon. "Gue rasa Bunga pindah sekolah aja. Kebetulan gue punya keluarga yang menjadi kepala sekolah di sana. Dia juga bisa di pantau dan tentunya bisa di ajak kompromi kalau Bunga sudah menikah sama Lo."

Ali memindahkan tatapannya ke Gon.

"Ya entar jika Lo udah memiliki keputusan. Lagian jika bukan Lo, gue akan cari yang lain. Calm! You don't need to remove your fangs." Gon ketakutan sendiri di tatap Ali bak ingin menelannya.

Ali ragu. Ia juga tak bisa membiarkan Bunga bersama pria lain. Aneh, hatinya kurang nyaman. Ia kepikiran dengan pria yang tak bisa menjaga Bunga dan Kirana dari Andrean.

Terpopuler

Comments

Ekha, S

Ekha, S

nikah aja Li jgn ragu" kasian juga bunga kalo dia nikah sama orang yang ujungnya di ketemu ama bpknya disakiti lagi dia

2024-09-10

0

Eva Karmita

Eva Karmita

terimakasih sudah up ya Otor dan semoga dikasih up lagi semangaaaatt 💪🥰

2024-09-07

1

kaylla salsabella

kaylla salsabella

lanjut thor semangat berkarya thor 🥰🥰🥰

2024-09-07

1

lihat semua
Episodes
1 Ch ~
2 Ch ~
3 Ch ~
4 Ch ~ {Tidak begitu tenang}
5 Ch ~ {Tak tinggal diam}
6 Ch ~ {Tak berdaya}
7 Ch ~ {Berusaha}
8 Ch ~ {Berontak}
9 Ch ~ {Khawatir}
10 Ch ~ {Bersyukur}
11 Ch ~ {Kesal dan Kesedihan}
12 Ch ~ {Kurang nyaman}
13 Ch ~ {Histeris}
14 Ch ~ {Sebanding sama saja setara}
15 Ch ~ {Sebagai bentuk penyemangat}
16 Ch ~ {Mengambulkan permintaan}
17 Ch ~ {Cukup sadar}
18 Ch ~ {Pendekatan}
19 Ch ~ {Tak sekuat baja}
20 Ch ~ {Ketahuan}
21 Ch ~ {Jalan yang harus di pilih}
22 Ch ~ {Merasa sedikit lebih aman}
23 Ch ~ {Penuh sindiran}
24 Ch ~ {Tatapan dan teguran}
25 Ch ~ {Mengundurkan diri}
26 Ch ~ {Keputusasaan di ujung harapan}
27 CH ~ {Cahaya di tengah luka}
28 Ch ~ {Kehangatan keluarga}
29 Ch ~ {Awal yang baru}
30 Ch ~ {Antara peran dan perasaan}
31 Ch ~ {Dalam hening malam}
32 Ch ~ {Komitmen dan keteguhan}
33 Ch ~ {Tekad yang tersulut}
34 CH ~ {Permainan licik di balik dapur}
35 Ch ~ {Malam penuh rasa}
36 Ch ~ {Penuh kejutan dan tawa}
37 Ch ~ {Jejak takdir}
38 Ch ~ {Kebenaran yang memisahkan}
39 Ch ~ {Langkah terakhir bersama}
40 Ch ~ {Kembali ke rumah}
41 Ch ~ {Pilihan yang tersimpan}
42 Ch ~ {Perasaan yang tersembunyi}
43 Ch ~ {Awal dari sesuatu yang baru}
44 Ch ~ {Dilindungi}
45 Ch ~ {Undangan}
46 Ch ~ {Persiapan}
47 Ch ~ {Berbeda}
48 Ch ~ {Rencana}
49 Ch ~ {Aku aja yang tanggung jawab}
50 Ch ~ {Mengungkapkan perasaan}
51 Ch ~ {Awal yang baru}
52 Ch ~ {Frustasi}
53 Ch ~ {Istri pengganti}
54 Ch ~ {Nyaman dan aman}
55 Ch ~ {Perasaan cemas}
56 Ch {Bimbang}
57 Ch ~ {Merasa bersalah}
58 Ch ~ {Mencoba memahami}
59 Ch ~ {Jalan-jalan}
60 Ch ~ {Tegang}
61 Ch ~ {Kadang hidup itu memang aneh}
62 Ch ~ {Tamat}
63 Ch ~ {Bab Spesial}
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Ch ~
2
Ch ~
3
Ch ~
4
Ch ~ {Tidak begitu tenang}
5
Ch ~ {Tak tinggal diam}
6
Ch ~ {Tak berdaya}
7
Ch ~ {Berusaha}
8
Ch ~ {Berontak}
9
Ch ~ {Khawatir}
10
Ch ~ {Bersyukur}
11
Ch ~ {Kesal dan Kesedihan}
12
Ch ~ {Kurang nyaman}
13
Ch ~ {Histeris}
14
Ch ~ {Sebanding sama saja setara}
15
Ch ~ {Sebagai bentuk penyemangat}
16
Ch ~ {Mengambulkan permintaan}
17
Ch ~ {Cukup sadar}
18
Ch ~ {Pendekatan}
19
Ch ~ {Tak sekuat baja}
20
Ch ~ {Ketahuan}
21
Ch ~ {Jalan yang harus di pilih}
22
Ch ~ {Merasa sedikit lebih aman}
23
Ch ~ {Penuh sindiran}
24
Ch ~ {Tatapan dan teguran}
25
Ch ~ {Mengundurkan diri}
26
Ch ~ {Keputusasaan di ujung harapan}
27
CH ~ {Cahaya di tengah luka}
28
Ch ~ {Kehangatan keluarga}
29
Ch ~ {Awal yang baru}
30
Ch ~ {Antara peran dan perasaan}
31
Ch ~ {Dalam hening malam}
32
Ch ~ {Komitmen dan keteguhan}
33
Ch ~ {Tekad yang tersulut}
34
CH ~ {Permainan licik di balik dapur}
35
Ch ~ {Malam penuh rasa}
36
Ch ~ {Penuh kejutan dan tawa}
37
Ch ~ {Jejak takdir}
38
Ch ~ {Kebenaran yang memisahkan}
39
Ch ~ {Langkah terakhir bersama}
40
Ch ~ {Kembali ke rumah}
41
Ch ~ {Pilihan yang tersimpan}
42
Ch ~ {Perasaan yang tersembunyi}
43
Ch ~ {Awal dari sesuatu yang baru}
44
Ch ~ {Dilindungi}
45
Ch ~ {Undangan}
46
Ch ~ {Persiapan}
47
Ch ~ {Berbeda}
48
Ch ~ {Rencana}
49
Ch ~ {Aku aja yang tanggung jawab}
50
Ch ~ {Mengungkapkan perasaan}
51
Ch ~ {Awal yang baru}
52
Ch ~ {Frustasi}
53
Ch ~ {Istri pengganti}
54
Ch ~ {Nyaman dan aman}
55
Ch ~ {Perasaan cemas}
56
Ch {Bimbang}
57
Ch ~ {Merasa bersalah}
58
Ch ~ {Mencoba memahami}
59
Ch ~ {Jalan-jalan}
60
Ch ~ {Tegang}
61
Ch ~ {Kadang hidup itu memang aneh}
62
Ch ~ {Tamat}
63
Ch ~ {Bab Spesial}

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!