Ali masuk ke ruangan lainnya, menemui pria yang melaporkannya, setelah memenuhi pemeriksaan dan panggilan di kantor polisi tersebut. Tatapan mata tajam Andrean dengan garis bibir meninggi tipis, pria itu menertawakan permainan serunya. Ia di laporkan oleh orang yang tentunya bermain api terhadapnya.
Ia tak akan tinggal diam dan melaporkan balik kepada orang-orang yang sudah melakukan tindakan kriminal lainnya juga. Nama-nama orang yang terseret tentu termasuk pria yang duduk di hadapannya.
Sedangkan Ali, ia tetap tenang menghadapi Andrean yang terlihat penuh kemenangan.
"Apa Kau ke sini mau memohon padaku agar bisa melepaskanmu?" Andrean tentu tak akan mau melakukan hal itu.
"Nggak ada Pak! Saya juga dinyatakan nggak bersalah dalam kasus ini."
Ya, Ali memang dinyatakan tidak bersalah setelah menjalankan pemeriksaan. Bukti yang mereka bawa juga sudah meyakinkan bahwa mereka tidaklah bersalah.
Andrean terperanjat, kedua matanya hampir saja keluar. "Ini nggak mungkin! Kau pasti telah membayar seseorang agar bisa keluar dengan mudahnya. Kau harus ikut bersamaku di dalam sel ini. Kau juga telah melakukan hubungan badan terhadap Bunga."
Beruntung ruangan itu memisahkan mereka berdua dengan kaca anti pecah. Kalau tidak tadi, mungkin Andrean telah mencengkram leher Ali.
Suara deheman dari pihak kepolisian yang berjaga, membuat Andrean tersadar dan duduk kembali.
Ali tertawa ringan. Ia belum puas untuk memberikan hukuman pada Andrean. Bunga sudah ia anggap sebagai adiknya, maka ia sebagai kakak akan melindungi adik angkatnya itu.
"Apa Bunga belum memberitahukannya pada Anda soal malam itu? Um, kayaknya enggak mungkin deh kalau dia nggak menyampaikannya."
Andrean menunjuk Ali sembari berdesis kesal. Urat-urat wajah serta mulutnya mengeram begitu kuat. Uang yang ia dapatkan dari tabungan Bunga juga sudah raib di sita sebagai tanda bukti. "Enggak mungkin! Malam itu aku sudah menyuruh Leona memberikan obat perangsang pada Bunga. Enggak mungkin juga Kau melewatkannya begitu aja."
Begitulah kenyataannya. Andrean yang memulai duluan menjual tubuh anaknya dengan harga tinggi. Setelah keperawanan Bunga yang ia damba-dambakan hilang, giliran Andrean yang akan menikmati tubuh anaknya sendirian.
Andrean memang meminta Leona sebagai teman mainnya untuk merayu Bunga dengan berbagai macam hal. Termasuklah Gon dan Daniel yang terjerat gara-gara Bunga dengan polosnya menawarkan tubuhnya sendiri secara lantang agar bisa membayar pengobatan ibu kandungnya.
Right on target, Ali tertawa puas dalam hatinya. Sepertinya ia tak sia-sia menemui Andrean. Alat perekam yang ia bawa cukup menjadi bukti tambahan untuk mendekamkan Andrean seumur hidup di dalam penjara.
Ali juga telah mengetahui kejadian itu dari awal. Saat Gon memberikan link berkas pada ponselnya tempo hari. Awal cerita yang tak di percayai Ali. Mendengar dari mulut Andrean seperti ini, tampaknya kisah Bunga tak ada yang dipalsukan sedikit pun.
Namun sepertinya seribu sayang. Wajah Andrean saat ini terlihat pucat pasih. Keringat dingin saja sudah membasahi wajah pria itu. Apakah pria itu kini dalam keadaan baik-baik saja? Ali kepikiran tentang kondisi Andrean.
"Tapi kenyataannya Bunga masih perawan. Saya bukan mau sombong sekaligus pamer. Saya dokter kandungnya yang mengecek langsung organ tubuh Bunga bersama rekan saya untuk mendapatkan visum sebagai tanda bukti. Tentu itu juga sebagai bukti kami yang nggak melakukan demi keuntungan sendiri. Kami juga mendonasikan bantuan untuk kesembuhan adik angkat saya yaitu Bunga dan Kirana. Sedangkan istri Anda, ibu Ayu. Alhamdulillah sudah selesai di operasi." Ali menyerahkan dokumen khusus agar di baca Andrean melalui lubang kecil di antara sekat.
Beruntung sekali Bunga masih perawan. Jika tidak tadi, Ali, Gon, baik Daniel akan mendekam di penjara sementara waktu sampai Bunga sadar. Syukurnya semua tidak terjadi dan membebaskan mereka bertiga. "Sekarang Anda nggak bisa lagi mengganggu mereka."
Andrean malahan tertawa terbahak-bahak sembari membuka dokumen itu. Ia juga merobek berkas di tangannya. Ya, Ali tentu hanya memberikan dokumen fotocopy saja. Ia tak mungkin memberikan berkas aslinya pada Andrean.
Alih-alih ingin melihat jatuhnya Andrean dalam keterpurukan, bisa juga membuka pintu hati pria dewasa itu, malahan membuat Ali terdiam. Sepertinya Andrean tak memiliki sisi baik lagi dalam dirinya.
"Kau kira, Kau punya hak apa untuk menjauhkan aku dengan mereka? Kau bukan siapa-siapa, hanya keluarga angkat aja sudah sombong. Enggak semudah itu Kau dapat melakukannya." Andrean sungguh kesal, anaknya ternyata diam-diam memiliki keluarga angkat kaya raya.
Jika ia tahu dari awal. Andrean tak mungkin melakukan hal itu pada kedua anaknya. Ia lebih baik memperalat anaknya untuk menguras harta pria di hadapannya, dan bersenang-senang dengan wanita yang jauh lebih menggoda.
Namun semua belum berakhir bukan, Andrean mempunyai caranya sendiri untuk menggapai semua itu. Sedangkan di posisi Ali, ia memang tak akan bisa memisahkan keluarga itu. Bukannya dengan cara mendekamkan Andrean seumur hidup di dalam penjara, bisa mempermudah, menyelamatkan keluarga angkatnya.
"Ingat dan dengarkan baik-baik anak muda! Kau kira aku nggak bisa keluar dari sini? Kau pasti menyangka aku akan mati di dalam penjara ini! Oh nggak semudah itu anak muda. Aku bisa bebas dan menjalankan pengobatan selama di sini. Setelah keluar, aku akan mengambil dan bahkan, berbuat itu lagi untuk menikmati badan Bunga."
Ali mengeratkan kedua tangannya. Urat besar di bawah kulitnya terlihat. Gigi grahamnya beradu kuat, serta otot wajahnya kini menegang semua. Telinga dan hatinya begitu panas. Ia tak menyangka Andrean lebih bejat dari dugaannya.
"Katakanlah, apa maumu?" Ali tak memiliki sopan santun lagi terhadap orang yang lebih tua darinya. Untuk apa ia melakukan hal itu, sedangkan Andrean saja sudah memiliki kepala yang otaknya bisa kemungkinan kosong dalam berpikiran jernih.
Andrean kembali tertawa puas. Pria di hadapannya begitu peka juga. "Tak jauh dari kata uang. Kau berikan aku uang dan keluarkan aku dari sini. Sebaliknya, setiap uang yang Kau berikan, Kau bisa tidur dengan Bunga."
Ali semakin mengerang dalam jiwanya. Jika tadi tak ada sekat, bugeman mentah melayang di wajah licik Andrean.
"Lain hal jika Kau menikahi anak itu. Aku akan mencicipinya terlebih dahulu dan tentunya setelah itu baru Kau mencicipinya. Dia masih perawankan? Aku akan mengajarkan agar dia bisa memuaskan suaminya." Andrean sangat senang memberikan pilih yang menguntungkannya.
Tubuh Bunga sangat ia damba-dambakan. Perawan yang belum ternodai, menjadi rasa ketagihan bagi Andrean.
Ali masih bungkam. Ia berusaha menahan gejolak emosinya saat ini. Pria di hadapannya, bukan sesok binatang buas. Bintang buas saja melindungi anak dan istrinya. Sesosok setan atau jin kah yang merasuki jiwa pria itu?
Ia pun berdiri. Lebih baik mencari cara lain untuk bisa melindungi keluarga angkatnya.
"Berpikirlah matang-matang anak muda. Jika itu Kau ingin mereka baik-baik aja," ucap Andrean memberhentikan pergerakan Ali sebelum pria tampan itu pergi.
Andrean memberikan pertimbangan pada Ali, karena pria itu terlihat tak terpengaruh pada permainannya. Ia tak bisa tinggal diam saja. "Jika Kau nggak mau silahkan. Lagian untuk apa Kau susah-susah paya menyelamatkan mereka yang mungkin sebentar lagi akan mati. Tapikan enggak sama Bunga. Aku yakin, aku akan mendapatkannya kembali."
Ali tak mau mendengar perkataan pria bajingan itu. Ia segera berlalu dan meluapkan emosi pada dinding luar ruangan. Hantaman keras melukai punggung-punggung jarinya.
Sungguh kesal perasaan pria tampan itu. Ada rupanya pria yang seperti manusia berwujud setan.
Suara ponselnya memecahkan kekesalannya. Ali segera mengakat panggilan Gon yang memanggilnya. "Assalamu'alaikum. Ada apa?"
"Waalaikumsalam. Lo lebih baik cepat ke sini. Ibunya Bunga meninggal."
Ali memejamkan kedua matanya. 'Innalillahi wainnailaihi rojiun.' perasaan kesal dan kesedihan merasuki jiwanya secara bersamaan. "Gue sekarang kesana." Ali mematikan ponselnya. Ia segera pergi untuk kembali ke rumah sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Yus Warkop
dasar iblis , udah penjarakan saja sampe busuk dendiri
2025-01-05
0
Ekha, S
😢kenapa harus meninggal kak mamanya bunga,,,,ikut sedih jadinya😭😭😭
2024-09-10
0
Ekha, S
Gue sumpahi mati aj ini bpk
2024-09-10
0