"Pasien saat ini dalam masa perawatan. Anda masih bisa menemuinya," ucap perawat yang berjaga.
Untuk kedua kalinya Ali memutuskan bertemu dengan Andrean demi calon istrinya Bunga dan adik iparnya Kirana.
Hari ini bertepatan pula gadis yang menjadi calon istrinya berulang tahun. Ya, Ali akan menjadikan hari ulang tahun gadisnya menjadi anniversary mereka nanti. Sungguh, ini membuat telinga pria matang itu memerah. Garis bibirnya saja menarik ke atas.
Penampakan Andrean, sudah berakhir dengan kondisi penuh dengan selang. Ya, pria itu akhirnya kritis juga. Namun entah mengapa, sepertinya Tuhan belum berminat untuk mengambil nyawa pria yang telah menyebarkan penyakit mematikan itu.
Mungkinkah ini juga faktor imun tubuh pria dewasa itu cukup kuat? Bisa jadi kemungkinan.
"Kau pasti bahagia melihat penampakan ku kayak begini." Andrean tertawa tipis. Belum Ali duduk, pria matang itu mencecarnya duluan. Mulut yang di tumbuhi banyak jamur dan di pasang oksigen, masih bisa berbicara buruk. Sungguh sangat Ali sayangkan.
"Anda selalu berpikiran negatif Pak Andrean." Ali berbicara santai dengan ia duduk di kursi. Lagian perkataan Andrean tak berarti buatnya. Mau pria itu memukulnya juga, ia tak akan mengalah sedikit pun.
Tawa renyah namun tipis Andrean lakukan. "Aku sudah melihat berbagai macam orang kayakmu selama aku mendekam di sini. Pergilah jika Kau datang hanya untuk menggunjingku. Lagian hal itu hanya akan menghabiskan tenagamu aja. Tapi ingatlah baik-baik. Walau aku kayak begini. Aku akan sembuh dan mengambil kedua putriku yang Kau simpan itu." Andrean tak akan putus asa dengan keinginannya.
Sudah seperti ini masih saja niat buruk pria matang itu terukir. Ya, usia Ali dan Andrean tak terlalu jauh, hanya lebih tua Andrean tiga tahun saja. Bedanya Andrean menikah muda akibat menghamili wanita yang kini telah damai di alam sana. Lahirlah Bunga yang seperti anak tak diinginkan oleh Andrean. Anak yang membuat hidupnya menderita, termasuk Kirana yang menambah bebannya.
Siapa yang berbuat, dia yang harus bertanggung jawab. Itu yang seharusnya menjadi pola pikiran terbaik untuk Andrean. Tapi pria itu terus saja menyalahkan anak dan istrinya. Seorang ayah yang tak pantas di sebut ayah.
Seharusnya Andrean seperti Ali. Pria yang akan bertanggung jawab dengan kata-kata dan komitmennya. Melindungi kedua wanita yang secara tak langsung membuatnya ingin memberikan perlindungan dari Andrean.
Salahnya tidak ada. Tapi ia harus melakukan hal itu. Guncangan yang cukup menebarkan bagi pria yang menikah saja sepertinya sangat di persulit.
"Anda begitu optimis Pak Andrean. Hasil kesehatanmu sudah di ujung tanduk. Perawatan di sini tak cukup untuk menyembuhkan penyakitmu."
Andrean mendelik. "Kau pasti berbohong! Ruangan ini aja di peruntukan untukku. Aku kayak orang kaya tau nggak!" Andrean mulai menunjukkan sisinya yang tidak waras.
Ali menjadi ikut prihatin. "Ya itu akibat penyakit Anda sudah memasuki stadium akhir. Anda juga di isolasi biar nggak lagi-lagi menyebarkan penyakit. Coba Anda perhatikan tempat ini, kosong melompong. Kalau rumah sakit dengan fasilitas mahal, nggak kayak begini. Ini tempat untuk perawatan aja."
Andrean masih tak percaya. Ia pun tertawa. "Sudahlah, aku nggak bisa Kau bohongin. Kau datang ke sini hanya untuk menertawakanku aja. Pergilah sebelum aku menyebarkan penyakit ini padamu."
Ali sebenarnya malas berbicara dengan Andrean, kalau bukan niat baik mempersunting anaknya.
Andrean terus tertawa. Namun tawanya tak mencerminkan ia terlihat bahagia dan baik-baik saja. Batuk sesekali di ikuti dengan napas yang terengah-engah menjadikan pria itu kembali sesak.
"Saya bisa membantu Anda menjalankan pengobatan yang lebih baik dari tempat ini. Jika Anda menginginkannya." Ali mempunyai strateginya sendiri mengikat Andrean.
Andrean terus tertawa meremeh. "Sudah ku sangka. Kau datang ke sini pasti menginginkan salah satu penawaranku. Kau tinggal katakan, nggak perlu banyak bersandiwara." Andrean penuh banyak kemenangan.
Ia kira Ali tak akan menginginkan penawarannya. Makanya pria itu mati-matian mencari cara untuk bisa lolos dari tempat yang menjadikannya neraka. Sampailah kondisinya drop parah. Ternyata nasibnya selalu di penuhi keberuntungan. Bunga bisa Andrean pergunakan juga.
Ali menyerahkan berkas ke Andrean. "Silahkan Anda lihat-lihat penawaran yang saya berikan. Anda bisa menimang terlebih dahulu. Tapi Anda harus ingat, nyawa Anda nggak tau kapan akan berakhir. Jadi, jangan terlalu lama."
Andrean tertawa kesal. Di dalam penawaran itu ia tak di perbolehkan menyentuh dan menemui anaknya lagi. Tapi uang yang di berikan Ali cukup fantastis nilainya. Ia juga di berikan tempat pengobatan di luar negeri secara insentif.
"Bagaimana?"
Andrean tak berhenti tertawa. "Kau pikir aku mudah tergoda dengan penawaran ini? Jawabannya Kau salah! Anak itu nggak akan mudah aku lepaskan."
Ali beranjak dengan santai dari tempat duduknya. Ia sudah tahu pola pikir Andrean yang sulit di ajak kompromi.
"Mau ke mana Kau?" Andrean jadinya gelisah sendiri.
"Mau bagaimana lagi. Anda juga tak menginginkannya. Silakan Anda cari orang yang mau memberikan uang dan fasilitas sebanyak yang saya berikan. Saya sudah nggak menginginkannya lagi." Ali kembali melangkah jauh.
"Tu-tunggu!" Andrean tak mungkin melepaskan penawaran itu dengan mudah. "Bagaimana dengan anak itu?"
Ali berhenti bergerak dengan dua langkah ia berjalan. "Silahkan ambil jika Anda menginginkannya. Lagian belum tentu Anda bisa melakukan itu semua setelah Anda tau sendiri, bahwa badan Anda aja nggak mampu untuk berdiri. Jalan aja susah, apalagi melakukan aktivasi. Sebelum Anda sembuh total dengan kondisi yang nggak memungkinkan ini, Bunga baik Kirana sudah cukup dewasa, nggak mungkin terpengaruh dan mau menemui Anda lagi. Belum tentu juga kedua anak itu hidup seperti yang Anda inginkan."
Kedua alis Andrean berkerut ke dalam. "Ma-maksud Kau apa?"
Ali telah terlanjur bertindak penuh dengan kebohongan. Ia saja berpura-pura meninggalkan Andrean supaya pria itu seperti biasa akan bertindak gegabah.
Jika pun Andrean masih tak memberikan restu. Ali bisa datang kembali di saat pria itu sangat membutuhkan pertolongannya. "Mereka kritis! Siapa lagi yang akan membutuhkan dan menyelematkan mereka dengan harga yang tak ada nilainya lagi. Itu semua akibat ulahmu sendiri."
Andrean sontak menjelit, napasnya sesak, pikirannya menjadi pecah seribu. 'Ini nggaklah mungkin.' nyawa pria itu sepertinya akan berakhir.
Ali tak memiliki kasihan lagi pada Andrean. Ia pasrah saja kali ini. Lagian ketika pria itu meninggal, maka Ali akan mencari keluarga kandung dari Andrean. Hanya sebuah kata niat baik saja ia di persulit seperti ini.
"Tu-tunggu!" sekuat tenaga Andrean berucap supaya Ali tak berjalan meninggalkannya. Kesempatan yang tak mungkin akan datang untuk kedua kalinya. Kedua anaknya tak berarti lagi jika kondisi mereka saja sudah tidak bisa menguntungkannya.
Sudah jelas Ali menarik bibirnya ke atas sebelum ia menoleh kembali ke arah Andrean. Cara jitu yang cukup cepat. Ini semua berkat Gon dan Daniel yang ikut serta membuat kesehatan Andrean menurun, menyiapkan berkas penuh dengan kebohongan. Dosa yang sepertinya akan mereka bagi-bagi demi menyelamatkan seorang wanita yang meminta pertolongan.
"Sa-saya te-terima. T—api selamatkan sa—ya sekarang."
Ali ingin sekali mencabut selang oksigen yang di gunakan Andrean supaya pria itu cepat punah. Di akhir hayatnya, ia hanya memikirkan dirinya sendiri setelah mengetahui anak-anaknya kritis. Ali kira saat mendengar anaknya tak akan selamat, Andrean akan berubah dan bersedih. Nyatanya pria itu tetap memikirkan dirinya sendiri.
"Saya akan menyelamatkan Anda sesuai apa yang Anda inginkan. Tapi Anda harus menikahkan saya dan anak Anda sekarang juga. Ingat juga dengan perjanjian kita. Jika Anda sampai melanggar, eksekusi di Anda sendiri. Meminum racun ular kobra." Ali sudah cukup bersabar dengan menambahkan hukuman buat Andrean. Ia masih tetap akan memberikan fasilitas kesehatan sesuai janjinya. Anggap saja itu hadiah untuk Andrean yang telah menikahkan anaknya.
Selain itu, Ali tak akan memberikan uang sepersen pun seperti yang tertulis di berkas itu. Hukuman yang Andrean jalankan tak akan berkurang dan bebas sedikitpun. Jika pria itu keluar juga, ia tak akan bisa hidup bahagia karena belum tentu hidupnya akan baik-baik saja.
Kecuali pria itu bertobat dan menjalankan hidup yang sehat. Kemungkinan besar Ali melepaskan Andrean. Ali juga akan menjadi garda terdepan untuk melindungi istri dan adik iparnya.
Mengingat Bunga tak mau hadir dan melihat pernikahan sirih mereka. Pernikahan sekali seumur hidup yang menjadi tambang, intan berlian dalam kehidupan Ali, pria itu berikan.
Bagaimana Bunga akan menggantikan pengorbanannya? Sungguh, pikiran macam apa yang Ali besitkan. Bukannya ia ingin melindungi wanita yang saat ini tengah membutuhkan pertolongannya.
"Ma—na, pe—nghulu—nya," ucap Andrean menyetujui.
Ali tersadar. "Tunggu sebentar." ia pun melangkah keluar ruangan. Pikiran yang sekelibat menghantuinya seperti menjadi bumerang di kehidupan pernikahannya nanti.
Ia pun menggeleng sebagai bentuk penolakan. Lagian setelah Bunga dalam kondisi yang bisa membuat gadis itu berdiri tegak dengan segala kemampuan yang dimilikinya, Ali akan melepaskan ikatan pernikahan mereka sesuai janjinya.
Menjomblo lagi tidaklah masalah. Ia pun pada akhirnya membuang napas kasar. Kemungkinan jodohnya menunggu di akhirat. Ali meyakini itu sebagai bentuk penyemangat dalam dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Yus Warkop
si andrean gak bisa jadi wali bukankah mmanya bunga hamil sebelum nikah
2025-01-07
0
Alexandra Juliana
Berarti Bunga bisa menikah dgn Ali tanpa Andrean yg jadi wali, krn ibu Bunga sdh hamil Bunga saat menikah dgn Andrean. Hasab Bunga hanya pd ibunya, jd Bunga menikah dgn wali hakim..Let's go Li, otw nikahi Bunga..
2024-09-29
0
Eva Karmita
pak Andrean ku doakan semoga bapak cepat mati biar arwah bapak cepat masuk neraka Aamiiiin 😭🤣
terimakasih otor sudah up semoga otor selalu diberikan kesehatan biar bisa up-nya lancar 😍 kopi meluncur otor buat teman begadang 🔥💪😁
2024-09-10
0