Ch ~ {Cukup sadar}

"Sekarang Bunga ikut Lo ya, Li?" tanya Syarifa, saat Ali baru keluar ruangan dengan Bunga menutup pintu. Wanita cantik itu tak mengetahui hubungan kedua insan beda jenis kelamin itu kecuali Ali menyatakan mengangkat Bunga sebagai adik.

"Iya. Ada apa?" Ali kebetulan memang mengambil cuti satu harinya khusus untuk hari pernikahannya.

Bunga memperhatikan Ali dan Syarifa terlihat cocok jika kedua insan itu menjalin hubungan. Bunga menyadari betapa ia tak seharusnya menjadi istri dari pria tampan yang terlihat sempurna itu.

"Kayak biasa gue menjadi alaram buat mengingatkan Lo. Lo nggak lupakan dengan acara reunian kita besok malam?" Syarifa sedikit mendekati Ali. "Katanya Wilona juga akan datang," ucap Syarifa sedikit berbisik sesaat menyebutkan wanita yang menjadi cinta pertama Ali.

Siapa yang tak tahu kisah cinta itu, apalagi Ali secara terang-terangan menunjukkan perasaannya terhadap wanita itu pada masanya.

Ali memang sempat terdiam sebentar. Namanya masa lalu, buat apa ia kenang? Lagian mereka tidaklah berpacaran. Ali memang sempat menyukai wanita itu dan sebaliknya wanita itu juga terlihat menyukainya.

Makanya Ali berinisiatif mengajak Wilona dulunya menikah. Tapi sayang, pria tampan itu di tolak dengan alasan masih ingin berkarir.

Saat ini tampaknya anak sang pemilik rumah sakit itu memang jauh lebih bersinar dengan kariernya. Dan tersebar juga rumor bahwa wanita cantik itu akan di jodohkan dengan Ali.

Namun seribu sayang, Ali tak menginginkan hal itu lagi. Ia saja ingin menjauhkan rumor itu dengan cara mengambil pekerjaannya untuk di alihkan ke klinik rumah sakit di kampungnya.

Anehnya baru satu bulan ia kerja di sana, Ali di tarik lagi ke rumah sakit besar itu dengan alasan sangat membutuhkan dokter seperti Ali.

Padahal masih banyak pegawai yang melamar dan memiliki kinerja seperti pria matang itu. Mungkinkah ini akibat isu pernikahan yang tersebar namun belum di sampaikan ke Ali, atau hanya sekedar rumor dan dugaan saja.

Ali tak memikirkan hal itu lagi. Ia cukup menikmati hidupnya saja. Apalagi telah menikahi gadis muda yang cantik dan kepintarannya membuat Ali tak bosan dengan hidupnya yang sama setiap harinya.

"Nanti gue usahakan datang."

"Ok! Sampai bertemu besok malam Li—oh ya Bunga, kalau masih butuh tukar pikiran, ke sini aja temui saya. Seperti biasa kita akan ngerumpi sedikit."

Bunga tersenyum manis. "Iya Buk."

"Saya duluan ya."

Ali dan Bunga mengangguk dengan Syarifa berlalu. Bunga merasa iri pada kecantikan yang Syarifa miliki. Jas putih yang menutupi wanita itu menjadikan Syarifa lebih bersinar.

"Ayo," ajak Ali dengan mereka kembali melangkah. Sampailah pada parkiran dengan mereka masuk ke dalam mobil. Lewat kaca spion pria itu terpaku saat melihat wanita yang terakhir ia lihat.

Ya, siapa lagi kalau bukan wanita yang di sebutkan teman wanitanya tadi, Wilona. Bunga saja sampai kebingungan dengan tatapan mata Ali melihat kaca spion ke belakang. Bunga melihat wanita yang baru keluar dari dalam mobil mewah tak jauh dari mereka.

Wanita cantik berambut panjang dengan gaya butterfly cut, berbalut pakaian santai tapi terlihat wibawa, melintasi mobil belakang mereka.

Ali terpaku karena wanita itu dulunya menutup aurat. Namun sekarang mahkota itu di perlihatkan.

"Jika Om mau ketemu sama kakak itu dulu, silahkan Om. Aku tunggu di sini." Bunga rasa Ali lama sekali terjun dalam lamunannya.

Ali sontak tersadar. "Entar aja, kapan-kapan." Ali kembali menyetir kemudinya. Sedangkan Bunga tak enak hati. Ia bagaikan penghalang dalam urusan pria di sampingnya.

Sepanjang perjalanan Ali masih dalam mode diamnya. Tampak banyak sekali pikiran dalam benak kepala pria itu. Bunga tak tahu harus berkata apa untuk memecahkan keheningan mereka. Sampailah rumah kumuh yang mereka jumpai terlihat. Garis polisi masih terpasang.

Bunga begitu banyak sekali mengingat kenangan pahit dan manis di rumah kontrak itu.

"Jangan terlalu lama di dalam. Ambil yang Kau butuhkan aja. Sisanya biarkan nanti ada orang yang membereskannya."

Bunga mengangguk mengikuti. Ia pun turun dari dalam mobil dengan raut wajah yang tak terlihat baik-baik saja. Ali pun ingin ikut, takutnya gadis itu kenapa-kenapa di dalam.

"Mas tunggu sebentar!" panggil seorang wanita setengah paruh baya, mendekatinya sembari berlarian kecil.

Ali sendiri melihat hal tersebut mencurigai, ada apa gerangan wanita itu memanggilnya?

"Sudah lama saya ingin menemui Bunga. Tapi kasihan dengan kondisinya," ucap Darmi.

"Ada apa ya Buk?"

"Begini Mas. Saya yang punya kontrakan ini. Tolong di sampaikan sama Bunga. Selesaikan masalahnya. Jangan bawa-bawa tempat kontrakan saya. Mana keluarganya nggak bayar kontrakan udah hampir tujuh bulan lagi."

Ini orang yang memiliki kontrak tersebut. Ali ingin mengumpat wanita di hadapannya. Rumah seperti kadang sapi di jadikan kontrakan. Mana di dekat tumpukan sampah. "Nanti saya yang membereskan semuanya. Berapa uang yang harus saya bayar?"

Darmi jadi curiga dengan kabar desas-desus itu. "Mas siapanya Bunga?"

Terlalu ikut campur, Ali ingin mengusir wanita itu. "Saya kakak angkatnya Bunga."

Darmi sedikit tertawa tak enak hati. "Kalau begitu, sembilan ratus ribu aja. Anggap seratusnya buat Bunga jajan."

Ali mengeluarkan dompetnya. Beruntung uangnya cukup. "Saya bayar lunas. Nanti sisanya saya akan menyuruh orang membersihkan tempat ini. Seratus tadi nggak usah di kasih ke Bunga. Anggap aja buat renovasi kontrakan ibu."

Darmi jadinya kesal sendiri dengan perkataan Ali. "Masih bersyukur saya kasih diskon Mas. Kalau nggak tadi, harusnya Bunga bayar dua juta lima ratus ribu." ia tak terima di sindir Ali. Malas berbicara, apalagi Ali terlihat tak menyukainya juga, Darmi pun meninggalkan Ali begitu saja. "Percuma tampan tapi kelakuannya nggak sebaik itu," gerutukan Darmi yang terdengar jelas di telinga Ali.

Ali mengerutkan alisnya. Enggak sesuai ekspetasi. Orang lagi dalam masalah, bukannya di bantu, malahan di tuduh yang enggak-enggak demi kepentingannya sendiri. Ah sudahlah, Ali tak mau berlama-lama di tempat itu.

Sudah tak layak di tempati, masih saja di kontrakkan. Ali pun menyusul Bunga. Sudah lama gadis itu berada di dalam sana.

Yakinlah hati mana yang tak sakit melihat rumah masih berantakan tanpa ada yang membereskan. Bunga saja tak memiliki kesempatan untuk melihat ibunya di makamkan. Betapa hancur dirinya saat ini.

Wanita muda itu terus meneteskan air mata sembari membuka lemari kayu yang terlihat usang dengan adanya lemari kecil terselip di sudut bawah lemari.

Kuncinya di letakkan ibunya di belakang lemari besar supaya Andrean tak membukanya. Ya, isi lemari kecil itu ada sebuah perhiasan yang di simpan Ayu untuk di gunakan saat mereka sangat membutuhkan uang. Mas kawin satu-satunya peninggalan Ayu berupa kalung senilai tiga gram.

Ayu memberitahukan simpanannya hanya pada Bunga, supaya gadis itu mengetahui di saat mereka dalam masa kesusahan, dan sangat membutuhkan uang di saat ia tak ada di rumah.

Deraian air matanya semakin mengalir banyak di kala kalung itu ia pakaikan ke lehernya supaya tetap aman. Bunga merapikan lagi hijabnya sembari menghapus air mata.

Tatapan matanya tak sengaja melihat kasur yang sangat berantakan. Kembali ingatannya itu bagaikan petir mencambuk dirinya.

Bunga tadinya tak mau melihat hal apa pun kecuali lemari itu saja. Namun perilaku Andrean terhadapnya, "Bun, udah belum?" Ali masuk mendekati.

Tarikan napas Bunga yang terlihat sesak, dengan tatapan kosong ke arah kasur, "Bun!" Ali memegang bahu Bunga, menyadarkan gadis itu.

Bunga sedikit terperanjat.

"Jangan banyak melamun Bun. Ambilah barang yang Kau inginkan. Aku tunggu di—"

"Om!" Bunga memegang tangan Ali. "Kita lakukan sekarang ya Om." Bunga tak sanggup lagi menahan rasa ketakutannya. Bagaimana jika Andrean melakukan itu lagi?

Ali mengerutkan kedua alisnya mendalam. "Maksudmu mau melakukan apa Bun?"

"Ambilah hak Om sekarang. Aku takut nanti—"

"Bun!" bentak Ali. Ia paham dengan kekhawatiran wanita muda itu. "Apa Kau mau hamil dengan posisimu aja masih sekolah? Terus apa Kau mau anak kita nanti memiliki seorang ibu yang hanya lulusan SMP dan nggak menyelesaikan sekolahnya demi keinginanmu itu?"

Bunga mengingat bahwa ibunya hanya tamatan SMP dan sulit untuk mendapatkan pekerjaan.

"Seharusnya Kau nggak berpikiran primitif Bun. Aku juga pria yang nggak mau membuang-buang benih pertamaku ke luar begitu aja. Benih yang sehat harus menghasilkan sesuatu Bun."

Bunga semakin bungkam.

"Mulai sekarang aku nggak mau dengar atau melihat tindakan cerobohmu ini. Jika Kau melanggar, Kau akan mendapatkan hukuman dariku. Ingat itu Bun!" Ali tak bisa melanjutkan amarahnya sesaat melihat Bunga menjatuhkan air mata itu lagi. "Ambillah barang yang Kau perlukan. Aku tunggu di luar. Jangan lama-lama di tempat ini."

Bunga masih dalam mode diamnya. Ia terlalu gegabah untuk hal itu. Apa yang di katakan Ali benar-benar mencambuk dirinya. 'Maafkan aku, Om.' ia tak akan melakukan hal itu lagi.

Sudah cukup Bunga tersadar bahwa pria matang itu hanya menganggapnya sebagai adik untuk memberikan tempat perlindungan saja. Bukan hal lainnya termasuk menginginkannya.

Terpopuler

Comments

Yunia Afida

Yunia Afida

semangat bunga,💪💪💪💪💪

2024-09-14

0

Nar Sih

Nar Sih

sabarr bunga ,ngk usah mikirin msa lalu mu dan terima sja takdir mu yg sekarang ini ,mog bnr,,ali jadi jodoh mu yg sbnr nya walau untuk saat ini blm ada rsa cinta untuk mu

2024-09-13

0

Ekha, S

Ekha, S

peluk jauh bunga😭😭

2024-09-13

0

lihat semua
Episodes
1 Ch ~
2 Ch ~
3 Ch ~
4 Ch ~ {Tidak begitu tenang}
5 Ch ~ {Tak tinggal diam}
6 Ch ~ {Tak berdaya}
7 Ch ~ {Berusaha}
8 Ch ~ {Berontak}
9 Ch ~ {Khawatir}
10 Ch ~ {Bersyukur}
11 Ch ~ {Kesal dan Kesedihan}
12 Ch ~ {Kurang nyaman}
13 Ch ~ {Histeris}
14 Ch ~ {Sebanding sama saja setara}
15 Ch ~ {Sebagai bentuk penyemangat}
16 Ch ~ {Mengambulkan permintaan}
17 Ch ~ {Cukup sadar}
18 Ch ~ {Pendekatan}
19 Ch ~ {Tak sekuat baja}
20 Ch ~ {Ketahuan}
21 Ch ~ {Jalan yang harus di pilih}
22 Ch ~ {Merasa sedikit lebih aman}
23 Ch ~ {Penuh sindiran}
24 Ch ~ {Tatapan dan teguran}
25 Ch ~ {Mengundurkan diri}
26 Ch ~ {Keputusasaan di ujung harapan}
27 CH ~ {Cahaya di tengah luka}
28 Ch ~ {Kehangatan keluarga}
29 Ch ~ {Awal yang baru}
30 Ch ~ {Antara peran dan perasaan}
31 Ch ~ {Dalam hening malam}
32 Ch ~ {Komitmen dan keteguhan}
33 Ch ~ {Tekad yang tersulut}
34 CH ~ {Permainan licik di balik dapur}
35 Ch ~ {Malam penuh rasa}
36 Ch ~ {Penuh kejutan dan tawa}
37 Ch ~ {Jejak takdir}
38 Ch ~ {Kebenaran yang memisahkan}
39 Ch ~ {Langkah terakhir bersama}
40 Ch ~ {Kembali ke rumah}
41 Ch ~ {Pilihan yang tersimpan}
42 Ch ~ {Perasaan yang tersembunyi}
43 Ch ~ {Awal dari sesuatu yang baru}
44 Ch ~ {Dilindungi}
45 Ch ~ {Undangan}
46 Ch ~ {Persiapan}
47 Ch ~ {Berbeda}
48 Ch ~ {Rencana}
49 Ch ~ {Aku aja yang tanggung jawab}
50 Ch ~ {Mengungkapkan perasaan}
51 Ch ~ {Awal yang baru}
52 Ch ~ {Frustasi}
53 Ch ~ {Istri pengganti}
54 Ch ~ {Nyaman dan aman}
55 Ch ~ {Perasaan cemas}
56 Ch {Bimbang}
57 Ch ~ {Merasa bersalah}
58 Ch ~ {Mencoba memahami}
59 Ch ~ {Jalan-jalan}
60 Ch ~ {Tegang}
61 Ch ~ {Kadang hidup itu memang aneh}
62 Ch ~ {Tamat}
63 Ch ~ {Bab Spesial}
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Ch ~
2
Ch ~
3
Ch ~
4
Ch ~ {Tidak begitu tenang}
5
Ch ~ {Tak tinggal diam}
6
Ch ~ {Tak berdaya}
7
Ch ~ {Berusaha}
8
Ch ~ {Berontak}
9
Ch ~ {Khawatir}
10
Ch ~ {Bersyukur}
11
Ch ~ {Kesal dan Kesedihan}
12
Ch ~ {Kurang nyaman}
13
Ch ~ {Histeris}
14
Ch ~ {Sebanding sama saja setara}
15
Ch ~ {Sebagai bentuk penyemangat}
16
Ch ~ {Mengambulkan permintaan}
17
Ch ~ {Cukup sadar}
18
Ch ~ {Pendekatan}
19
Ch ~ {Tak sekuat baja}
20
Ch ~ {Ketahuan}
21
Ch ~ {Jalan yang harus di pilih}
22
Ch ~ {Merasa sedikit lebih aman}
23
Ch ~ {Penuh sindiran}
24
Ch ~ {Tatapan dan teguran}
25
Ch ~ {Mengundurkan diri}
26
Ch ~ {Keputusasaan di ujung harapan}
27
CH ~ {Cahaya di tengah luka}
28
Ch ~ {Kehangatan keluarga}
29
Ch ~ {Awal yang baru}
30
Ch ~ {Antara peran dan perasaan}
31
Ch ~ {Dalam hening malam}
32
Ch ~ {Komitmen dan keteguhan}
33
Ch ~ {Tekad yang tersulut}
34
CH ~ {Permainan licik di balik dapur}
35
Ch ~ {Malam penuh rasa}
36
Ch ~ {Penuh kejutan dan tawa}
37
Ch ~ {Jejak takdir}
38
Ch ~ {Kebenaran yang memisahkan}
39
Ch ~ {Langkah terakhir bersama}
40
Ch ~ {Kembali ke rumah}
41
Ch ~ {Pilihan yang tersimpan}
42
Ch ~ {Perasaan yang tersembunyi}
43
Ch ~ {Awal dari sesuatu yang baru}
44
Ch ~ {Dilindungi}
45
Ch ~ {Undangan}
46
Ch ~ {Persiapan}
47
Ch ~ {Berbeda}
48
Ch ~ {Rencana}
49
Ch ~ {Aku aja yang tanggung jawab}
50
Ch ~ {Mengungkapkan perasaan}
51
Ch ~ {Awal yang baru}
52
Ch ~ {Frustasi}
53
Ch ~ {Istri pengganti}
54
Ch ~ {Nyaman dan aman}
55
Ch ~ {Perasaan cemas}
56
Ch {Bimbang}
57
Ch ~ {Merasa bersalah}
58
Ch ~ {Mencoba memahami}
59
Ch ~ {Jalan-jalan}
60
Ch ~ {Tegang}
61
Ch ~ {Kadang hidup itu memang aneh}
62
Ch ~ {Tamat}
63
Ch ~ {Bab Spesial}

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!