Ch ~ {Histeris}

Mana mungkin Bunga akan menyetujui. Ali juga tak menemukan jalan terbaik untuk kedua anak itu. Ia pun memutuskan untuk melihat kondisi Bunga terlebih dahulu. Ia juga telah selesai dengan pekerjaannya hari ini. Baru bokongnya terangkan sedikit, pria matang itu disuguhkan dengan kedatangan kedua pasutri yang memasuki ruangannya.

"Anak nakal! Berani Kamu ya nginep di hotel tidur sama wanita yang bukan istri Kamu. Wajar aja Kamu nggak nikah-nikah. Ternyata udah puas kawin duluan," umpatan kasar dari wanita paruh baya. Siapa lagi kalau bukan cinta pertama Ali, ibu kandungnya.

Sekali tarikan di telinga menjadi prioritas utama yang dilakukan Rinjani pada anak sulungnya. Hukuman sedari kecil sesaat Ali tak menuruti kata orang tuanya.

Ali memohon ampun. "Aku nggak ngelakuin itu Ma." Ali menahan tarikan dari Rinjani yang masih setia memegang telinganya.

"Nggak ngelakuin sekali maksud Kamu!"

"Sudah Ma! Sudah! Ali juga sudah besar. Malu di dengar orang-orang di luar sana," Komar berusaha membela putranya. Walau ia juga ingin marah, tapi bukan secara fisik juga.

"Biarin! Mama nggak peduli! Anak ini butuh hukuman dulu baru mau denger omongan kita. Ini mulut Mama juga udah capek nasehatin dia. Menikah aja kalau udah nggak tahan Li. Jangan main buntingin anak orang. Sekarang kan jadinya kayak begini. Kamu hampir menetap di penjara. Kalau bukan Piano—"

"Vano Ma!"

"Diam Kamu!"

Komar menjeliti Ali untuk diam saja sesaat ibunya sedang mengeluarkan semburan larva yang tak tahu kapan akan berhenti keluar.

Akan tetapi pria tampan itu tak mau putus asah di tuduh telah melakukan tindakan tidak senonoh itu. Keributan antara ibu dan anak membuat Komar menghembuskan napas kasar saja.

"Ma, Pa. Aku nggak pernah melakukan itu sama sekali. Emangnya Vano nggak menjelaskan sama kalian tentang apa yang terjadi?" Ali jadi curiga dengan sepupunya. Jangan-jangan pria itu ikut memaksanya menikah. Memang dari dulu pria matang yang memiliki dua anak di sebelah utara sana terus merayunya untuk segera menikah.

Memangnya bawang atau cabe apa, mudah dipilih dan dicari kwalitasnya sesuai kriteria yang Ali inginkan.

"Piano udah—"

"Vano Ma!"

Rinjani semakin menanas. Lagian panggilan itu juga lebih mudah untuk ia sebut dan ingat.

"Potong kambing lagi Ma ganti nama orang." Ali sempat-sempatnya mengajak bercanda ibu kandungnya itu.

Rinjani yang mudah tertawa sedikit menarik garis bibirnya. "Bercanda Kamu nggak mempan." ia lebih memilih untuk memarahi anaknya. Padahal Rinjani menguji saja bagaimana sikap dan kejujuran anak sulungnya yang tak akan melakukan hal yang Rinjani benci. "Sekarang gimana keadaan anak menantu Mama? Apa dia sudah hamil cucu kedua Mama?"

"Mama suka banget ngejek anak sendiri. Anak Mama yang tampan ini nggak mungkinlah menciptakan saingan sendiri tanpa ikatan resmi. Resmi aja belum tentu saingan sendiri apalagi belum resmi."

"Oh jadi Kamu kira, Kamu itu bukan anak papa, Hah!" Rinjani semakin murka. Ia hampir kembali menarik telinga anaknya itu. Kalau bukan Ali sudah menghindari Rinjani sembari bersembunyi di belakang Komar.

"Sini nggak Kamu!" Rinjani mendekati anaknya.

"Sudah Ma! Sudah! Nanti bedak Mama yang mahal itu luntur. Nggak cantik lagi dong. Tarik napas! Dengerin dulu penjelasan Ali. Ali sudah besar Ma. Dia udah pinter buat cucu kita."

"Kalian berdua nggak ngerti banget perasaan aku yang cukup menyedihkan ini. Masa anak usia tujuh belasan di jadikan istri," gerutu Ali sembari membenarkan jas putihnya.

Rinjani baik Komar terperanjat. "Masih muda banget Pa!" pupus sudah harapan wanita cantik itu untuk mendapatkan menantu lagi. "Kok Piano nggak jelasin sih!"

"Bukan Piano yang nggak jelasin. Tapi Mama yang buru-buru pergi tanpa mendengar sampai habis cerita darinya."

Tak heran Ali pada kedua orang tuanya yang termasuk dua sejoli.

"Jadi gimana sama anak itu Li?" Rinjani mendekati Ali sembari memegang kedua lengan pria matang itu.

"Keadaannya sekarang drop Ma. Mana bapaknya masih mengincar Bunga dan Kirana. Kita juga nggak punya hak untuk memisahkan tali silahturahmi itu. Iya kunci dari semua masalah agar mereka selamat, aku harus menikahi Bunga."

Rinjani dan Komar tak mungkin menikahi anak bawah umur untuk anak sulungnya. Dimana usia Ali saja sudah memasuki kepala tiga.

"Menurut Mama sama Papa gimana?" Ali meminta pendapat pada kedua orang tuanya yang lebih berpengalaman.

"Menikahi Kamu sama anak itu nggak baik juga Li. Tapi coba Kamu tanya dulu sama Bunga. Anak itu mau apa nggak? Kalau misalnya nggak! Kita juga nggak bisa memaksa. Berarti itu sudah menjadi pilihan hidupnya." nasehat Komar.

Tatapan mata Bunga penuh dengan harapan untuk bisa di selamatkan, secepat kilat terbayang di benak pikiran Ali.

...***...

"Jangan ganggu aku! Mohon jangan siksa aku lagi!" Kirana bak manusia yang kehilangan akal sehatnya. Wanita muda itu mati ketakutan sesaat ada satu perawat pria masuk mendengar teriakan Kirana. Di dalam sana rupanya ada cleaning service berjenis kelamin pria tengah membersihkan ruangan tersebut.

Kirana meringkuk sembari meremas-remas selimut yang ia gunakan. Tatapan mata yang cukup menyoroti ruangan agar bisa berlari keluar. "Bubun... Bubun...," teriak histeris Kirana mencari Bunga. Ia sungguh gemeteran. Raut wajahnya tak terkontrol sesaat melihat pria yang terus melihatnya.

"Ton, jaga anak ini sebentar. Gue panggil dokter dulu," perintah perawat itu segera berlarian keluar ruangan.

Anton si tukang cleaning service langsung duduk berjongkok sembari memeluk gagang sapu di tangannya. Ia sebenarnya bertingkah seperti itu agar Kirana tak perlu takut dengannya.

Kirana sendiri malahan semakin menangis histeris. Ia melemparkan bantal serta semua alat di sampingnya ke arah Anton. Pria itu ikut berteriak gemulai akan barang-barang hampir mengenainya.

Kali ini Kirana memperhatikan selang infus di tangannya.

"Jangan Dek! Jangan! Kalau di lepas tangan Kamu bisa luka. Saya jadinya kena marah nggak bisa jagain Kamu dengan benar. Pikirkan juga uang bulan saya yang belum cukup untuk melamar kekasih saya. Udah lima tahun loh Dek, Abang di beri waktu. Kalau satu tahun nggak melamar. Abang di tinggal. Please Dek pikirin Abang juga."

Anton sudah cemas sembari duduk di lantai. Tubuhnya ikutan gemetar. Mau menolong ia tak mempunyai besik tersebut. Setidaknya ia sekalian curhat tentang masalahnya juga pada Kirana. Entah itu akan membantu atau tidak, yang penting wanita muda itu mau mengikutinya.

Kirana kembali menangis histeris. "Bubun... Aku nggak mau di sini... Bubun... Tolong Kiki..."

Anton juga ikut menangis. Cara jitu yang ia gunakan agar Kirana tetap menangis saja tanpa mencabut selang oksigen dan selang infus.

Sekarang, sehisteris-histerisnya Kirana menangis, Anton lebih histeris. Pria itu ikut berteriak dikala kekasihnya baru saja mengirim pesan singkat dengan kata putus. Ia tadinya hanya menangis pura-pura. Ternyata ada tempat yang cocok untuknya meluapkan apa yang ia rasakan.

Pacaran lima tahun, hampir saja ia ingin melamar. Ternyata perjuangannya selama ini, hanya menjaga jodoh orang lain.

Kirana perlahan menghentikan tangisannya di kala suara pria di sampingnya lebih besar. Wajah pucat dan imut itu terpaku menatap Anton. Ia tak mengerti kenapa pria itu yang lebih terlihat menderita daripadanya.

Terpopuler

Comments

Yus Warkop

Yus Warkop

😁😁😁😁OB nya lucu

2025-01-05

0

Ekha, S

Ekha, S

😂 Saflok sama si tukang OB,,,bisa"nya ikut nangis, turut berdukacita ye bang😂 maaf aku ngk nahan lihat kalian berdua yang atu ngis sama trauma, satu nagis sama ngajagai jodoh org,, jodoh aja kalian berdua kalo Kirana udah dewasa

2024-09-10

0

mudahlia

mudahlia

wkwkwkwkwk ada da ja si ob

2024-09-10

0

lihat semua
Episodes
1 Ch ~
2 Ch ~
3 Ch ~
4 Ch ~ {Tidak begitu tenang}
5 Ch ~ {Tak tinggal diam}
6 Ch ~ {Tak berdaya}
7 Ch ~ {Berusaha}
8 Ch ~ {Berontak}
9 Ch ~ {Khawatir}
10 Ch ~ {Bersyukur}
11 Ch ~ {Kesal dan Kesedihan}
12 Ch ~ {Kurang nyaman}
13 Ch ~ {Histeris}
14 Ch ~ {Sebanding sama saja setara}
15 Ch ~ {Sebagai bentuk penyemangat}
16 Ch ~ {Mengambulkan permintaan}
17 Ch ~ {Cukup sadar}
18 Ch ~ {Pendekatan}
19 Ch ~ {Tak sekuat baja}
20 Ch ~ {Ketahuan}
21 Ch ~ {Jalan yang harus di pilih}
22 Ch ~ {Merasa sedikit lebih aman}
23 Ch ~ {Penuh sindiran}
24 Ch ~ {Tatapan dan teguran}
25 Ch ~ {Mengundurkan diri}
26 Ch ~ {Keputusasaan di ujung harapan}
27 CH ~ {Cahaya di tengah luka}
28 Ch ~ {Kehangatan keluarga}
29 Ch ~ {Awal yang baru}
30 Ch ~ {Antara peran dan perasaan}
31 Ch ~ {Dalam hening malam}
32 Ch ~ {Komitmen dan keteguhan}
33 Ch ~ {Tekad yang tersulut}
34 CH ~ {Permainan licik di balik dapur}
35 Ch ~ {Malam penuh rasa}
36 Ch ~ {Penuh kejutan dan tawa}
37 Ch ~ {Jejak takdir}
38 Ch ~ {Kebenaran yang memisahkan}
39 Ch ~ {Langkah terakhir bersama}
40 Ch ~ {Kembali ke rumah}
41 Ch ~ {Pilihan yang tersimpan}
42 Ch ~ {Perasaan yang tersembunyi}
43 Ch ~ {Awal dari sesuatu yang baru}
44 Ch ~ {Dilindungi}
45 Ch ~ {Undangan}
46 Ch ~ {Persiapan}
47 Ch ~ {Berbeda}
48 Ch ~ {Rencana}
49 Ch ~ {Aku aja yang tanggung jawab}
50 Ch ~ {Mengungkapkan perasaan}
51 Ch ~ {Awal yang baru}
52 Ch ~ {Frustasi}
53 Ch ~ {Istri pengganti}
54 Ch ~ {Nyaman dan aman}
55 Ch ~ {Perasaan cemas}
56 Ch {Bimbang}
57 Ch ~ {Merasa bersalah}
58 Ch ~ {Mencoba memahami}
59 Ch ~ {Jalan-jalan}
60 Ch ~ {Tegang}
61 Ch ~ {Kadang hidup itu memang aneh}
62 Ch ~ {Tamat}
63 Ch ~ {Bab Spesial}
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Ch ~
2
Ch ~
3
Ch ~
4
Ch ~ {Tidak begitu tenang}
5
Ch ~ {Tak tinggal diam}
6
Ch ~ {Tak berdaya}
7
Ch ~ {Berusaha}
8
Ch ~ {Berontak}
9
Ch ~ {Khawatir}
10
Ch ~ {Bersyukur}
11
Ch ~ {Kesal dan Kesedihan}
12
Ch ~ {Kurang nyaman}
13
Ch ~ {Histeris}
14
Ch ~ {Sebanding sama saja setara}
15
Ch ~ {Sebagai bentuk penyemangat}
16
Ch ~ {Mengambulkan permintaan}
17
Ch ~ {Cukup sadar}
18
Ch ~ {Pendekatan}
19
Ch ~ {Tak sekuat baja}
20
Ch ~ {Ketahuan}
21
Ch ~ {Jalan yang harus di pilih}
22
Ch ~ {Merasa sedikit lebih aman}
23
Ch ~ {Penuh sindiran}
24
Ch ~ {Tatapan dan teguran}
25
Ch ~ {Mengundurkan diri}
26
Ch ~ {Keputusasaan di ujung harapan}
27
CH ~ {Cahaya di tengah luka}
28
Ch ~ {Kehangatan keluarga}
29
Ch ~ {Awal yang baru}
30
Ch ~ {Antara peran dan perasaan}
31
Ch ~ {Dalam hening malam}
32
Ch ~ {Komitmen dan keteguhan}
33
Ch ~ {Tekad yang tersulut}
34
CH ~ {Permainan licik di balik dapur}
35
Ch ~ {Malam penuh rasa}
36
Ch ~ {Penuh kejutan dan tawa}
37
Ch ~ {Jejak takdir}
38
Ch ~ {Kebenaran yang memisahkan}
39
Ch ~ {Langkah terakhir bersama}
40
Ch ~ {Kembali ke rumah}
41
Ch ~ {Pilihan yang tersimpan}
42
Ch ~ {Perasaan yang tersembunyi}
43
Ch ~ {Awal dari sesuatu yang baru}
44
Ch ~ {Dilindungi}
45
Ch ~ {Undangan}
46
Ch ~ {Persiapan}
47
Ch ~ {Berbeda}
48
Ch ~ {Rencana}
49
Ch ~ {Aku aja yang tanggung jawab}
50
Ch ~ {Mengungkapkan perasaan}
51
Ch ~ {Awal yang baru}
52
Ch ~ {Frustasi}
53
Ch ~ {Istri pengganti}
54
Ch ~ {Nyaman dan aman}
55
Ch ~ {Perasaan cemas}
56
Ch {Bimbang}
57
Ch ~ {Merasa bersalah}
58
Ch ~ {Mencoba memahami}
59
Ch ~ {Jalan-jalan}
60
Ch ~ {Tegang}
61
Ch ~ {Kadang hidup itu memang aneh}
62
Ch ~ {Tamat}
63
Ch ~ {Bab Spesial}

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!