Ch ~ {Tak berdaya}

Putaran pedal yang di gerakkan Bunga untuk menjalankan sepeda city bike lumayan bergerak cukup kencang. Bunga ingin segera bertemu pria yang selalu tak mau sadar atas perilakunya. Ibunya terkapar akibat ulah ayahnya. Bunga sering menasehati agar pria itu juga berobat dan bertaubat.

Alhasil ayahnya tak mau mendengar dan bahkan gadis itu malahan mendapatkan kekerasan fisik dan mental setiap harinya. Cukup kuat, memang iya, jika adik dan ibunya masih ada, Bunga akan kuat bagaikan pohon yang di tiup angin kencang. Semakin kuat meniup, maka ia semakin bertahan.

Wanita cantik itu berhenti di kala Andrean melintasinya dengan kendaraan sepeda motor. Panggilan bapak tampaknya tak di dengar Andrean. Sepintas memperhatikan kendaraan yang di gunakan ayahnya itu, kendaraan baru. Apa mungkin ayahnya membeli kendaraan dengan uang yang di ambilnya?

Bunga ingin mengejar, tampaknya ia tak bisa. Andrean membawa kendaraan itu cukup cepat. Bunga memutuskan untuk pulang ke rumah, menunggu Andrean pulang. 'Mudah-mudahan uangnya nggak di habiskan bapak.'

Gadis itu kembali melanjutkan perjalanannya. Sebelum pulang Bunga sempat-sempatnya mampir ke warung membeli makanan untuk sang adik tercinta. Bunga yang tak bisa menyekolahkan sang adik, ia terus merasa bersalah. Di mana juga adiknya dilahirkan dengan genetik albinisme.

Kondisi ini menyebabkan adiknya memiliki kulit yang sangat sensitif terhadap paparan sinar matahari. Makanya Kirana tak pernah main di luar rumah. Jika ia bermain juga harus posisinya terhalang dari sinar yang menyoroti kulitnya.

Bunga memarkirkan sepedanya di dekat warung yang tak jauh dari rumahnya. "Buk, beli nasi uduk satu bungkus ya."

"Tumben nggak sekolah hari ini Bun?" Mirna mulai membungkus pesanan Bunga.

"Hari ini aku libur Buk. Jenguk ibu sakit," balas Bunga takut tetangga sekitar tahu tentang penyakit yang menyerang ibu dan ayahnya.

"Wajar aja nggak pernah lagi nitip gorengan di sini Bun. Padahal banyak yang nanyain. Ibu sakit apa sih Bun, kok kayaknya nggak sembuh-sembuh?"

Bunga ragu untuk berbicara. Gadis itu tak dapat berbohong. Namun ayahnya terus mencegah dan bahkan mengancam agar ia tak bercerita dengan orang lain tentang penyakit durjana itu.

"Oh ya Bun, tadi buk Darmi nitip omongan."

Bunga masih bisa menghindar dari pertanyaan tentang ibunya. "Omongan apa Buk?" tak biasa pemilik kontrakan menitip ucapan. Biasanya langsung ke rumah jika ada keperluan. Hal ini menjadikan Bunga memiliki firasat buruk lainnya.

"Katanya bapak Kamu belum bayar kontrakan hampir setengah tahun Bun. Buk Darmi minta di bayar secepat mungkin. Dia sering ke rumah katanya adik Kamu ngomong nunggu Kamu pulang. Itu aja udah semingguan yang lalu terakhir dia nanya. Jawabannya aja kayak begitu terus di omongin adek Kamu. Padahal bukan saya mau gimana-gimana ya Bun, tadi saya lihat bapak Kamu bawa motor baru. Itu punya kalian apa punya temen, atau keluarga kalian?"

Bunga mendadak sangat kesal dengan ayah kandungnya. Seingat gadis itu, ayahnya pernah ketahuan mengambil uangnya dengan alasan buat nambahin bayar kontrakan, itu pun awal bulan lalu. Wajar saja hatinya begitu gelisah dari semalam.

"Kayaknya itu motor punya temen bapak, Buk. Mana ada kami uang sebanyak itu. Sedangkan kontrakan aja belum bapak bayar. Kayaknya usaha bapak memang lagi sepi banget Buk. SPP aku aja belum bayar." Bunga memang tak memiliki keluarga terdekat semenjak mereka pindah dari luar daerah dan menetap di pinggiran kota.

"Loh, bukannya kalian dapat bantuan setiap bulan dari pihak sekolah ya Bun?"

Kabar apalagi ini? Bunga benar-benar tidak tahu akan hal itu. Ia tak tahan lagi rasanya. Bunga harus segera bertemu ayah kandungnya untuk mendapatkan jawaban. "Buk, nasinya udah belum? Kebetulan perut aku mules banget." bukan hanya perutnya, melainkan sekujur tubuhnya sudah mules untuk melawan dan menabrak ayahnya kali ini.

"Ini Bun." Mirna mulai menaruh curiga pada gadis yang terlihat sekali tak banyak menjawab pertanyaannya. Makanya Mirna mengalihkan topik yang sepertinya semakin membuatnya curiga pada keluarga tetangganya yang sejak dulu Andrean tak dekat dengan mereka. Alasan istrinya tentu saja sibuk berjualan.

Di sisi Bunga, saat ini ia tak tahu harus berperilaku sebagai anak yang selalu mematuhi kehendak orang tua atau durhaka. Dari dulu gadis itu menahan dan menanggung beban yang cukup berat di pundaknya.

Adakah orang yang mau menjalankan kehidupan yang usianya saja masih sangat muda seperti Bunga? Tentu tidak ada yang mau termasuk gadis yang terus mengayunkan pedal sepedanya agar cepat sampai di rumah.

Jika ada pilihan, itulah pilihan gadis itu. Ia ingin membawa jauh adik dan ibunya pergi dari ayahnya. Namun lagi-lagi tampaknya itu sangatlah sulit.

Bunga mengerem mendadak dan hampir saja menabrak tukang penjualan siomay. "Oy Dek, hati-hati bawa sepeda. Kalau daganganku tadi pada jatuh ke tanah, emang situ mau ganti."

"Ma-maaf Bang!" Bunga terlalu tergesa-gesa. Hampir saja masalah baru ia dapatkan.

Beruntung abang penjualan siomay itu segera berlalu setelah puas memarahi Bunga. Helaian napas lega gadis itu keluarkan. Ia masih beruntung kali ini. Kembali membawa kendaraan kesayangan menuju rumah yang cukup jauh dari para tetangganya.

Yah mau gimana lagi. Itulah kontrakan yang paling murah. Jelas kebocoran sana sini tentu ada. Yang paling mengenaskan tempat itu berada di dekat pembuangan sampah masyarakat.

Tahan tak tahan mereka harus berjuang. Lagian Bunga, Kirana dan ibunya sering membersihkan tempat itu agar layak di huni. Mereka juga sering mendapatkan upah untuk membakar sampah-sampah di sana.

Bunga telah sampai di kediamannya. Ia berusaha keras untuk terlihat baik-baik saja jika bertemu adik kesayangannya itu. Ucapan salam Bunga lantunkan. "Kiki, bubun bawa makanan nasi uduk buk Mirna. Ini loh kesukaan Kamu." begitulah gadis itu memberikan sorakan manis agar adiknya tetap semangat.

Bunga sebagai kakak belum mampu menyekolahkan adiknya sampai saat ini. Akan tetapi gadis cantik itu berjanji, jika ia mendapatkan uang banyak, adiknya akan segera sekolah tahun ini.

Bunga berjalan langsung ke dapur tak mendengar suara adiknya. "Apa dia masih main ya?" Bunga melihat tumpukan piring kotor yang biasanya sesaat ia pulang pasti rumah itu bersih. Ini sudah jelas membuat firasat gadis itu kembali mengarungi.

"Kiki...," Bunga mendengar suara adiknya di dalam kamar terdengar mendesah kecil. Gadis itu berlarian sampai terperanjat melihat kondisi adiknya yang hanya menggunakan kain dan jelas, buliran jatuh membasahi pipinya.

Tubuh gadis itu melemas sampai tas ranselnya yang belum sempurna Bunga kancing terjatuh ke lantai dan semua isi barang-barang serta ponsel yang di berikan Ali berserakan.

Tangan gadis itu tremor sesaat ingin menyentuh adiknya yang terlihat tak mampu bergerak. "A—pa ini semua ba—pak yang me-melakukan—nya Ki?" rasanya suara Bunga tercekat di kerongkongannya. Dada gadis itu sesak dan seluruh napas tak dapat ia ambil.

Wanita muda di hadapannya masih diam dengan tatapan kosong. Sontak membuat Bunga menarik adiknya ke dalam dekapannya. Gadis cantik itu menangis meraung-raung sembari memeluk adiknya yang terlihat tak berdaya lagi.

Terpopuler

Comments

Yus Warkop

Yus Warkop

apa novel ini diambil dari cerita nyata ? pernah ada berita dikoran yah

2025-01-05

0

mudahlia

mudahlia

nauzubillah ya Allah ada ya bapak kyak gt

2024-08-11

0

Yunia Afida

Yunia Afida

dasar bapak edyan tu

2024-08-11

0

lihat semua
Episodes
1 Ch ~
2 Ch ~
3 Ch ~
4 Ch ~ {Tidak begitu tenang}
5 Ch ~ {Tak tinggal diam}
6 Ch ~ {Tak berdaya}
7 Ch ~ {Berusaha}
8 Ch ~ {Berontak}
9 Ch ~ {Khawatir}
10 Ch ~ {Bersyukur}
11 Ch ~ {Kesal dan Kesedihan}
12 Ch ~ {Kurang nyaman}
13 Ch ~ {Histeris}
14 Ch ~ {Sebanding sama saja setara}
15 Ch ~ {Sebagai bentuk penyemangat}
16 Ch ~ {Mengambulkan permintaan}
17 Ch ~ {Cukup sadar}
18 Ch ~ {Pendekatan}
19 Ch ~ {Tak sekuat baja}
20 Ch ~ {Ketahuan}
21 Ch ~ {Jalan yang harus di pilih}
22 Ch ~ {Merasa sedikit lebih aman}
23 Ch ~ {Penuh sindiran}
24 Ch ~ {Tatapan dan teguran}
25 Ch ~ {Mengundurkan diri}
26 Ch ~ {Keputusasaan di ujung harapan}
27 CH ~ {Cahaya di tengah luka}
28 Ch ~ {Kehangatan keluarga}
29 Ch ~ {Awal yang baru}
30 Ch ~ {Antara peran dan perasaan}
31 Ch ~ {Dalam hening malam}
32 Ch ~ {Komitmen dan keteguhan}
33 Ch ~ {Tekad yang tersulut}
34 CH ~ {Permainan licik di balik dapur}
35 Ch ~ {Malam penuh rasa}
36 Ch ~ {Penuh kejutan dan tawa}
37 Ch ~ {Jejak takdir}
38 Ch ~ {Kebenaran yang memisahkan}
39 Ch ~ {Langkah terakhir bersama}
40 Ch ~ {Kembali ke rumah}
41 Ch ~ {Pilihan yang tersimpan}
42 Ch ~ {Perasaan yang tersembunyi}
43 Ch ~ {Awal dari sesuatu yang baru}
44 Ch ~ {Dilindungi}
45 Ch ~ {Undangan}
46 Ch ~ {Persiapan}
47 Ch ~ {Berbeda}
48 Ch ~ {Rencana}
49 Ch ~ {Aku aja yang tanggung jawab}
50 Ch ~ {Mengungkapkan perasaan}
51 Ch ~ {Awal yang baru}
52 Ch ~ {Frustasi}
53 Ch ~ {Istri pengganti}
54 Ch ~ {Nyaman dan aman}
55 Ch ~ {Perasaan cemas}
56 Ch {Bimbang}
57 Ch ~ {Merasa bersalah}
58 Ch ~ {Mencoba memahami}
59 Ch ~ {Jalan-jalan}
60 Ch ~ {Tegang}
61 Ch ~ {Kadang hidup itu memang aneh}
62 Ch ~ {Tamat}
63 Ch ~ {Bab Spesial}
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Ch ~
2
Ch ~
3
Ch ~
4
Ch ~ {Tidak begitu tenang}
5
Ch ~ {Tak tinggal diam}
6
Ch ~ {Tak berdaya}
7
Ch ~ {Berusaha}
8
Ch ~ {Berontak}
9
Ch ~ {Khawatir}
10
Ch ~ {Bersyukur}
11
Ch ~ {Kesal dan Kesedihan}
12
Ch ~ {Kurang nyaman}
13
Ch ~ {Histeris}
14
Ch ~ {Sebanding sama saja setara}
15
Ch ~ {Sebagai bentuk penyemangat}
16
Ch ~ {Mengambulkan permintaan}
17
Ch ~ {Cukup sadar}
18
Ch ~ {Pendekatan}
19
Ch ~ {Tak sekuat baja}
20
Ch ~ {Ketahuan}
21
Ch ~ {Jalan yang harus di pilih}
22
Ch ~ {Merasa sedikit lebih aman}
23
Ch ~ {Penuh sindiran}
24
Ch ~ {Tatapan dan teguran}
25
Ch ~ {Mengundurkan diri}
26
Ch ~ {Keputusasaan di ujung harapan}
27
CH ~ {Cahaya di tengah luka}
28
Ch ~ {Kehangatan keluarga}
29
Ch ~ {Awal yang baru}
30
Ch ~ {Antara peran dan perasaan}
31
Ch ~ {Dalam hening malam}
32
Ch ~ {Komitmen dan keteguhan}
33
Ch ~ {Tekad yang tersulut}
34
CH ~ {Permainan licik di balik dapur}
35
Ch ~ {Malam penuh rasa}
36
Ch ~ {Penuh kejutan dan tawa}
37
Ch ~ {Jejak takdir}
38
Ch ~ {Kebenaran yang memisahkan}
39
Ch ~ {Langkah terakhir bersama}
40
Ch ~ {Kembali ke rumah}
41
Ch ~ {Pilihan yang tersimpan}
42
Ch ~ {Perasaan yang tersembunyi}
43
Ch ~ {Awal dari sesuatu yang baru}
44
Ch ~ {Dilindungi}
45
Ch ~ {Undangan}
46
Ch ~ {Persiapan}
47
Ch ~ {Berbeda}
48
Ch ~ {Rencana}
49
Ch ~ {Aku aja yang tanggung jawab}
50
Ch ~ {Mengungkapkan perasaan}
51
Ch ~ {Awal yang baru}
52
Ch ~ {Frustasi}
53
Ch ~ {Istri pengganti}
54
Ch ~ {Nyaman dan aman}
55
Ch ~ {Perasaan cemas}
56
Ch {Bimbang}
57
Ch ~ {Merasa bersalah}
58
Ch ~ {Mencoba memahami}
59
Ch ~ {Jalan-jalan}
60
Ch ~ {Tegang}
61
Ch ~ {Kadang hidup itu memang aneh}
62
Ch ~ {Tamat}
63
Ch ~ {Bab Spesial}

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!