Awal Pencarian

Edward yang baru saja keluar rumah mengerutkan dahi melihat Bagas sudah akrab dengan Elsa bahkan Erwin ikutan ngobrol sambil tertawa.

“Aku pergi dulu kak Bagas.”

Elsa buru-buru pamit begitu melihat Edward. Hatinya masih kesal dengan kelakuan dokter muda itu saat di kamar mandi sementara Edward malah kelihatan salah tingkah karena tatapan Elsa yang sempat melirik tajam seakan berkata ‘tunggu pembalasanku !’

“Nggak pamit sama suami dulu, Sa ?” ledek Bagas sambil senyum-senyum. Elsa tidak menjawab malah buru-buru masuk ke dalam mobil.

“Berangkat dulu kak Ed, kak Bagas.” Erwin buru-buru pamit dan menyusul Elsa yang sudah duduk manis di kursi penumpang depan

“Kenapa lagi ?” tanya Erwin saat mobil mulai melaju menuju kampus.

“Apanya ?”

“Kak Ed cari masalah apalagi sama kamu, masih pagi wajah cantik begini langsung asem begitu melihat dia.”

“Nggak ada apa-apa, nyebelin doang ! Suruh dia cepat-cepat pulang, kelamaan di sini bikin aku emosi terus padahal orangtua bilang kalau lagi hamil nggak boleh sebel-sebel sama orang, nanti wajahya mirip sama yang nyebelin. Aku nggak mau anakku mirip dokter Edward.”

Mata Erwin membola disusul dengan gelak tawa namun tatapannya tetap fokus ke jalan di depannya.

“Kok malah ketawa ? Kak Erwin pikir aku lagi ngelawak ?” Bibir Elsa sampai mengerucut.

“Iya kamu kayak lagi guyon. Udah pasti anakmu itu bakal mirip sama kak Ed, wong dia bapake. Bibitnya dari kak Ed masa mukanya kayak kak Bagas ?” goda Erwin di sela tawanya.

“Ya ampun, nyimpangnya jauh banget sih ! Jangan asal ngomong deh, katanya kamu mau tanggungjawab sama anak ini, malah nyumpahin mukanya mirip dokter Bagas. Kenapa bukan Gilang aja sekalian yang gantengan ?”

“Jadi kamu sebenarnya suka sama Gilang ?”

“Iya, sayangnya cinta dia datang di waktu yang salah, yang terus-terusan nongol malah dokter Edward !”

Erwin tersenyum, dengan gemas dicubitnya pipi Elsa sebelah sementara wajah bumil itu masih saja ditekuk.

“Sejak jadi bumil kamu kok suka marah-marah, ketus dan galak juga, jadi mirip kak Edward.”

“Kelamaan hidup sama dokter Edward, jadi ketularan,” sahut Elsa asal membuat Erwin tertawa lagi sambil geleng-geleng kepala.

“Bisa tolong bilang sama mommy dan daddy, daripada mereka yang pulang lebih baik suruh dokter Ed aja buru-buru balik ke Jakarta. Aku ogah banget tinggal berduaan sama dia. Kinan juga menolak tinggal di situ kalau ada dokter Edward soalnya sama kayak aku, emosi Kinan kayak disiram bensin setiap kali ketemu dokter Edward.”

“Kenapa kamu harus nyuruh aku ? Langsung ngomong aja sama kak Ed atau minta daddy dan mommy bawa dia pulang sekalian. Kalau daddy nggak mungkin lama-lama cuti apalagi kak Ed udah dipecat dari rumah sakit.”

“Masih jadi istrinya aja nggak pernah didengar apalagi sekarang udah jadi mantan,” gerutu Elsa.

Erwin tersenyum dan mengusap kepala Elsa.

“Apa daddy belum bilang sama kamu kalau proses perceraian kalian ditunda sementara.”

“Kenapa ?” Elsa tampak terkejut sampai memutar posisi duduknya ke arah Erwin.

“Karena kamu lagi hamil dan si jabang bayi itu anaknya kak Edward.”

Elsa menghela nafas, wajahnya kelihatan kecewa.

“Aku nggak butuh pengakuan dari dokter Edward meskipun nggak keberatan anak ini memakai nama keluarga Hartawan,” gumam Elsa sambil mengusap-usap perutnya yang mulai sedikit membuncit.

“Kenapa kamu harus menyerah setelah memberikan milikmu yang paling berharga untuk kak Edward ? Dimana rasa percaya diri seorang Elsa yang dengan keras kepala dan ngotot sama daddy dan mommy maunya nikah sama kak Edward ?”

Elsa menghela nafas dan membuang wajahnya ke samping, ia tidak mau Erwin melihat matanya mulai berkaca-kaca.

“Aku hanya menjalankan tugas seorang istri yang menolong suaminya saat ditimpa masalah, meski aku tahu kalau dokter Edward tidak pernah menganggapku istrinya. Bisa tolong jangan bahas masalah ini sekarang ? Mood aku mendadak nggak enak.”

“Oke,” sahut Erwin sambil mengangguk-anggukkan kepala.

Tidak ada percakapan apa-apa lagi sampai mobil berhenti di depan kampus.

“Terima kasih,” ujar Elsa sambil melepas sabuk pengamannya.

“Nanti mau dijemput jam berapa ?”

“Nggak usah jemput, aku mau pergi sama Kinan.”

“Oke, hati-hati, El. Hubungi aku aja kalau mau ditemani atau dijemput.”

Elsa yang sudah turun hanya menganggukan kepala dan berjalan ke dalam kampus.

***

“Kita mau kemana ?” tanya Edward saat melihat mobil Bagas melaju ke luar kota Yogakarta.

“Elo bilang pingin tahu siapa yang pernah dikasih saputangan milik lo itu.”

“Memangnya dia tinggal dimana ?”

“Gunung Kidul.”

Edward menautkan alis, mencoba mengingat-ingat kejadian yang membuatnya sampai memberikan saputangannya pada seseorang. Kalau di daerah sana berarti saat itu ia sedang menjalani koas bersama Bagas.

“Ternyata elo bisa juga salah tingkah ditatap Elsa padahal biasanya acuh dan galak sama istri lo,” ledek Bagas sambil terkekeh.

“Dia udah mantan, malah sekarang udah jadi calon istrinya Erwin.”

“Oh ya ? Jadi ceritanya turun ranjang ?” Edward mengangkat kedua bahunya.

“Nggak tahu apakah masih bisa dibilang turun ranjang karena selama menikah, gue nggak pernah hidup layaknya semua istri.”

Bagas tersenyum tipis sambil geleng-geleng kepala. “Elo udah cinta mati sama dia, Ed ? Kenapa nggak coba menerima takdir kalau jodoh elo sama Elsa ?”

“Gue sudah mencoba menjalani pernikahan selama setahun sama Elsa tapi perasaan gue biasa-biasa aja, nggak tersentuh sedikit pun meski kami tinggal satu apartemen. Dan sekarang begitu mendengar dia mau nikah bahkan sebentar lagi punya anak sama Erwin, gue juga biasa aja. Hanya merasa sedikit aneh menghadapi Elsa sekarang galak dan suka marah-marah tapi sama gue doang.”

Bagas tertawa pelan. “Elo itu dokter Ed, masa gitu aja nggak paham. Elsa lagi hamil, wajar kalau moodnya sering berubah-ubah. Mungkin karena tanpa sadar elo suka nyakitin dia, rasa sakit yang udah ditahannya sekarang pingin meledak.”

“Kalau sejak dulu dia menerima Erwin sebagai suaminya mungkin dia nggak akan pernah menumpuk rasa sakit hati sama gue.”

Bagas kembali tersenyum dan menambah laju kecepatannya saat mereka sudah memasuki jalan raya Magelang. Keduanya melanjutkan pembicaraan kebanyakan seputar pekerjaan mereka sebagai dokter dan kenangan saat-saat menjalani kuliah bersama.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama 1 jam 15 menit, Bagas menepikan mobil dan berhenti persis di dekat hamparan sawah.

“Kok berhenti di sini ?” tanya Edward dengan alis menaut. “Nggak ada rumah, hanya sawah semua.”

Bagas tertawa dan mengangguk. “Persis di pematang sawah di depan sana cerita saputangan biru itu dimulai, Ed. Apa elo udah lupa sama sekali bahkan setelah melihat lagi tempat ini ?”

Edward mencondongkan tubuhnya ke arah kaca depan setelah melepas sabuk pengamannya. Dahinya berkerut mencoba mengingat-ingat yang diucapkan Bagas.

“Ayo turun, siapa tahu begitu melihat lebih dekat, elo mendadak ingat.”

Erwin mengangguk dan menyusul Bagas yang sudah lebih dulu turun dari mobil.

Terpopuler

Comments

Tinaristina

Tinaristina

amnesia x y dr ed

2024-08-16

5

lihat semua
Episodes
1 Tugas Seorang Istri
2 Teman Selingkuh
3 Tindakan Nekad Si Pelakor
4 Selembar Surat Cerai
5 Rencana Gila
6 Jejak yang Hilang
7 Gejala Menakutkan
8 Uji Coba
9 Pelakor Diselingkuhi
10 Di Balik Permintaan Maaf
11 Kedatangan Penjaga Hartawan
12 Siap Menerima Tantangan
13 Perjanjian yang Terlewatkan
14 Saputangan dan Wanita Penuntut
15 Pertanggungjawaban
16 Berandai-andai
17 Pengakuan Lily
18 Kedatangan yang Tiba-tiba
19 Sentuhan Maut
20 Awal Pencarian
21 Bocah yang Sudah Dewasa
22 Pria Sombong dan Menyebalkan
23 Marah, Kecewa dan Sakit
24 Pengakuan dan Kebohongan
25 Usaha Awal
26 Kemarahan Elsa dan Pendukungnya
27 Setengah Hari Bersama Gilang
28 Perbincangan dari Hati ke Hati
29 Pelajaran Tentang Kecewa
30 Percakapan Kakak Adik
31 Melepas dengan Ikhlas
32 Harus Bagaimana ?
33 Arti Sebuah Nama
34 Tamu yang Tiba-tiba
35 Skenario Baru
36 Permohonan dan Penyesalan
37 Cerita Lama dari Kinan
38 Kebodohan Edward
39 Ijin Tinggal
40 Meluruskan Kesalahpahaman
41 Pelajaran Pertama
42 Pelajaran Kedua
43 Kejujuran yang Beresiko
44 Kamar yang Terkunci
45 Pria Paling Beruntung
46 Pembelaan Elsa
47 Kebahagiaan dan Kebimbangan
48 Pesan Sponsor ?
49 Keruwetan Kinan
50 Kegalauan Edward
51 Kedatangan Kinan
52 Pertimbangan Erwin
53 Pertengkaran Sahabat
54 Kelulusan Elsa
55 Erwin yang Berbeda
56 Keputusan Erwin
57 De javu
58 Kembali ke Rumah Sakit
59 Menghalau Pelakor
60 Berita Mengejutkan
61 Obrolan Siang
62 Penyesalan dan Penyesalan
63 Ketegasan Elsa
64 Pria Bertanggungjawab
65 Cinta dan Pengorbanan
66 Cinta yang Belum Habis
67 Pertemuan Kinan dan Erwin
68 Pertanyaan Bodoh
69 Pengakuan
70 Permintaan Gilang
71 Menerima Takdir
72 Tidak Bisa dan Tidak Mau
73 Alasannya : Aku Takut
74 Aku Tahu dan Cemburu
75 Keresahan Gilang
76 Kegalauan Erwin
77 Pria Terbodoh
78 Kecemasan Elsa
79 Dinginnya Elsa
80 Protes Hilda
81 Teguran Keras
82 I love you Elsa
83 Kejutan
84 Penjelasan Gilang
85 Wani Piro, Mas ?
86 Dan Elsa pun…..
87 Cinta dan Keikhlasan
88 Kepergian Lily
89 Cintamu Selamanya
90 Terima Kasih
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Tugas Seorang Istri
2
Teman Selingkuh
3
Tindakan Nekad Si Pelakor
4
Selembar Surat Cerai
5
Rencana Gila
6
Jejak yang Hilang
7
Gejala Menakutkan
8
Uji Coba
9
Pelakor Diselingkuhi
10
Di Balik Permintaan Maaf
11
Kedatangan Penjaga Hartawan
12
Siap Menerima Tantangan
13
Perjanjian yang Terlewatkan
14
Saputangan dan Wanita Penuntut
15
Pertanggungjawaban
16
Berandai-andai
17
Pengakuan Lily
18
Kedatangan yang Tiba-tiba
19
Sentuhan Maut
20
Awal Pencarian
21
Bocah yang Sudah Dewasa
22
Pria Sombong dan Menyebalkan
23
Marah, Kecewa dan Sakit
24
Pengakuan dan Kebohongan
25
Usaha Awal
26
Kemarahan Elsa dan Pendukungnya
27
Setengah Hari Bersama Gilang
28
Perbincangan dari Hati ke Hati
29
Pelajaran Tentang Kecewa
30
Percakapan Kakak Adik
31
Melepas dengan Ikhlas
32
Harus Bagaimana ?
33
Arti Sebuah Nama
34
Tamu yang Tiba-tiba
35
Skenario Baru
36
Permohonan dan Penyesalan
37
Cerita Lama dari Kinan
38
Kebodohan Edward
39
Ijin Tinggal
40
Meluruskan Kesalahpahaman
41
Pelajaran Pertama
42
Pelajaran Kedua
43
Kejujuran yang Beresiko
44
Kamar yang Terkunci
45
Pria Paling Beruntung
46
Pembelaan Elsa
47
Kebahagiaan dan Kebimbangan
48
Pesan Sponsor ?
49
Keruwetan Kinan
50
Kegalauan Edward
51
Kedatangan Kinan
52
Pertimbangan Erwin
53
Pertengkaran Sahabat
54
Kelulusan Elsa
55
Erwin yang Berbeda
56
Keputusan Erwin
57
De javu
58
Kembali ke Rumah Sakit
59
Menghalau Pelakor
60
Berita Mengejutkan
61
Obrolan Siang
62
Penyesalan dan Penyesalan
63
Ketegasan Elsa
64
Pria Bertanggungjawab
65
Cinta dan Pengorbanan
66
Cinta yang Belum Habis
67
Pertemuan Kinan dan Erwin
68
Pertanyaan Bodoh
69
Pengakuan
70
Permintaan Gilang
71
Menerima Takdir
72
Tidak Bisa dan Tidak Mau
73
Alasannya : Aku Takut
74
Aku Tahu dan Cemburu
75
Keresahan Gilang
76
Kegalauan Erwin
77
Pria Terbodoh
78
Kecemasan Elsa
79
Dinginnya Elsa
80
Protes Hilda
81
Teguran Keras
82
I love you Elsa
83
Kejutan
84
Penjelasan Gilang
85
Wani Piro, Mas ?
86
Dan Elsa pun…..
87
Cinta dan Keikhlasan
88
Kepergian Lily
89
Cintamu Selamanya
90
Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!