Sentuhan Maut

Edward berjalan bolak balik dengan perasaan gelisah di dalam kamar yang ada di lantai 2. Bukan karena kamar tidurnya bersebelahan dengan Elsa tapi jawaban daddy membuat semua masalahnya kembali mentah.

Edward yakin daddy Robert benar-benar tidak tahu mengenai ulah Lily bahkan dengan tegas daddy meyakinkan Edward kalau sejak dulu beliau tidak pernah menempatkan orang untuk mengawasi tindak tanduk Edward di luar justru dokter Robert mendengar perselingkuhan putranya dengan dokter Lily dari orang lain.

Selain masalahnya sendiri, banyak pertanyaan yang mengganggu pikiran Edward termasuk soal hubungan Elsa dan Erwin.

Rasanya sedikit aneh mendapati Elsa tengah hamil anaknya Erwin, padahal mereka belum lama bertemu dan tidak pernah tinggal satu atap bahkan sampai setelah tahu Elsa hamil, Erwin tetap tinggal di tempat kostnya. Menurut mommy itu semua demi menjaga nama baik Elsa karena para tetangga tahunya gadis itu masih single.

Sepanjang makan siang tadi, Edward seperti melihat sosok Elsa yang berbeda. Tidak pernah terbayang dalam benak Edward, wanita yang biasanya pendiam dan kalem mendadak jadi wanita yang super manja, ketus dan moody. Tapi Erwin kelihatan tidak keberatan, adiknya malah menanggapi sikap Elsa dengan sabar dan penuh perhatian.

Perut Edward mendadak berbunyi, lupa kalau ia belum makan malam dan tidak menyentuh cemilan apapun setelah makan siang. Tanpa menundanya lagi, ia turun ke dapur sambil membawa handphone, jaga-jaga kalau harus memesan makanan lewat aplikasi.

Wangi mie instan dan aroma cabai langsung tercium saat kakinya menginjak lantai 1. Pasti Elsa yang memasak karena mommy dan daddy sedang keluar memenuhi undangan makan malam dari teman dokter yang asli orang Yogya.

Edward ragu melangkah ke dapur tapi wangi masakan membuat perutnya meronta dan susah menolak. Akhirnya pura-pura ingin mengambil minuman, Edward langsung membuka kulkas.

Wajah Edward langsung merona saat perutnya kembali berbunyi sampai membuat Elsa menoleh sekilas lalu kembali sibuk mengaduk makanannya.

Gengsi untuk menanyakan dimana tempat penyimpanan mie instan, Edward memilih meninggalkan dapur untuk memesan makanan.

“Mau kemana ?” Pertanyaan Elsa membuat Edward menghentikan langkahnya dan menoleh.

“Mommy sudah wanti-wanti berpesan untuk menyiapkan makan malam. Hanya ada ini di rumah, terserah mau makan atau nggak !”

Edward mengerutkan dahi mendengar Elsa berbicara ketus dengan wajah cemberut sambil meletakkan 2 mangkok mie instan di atas meja makan.

“Kalau nggak rela masakin tinggal bilang, aku masih bisa cari makan sendiri.”

Elsa tidak menggubris. Ia sudah duduk dan mendekatkan mangkok mie instannya lalu tanpa menawarkan Edward, Elsa mulai menyendok mie-nya dengan sumpit lalu meniupnya.

Gengsi Edward ingin menolak mie instan yang sudah disiapkan Elsa tapi memikirkan perasaan bumil lebih sensitif kalau sampai ia menolak, akhirnya Edward menarik kursi persis di seberang Elsa.

“Jangan sering-sering makan mie instan kalau sedang hamil.”

Elsa tidak menjawab, matanya fokus tertuju pada handphone yang diletakkan di samping mangkok. Edward juga tidak memaksa, tangannya mulai mengaduk mie yang membuat cacing di perutnya semakin meronta.

Edward sempat menghentikan suapan saat sendok di tanganya membelah telur rebus yang dimasak bersama mie. Sampai saat ini hanya Elsa yang tahu seleranya, bahkan Lily yang sudah 7 tahun lebih menjadi kekasihnya tidak pernah bisa memasak seperti Elsa.

“Besok-besok boleh tambahkan cabe rawit seperti punyamu ?”

Elsa berusaha masa bodoh padahal dalam hati ia terkejut mendengar Edward mengajaknya bicara, nadanya lembut dan sopan, padahal sebelumnya selalu ketus dan galak.

Melihat Elsa tidak memberikan tanggapan, Edward memutuskan kembali diam, tidak melanjutkan percakapan, fokus menghabiskan makanannya sampai akhirnya Elsa bangun lebih dulu lalu pergi ke dapur untuk membawa piring kotor.

“Terima kasih untuk makanannya.”

Elsa terkesima, tidak percaya dengan pendengarannya. Seumur-umur kenal dengan Edward, pria itu tidak pernah mengucapkan terima kasih pada Elsa bahkan saat mereka belum menikah.

“Elsa !” Lamunan Elsa terputus saat Edward mengibaskan tangan persis di depan wajahnya.

“Eh iya,” Elsa buru-buru melewati Edward dan tidak sengaja lengan mereka bersentuhan.

“Maaf,” ujar Elsa dengan sikap canggung.

Gantian Edward bergeming sambil memegang mangkok di tangannya. Wajahnya terlihat tegang karena merasa bagian tubuhnya ada yang bereaksi saat kulit mereka bersentuhan.

Ada yang berkedut di bawah sana membuat kepalanya perlahan menunduk dan matanya langsung membola begitu melihat miliknya bergerak membesar.

Tidak mungkin ! Sampai tadi pagi miliknya masih belum normal dan Edward tidak terlalu peduli karena fokus ingin segera bertemu daddy.

“Elsa !” Wanita itu berhenti, berbalik badan dan menatap Edward dengan wajah datar.

Selama beberap menit keduanya hanya saling bertatapan tanpa bicara apa-apa sementara jantung mereka sama-sama berdegup tidak karuan.

***

Elsa baru saja naik ke lantai 2 untuk bersiap-siap mandi sebelum ke kampus saat telinganya mendengar suara orang sedang muntah-muntah di kamar mandi. Niatnya ingin mengabaikan tapi kakinya malah melangkah ke sana dan tangannya langsung mengetuk pintu.

Tidak ada jawaban dari dalam malah terdengar suara muntahan yang kembali terulang membuat Elsa memutuskan untuk membuka pintu. Dilihatnya Edward sedang duduk di lantai, wajahnya kelihatan pucat dan lemas, hanya mengenakan celana pendek rumahan tanpa kaos penutup dadanya.

Tanpa bicara, Elsa membantu pria itu bangun, menurunkan penutup kloset dan mendudukan Edward di atasnya. Tangannya langsung memijat leher sampai ke bahu Edward membuat wajah pria itu mulai membaik tapi detik berikutnya tanpa sadar tangan Edward mendorong tubuh Elsa menjauh dan ia segera beranjak lalu memunggungi Elsa.

“Dokter kenapa sih ? Aku tahu dokter masih membenciku tapi nggak usah pakai dorong-dorong begitu, tinggal bilang aja. Kalau sampai kandunganku kenapa-napa, aku akan membenci dokter seumur hidup,” ketus Elsa dengan wajah cemberut.

“Maaf, aku nggak sengaja. Tolong keluar dari sini, aku mau mandi,” sahut Edward tanpa berbalik badan.

Elsa melengos sebal, menutup pintu kamar mandi dengan sedikit kencang sambil menggerutu.

“Jangan dipikir dengan minta maaf semuanya beres.”

Edward menghela nafas lega saat Elsa sudah tidak lagi di dekatnya. Kembali ia menunduk melihat aset berharganya yang lagi-lagi bereaksi saat Elsa menyentuhnya, kali ini tidak pelan-pelan seperti semalam membuat Edward panik hingga mendorong Elsa.

Jangan berpikir aneh-aneh Ed, dia bukan lagi istrimu tapi calon adik iparmu ! Dia sedang hamil keponakanmu, jangan berharap dia akan membantumu menjadi laki-laki normal.

Edward buru-buru masuk ke bilik shower dan menyalakan keran air dingin untuk menghilangkan hawa panas yang mengalir di seluruh tubuhnya.

Logikanya tidak bisa menemukan jawaban kenapa miliknya selalu bereaksi setiap bersentuhan dengan Elsa padahal sebelumnya Edward tidak pernah merasakan apa-apa bahkan saat mereka tinggal satu rumah.

Semalam untuk memastikan miliknya sudah berfungsi normal, Edward kembali menonton film dewasa tapi hasilnya tetap sama, aset pentingnya tidak bereaksi, berkedut pun tidak, lalu kenapa dengan Elsa……

Terpopuler

Comments

Ririn Nursisminingsih

Ririn Nursisminingsih

kualat sama elsa kmu edward🤗🤗

2025-02-01

2

Ayu Dani

Ayu Dani

aaah gue gak suka nih Kalo sampe Elsa balikan sama Edward

2024-08-21

4

Konny Rianty

Konny Rianty

betul itu thorr" bikin elsa nikah sm erwin ..

2024-08-20

1

lihat semua
Episodes
1 Tugas Seorang Istri
2 Teman Selingkuh
3 Tindakan Nekad Si Pelakor
4 Selembar Surat Cerai
5 Rencana Gila
6 Jejak yang Hilang
7 Gejala Menakutkan
8 Uji Coba
9 Pelakor Diselingkuhi
10 Di Balik Permintaan Maaf
11 Kedatangan Penjaga Hartawan
12 Siap Menerima Tantangan
13 Perjanjian yang Terlewatkan
14 Saputangan dan Wanita Penuntut
15 Pertanggungjawaban
16 Berandai-andai
17 Pengakuan Lily
18 Kedatangan yang Tiba-tiba
19 Sentuhan Maut
20 Awal Pencarian
21 Bocah yang Sudah Dewasa
22 Pria Sombong dan Menyebalkan
23 Marah, Kecewa dan Sakit
24 Pengakuan dan Kebohongan
25 Usaha Awal
26 Kemarahan Elsa dan Pendukungnya
27 Setengah Hari Bersama Gilang
28 Perbincangan dari Hati ke Hati
29 Pelajaran Tentang Kecewa
30 Percakapan Kakak Adik
31 Melepas dengan Ikhlas
32 Harus Bagaimana ?
33 Arti Sebuah Nama
34 Tamu yang Tiba-tiba
35 Skenario Baru
36 Permohonan dan Penyesalan
37 Cerita Lama dari Kinan
38 Kebodohan Edward
39 Ijin Tinggal
40 Meluruskan Kesalahpahaman
41 Pelajaran Pertama
42 Pelajaran Kedua
43 Kejujuran yang Beresiko
44 Kamar yang Terkunci
45 Pria Paling Beruntung
46 Pembelaan Elsa
47 Kebahagiaan dan Kebimbangan
48 Pesan Sponsor ?
49 Keruwetan Kinan
50 Kegalauan Edward
51 Kedatangan Kinan
52 Pertimbangan Erwin
53 Pertengkaran Sahabat
54 Kelulusan Elsa
55 Erwin yang Berbeda
56 Keputusan Erwin
57 De javu
58 Kembali ke Rumah Sakit
59 Menghalau Pelakor
60 Berita Mengejutkan
61 Obrolan Siang
62 Penyesalan dan Penyesalan
63 Ketegasan Elsa
64 Pria Bertanggungjawab
65 Cinta dan Pengorbanan
66 Cinta yang Belum Habis
67 Pertemuan Kinan dan Erwin
68 Pertanyaan Bodoh
69 Pengakuan
70 Permintaan Gilang
71 Menerima Takdir
72 Tidak Bisa dan Tidak Mau
73 Alasannya : Aku Takut
74 Aku Tahu dan Cemburu
75 Keresahan Gilang
76 Kegalauan Erwin
77 Pria Terbodoh
78 Kecemasan Elsa
79 Dinginnya Elsa
80 Protes Hilda
81 Teguran Keras
82 I love you Elsa
83 Kejutan
84 Penjelasan Gilang
85 Wani Piro, Mas ?
86 Dan Elsa pun…..
87 Cinta dan Keikhlasan
88 Kepergian Lily
89 Cintamu Selamanya
90 Terima Kasih
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Tugas Seorang Istri
2
Teman Selingkuh
3
Tindakan Nekad Si Pelakor
4
Selembar Surat Cerai
5
Rencana Gila
6
Jejak yang Hilang
7
Gejala Menakutkan
8
Uji Coba
9
Pelakor Diselingkuhi
10
Di Balik Permintaan Maaf
11
Kedatangan Penjaga Hartawan
12
Siap Menerima Tantangan
13
Perjanjian yang Terlewatkan
14
Saputangan dan Wanita Penuntut
15
Pertanggungjawaban
16
Berandai-andai
17
Pengakuan Lily
18
Kedatangan yang Tiba-tiba
19
Sentuhan Maut
20
Awal Pencarian
21
Bocah yang Sudah Dewasa
22
Pria Sombong dan Menyebalkan
23
Marah, Kecewa dan Sakit
24
Pengakuan dan Kebohongan
25
Usaha Awal
26
Kemarahan Elsa dan Pendukungnya
27
Setengah Hari Bersama Gilang
28
Perbincangan dari Hati ke Hati
29
Pelajaran Tentang Kecewa
30
Percakapan Kakak Adik
31
Melepas dengan Ikhlas
32
Harus Bagaimana ?
33
Arti Sebuah Nama
34
Tamu yang Tiba-tiba
35
Skenario Baru
36
Permohonan dan Penyesalan
37
Cerita Lama dari Kinan
38
Kebodohan Edward
39
Ijin Tinggal
40
Meluruskan Kesalahpahaman
41
Pelajaran Pertama
42
Pelajaran Kedua
43
Kejujuran yang Beresiko
44
Kamar yang Terkunci
45
Pria Paling Beruntung
46
Pembelaan Elsa
47
Kebahagiaan dan Kebimbangan
48
Pesan Sponsor ?
49
Keruwetan Kinan
50
Kegalauan Edward
51
Kedatangan Kinan
52
Pertimbangan Erwin
53
Pertengkaran Sahabat
54
Kelulusan Elsa
55
Erwin yang Berbeda
56
Keputusan Erwin
57
De javu
58
Kembali ke Rumah Sakit
59
Menghalau Pelakor
60
Berita Mengejutkan
61
Obrolan Siang
62
Penyesalan dan Penyesalan
63
Ketegasan Elsa
64
Pria Bertanggungjawab
65
Cinta dan Pengorbanan
66
Cinta yang Belum Habis
67
Pertemuan Kinan dan Erwin
68
Pertanyaan Bodoh
69
Pengakuan
70
Permintaan Gilang
71
Menerima Takdir
72
Tidak Bisa dan Tidak Mau
73
Alasannya : Aku Takut
74
Aku Tahu dan Cemburu
75
Keresahan Gilang
76
Kegalauan Erwin
77
Pria Terbodoh
78
Kecemasan Elsa
79
Dinginnya Elsa
80
Protes Hilda
81
Teguran Keras
82
I love you Elsa
83
Kejutan
84
Penjelasan Gilang
85
Wani Piro, Mas ?
86
Dan Elsa pun…..
87
Cinta dan Keikhlasan
88
Kepergian Lily
89
Cintamu Selamanya
90
Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!