Pertanggungjawaban

Edward tersenyum tipis saat seorang ners membantunya memakai pakaian operasi. Hari ini akan menjadi operasi terakhirnya di rumah sakit ini dan entah kapan ia bisa masuk ruang OK lagi usai melepas jabatannya yang tinggal seminggu.

Sudah 2 minggu Edward melamar ke berbagai rumah sakit tapi tidak ada satu pun yang menanggapinya.

Ternyata memiliki nama Hartawan bukan membuatnya lebih mudah keluar dari zona nyaman karena orang bukan takut mempekerjakannya tapi segan karena ada nama besar opa dan daddy-nya yang sama-sama berprofesi sebagai dokter dan pimpinan di rumah sakit milik mereka sendiri.

“Mohon kerjasamanya, mari kita lakukan yang terbaik dan sepenuh hati.”

Edward menatap satu persatu tim dokter dan perawat yang membantunya menjalani operasi sambil mengucapkan kalimat yang menjadi ciri khasnya.

Semuanya menganggukan kepala dan menyadari kalau operasi ini mungkin akan menjadi yang terakhir bersama Edward.

Tangannya yang sudah ahli memegang pisau bedah, memulai operasi penggantian katup jantung seorang anak berusia 12 tahun yang memiliki kelainan jantung bawaan sejak kecil. Dengan sepenuh hati Edward menjalani tugasnya sebagai seorang dokter hingga 3,5 jam lamanya.

“Tolong dirapikan sisanya,” pinta Edward pada asisten dokter yang membantunya. Kepalanya mendadak pusing dan pandangannya berkunang-kunang.

Belum sempat Edward melepaskan sarung tangan dan masker operasi, mendadak tubuhnya limbung dan terjatuh ke lantai.

“Dokter Ed !” seorang ners memekik saat melihat tubuh sang dokter sudah terkulai di lantai.

***

“Kenapa nggak bosan tanya masalah itu terus sih ? Udah dibilangin kalau sampai kapanpun aku nggak bakal menjawabnya !”

Erwin tertawa melihat wajah cemberut Elsa yang langsung turun dari mobil. Keduanya baru saja pulang dari kampus tapi sebelumnya mampir untuk makan bakso di dekat kampus UGM.

“Namanya juga penasaran.” Erwin sudah menyusul Elsa yang baru saja melewati gerbang.

Elsa diam saja, matanya mengernyit melihat ada melihat pintu depan terbuka. Ia mempercepat langkahnya dan matanya langsung membola begitu sampai di ruang tengah.

“Mommy ! Daddy ! Kapan sampainya ? Kok nggak bilang-bilang kalau mau datang kemari ?” Elsa langsung menghampiri mommy Silvia dan memeluknya, sesudah itu menyapa daddy Robert dengan cara yang sama.

Alisnya menaut saat melihat Kinan duduk dekat situ dengan wajah tegang. Erwin yang sama kagetnya seperti Elsa ikut menyapa kedua orangtuanya.

“Sedang ada pekerjaan di sini, Dad ?” tanya Elsa dengan jantung berdebar karena tatapan mommy tidak seperti biasanya, ia juga sempat melirik Kinan yang malah tertunduk dan kelihatan gelisah.

“Ada apa Mom ?” Elsa menatap mommy Silvia yang malah menatap Erwin dengan wajah galak.

“Daddy dan mommy minta kamu menjaga Elsa bukan mengajaknya pacaran.”

“Maksud mommy ?” Alis Erwin menaut mendengar pertanyaan sang mommy.

“Sudah berapa lama kalian jadian ? Kalian sama-sama suka atau kamu Win, mengambil kesempatan dalam kesempitan ?”

“Mommy ngaco deh, siapa yang jadian ? Aku hanya mengikuti instruksi mommy untuk menjaga Elsa supaya nggak diambil sama cowok lain tapi nggak boleh tinggal serumah. Kalau mommy nggak percaya, bisa tanya Kinan atau mau ke tempat kostku ? Hanya 5 menit jalan kaki dari sini.”

“Mommy nggak percaya !”

“Erwin nggak bohong, Mom. Sampai saat ini dia hanya menjadi sopir antar jemputku sekalian cari jodoh di kampus,” canda Elsa berharap wajah tegang mommy mulai cair.

Masih dengan tatapan tajam, mommy Silvia menatap Elsa dan Erwin yang duduk bersebelahan hingga keduanya merasa canggung.

“Mommy nggak masalah kalau kalian sama-sama mau apalagi sekarang Elsa sedang mengandung anakmu.”

“Hamil ?” Erwin langsung menoleh ke arah Elsa dengan mata membola dan ternyata perempuan itu tampak kaget mendengar ucapan mommy.

“Mommy tahu darimana ?”

“Kamu beneran hamil, El ? Sama siapa ? Kok nggak bilang sama aku ?”

Elsa menghela nafas dan melirik Kinan yang membuang muka ke lain arah karena sudah melanggar janjinya pada Elsa untuk tidak memberitahukan soal kehamilannya pada siapapun juga.

“Jangan bilang kalau kamu hamil sama Gilang !”

“Ngawur kak Erwin !” Elsa melotot sambil memukul bahu pria itu.

“Siapa Gilang ?” daddy Robert mulai buka suara, menatap Elsa dengan alis menaut.

“Anak kedokteran, teman SMA Elsa yang udah lama ngejar-ngejar Elsa,” sahut Erwin sambil menatap curiga pada kakak iparnya yang malah memasang muka kesal.

“Jangan asal tuduh ! Aku memang sedang hamil tapi bukan sama dia !” ketus Elsa sambil melotot pada Erwin.

“Terus sama siapa ?” Erwin balas melotot, tidak mau kalah dengan Elsa.

Kinan ikut menatap Elsa dengan wajah penasaran. Elsa hanya bilang kalau ia hamil tapi belum mau memberitahu Kinan siapa pria yang menghamilinya.

Elsa menghela nafas seperti enggan menyebutkan satu nama pria yang membuatnya hamil tapi tidak mungkin menghindar karena mommy dan daddy sudah jauh-jauh datang kemari.

“Elsa !” tegur mommy dengan wajah tidak sabaran.

“Bukan Erwin atau Gilang tapi Mas Edward,” ujar Elsa dengan nada pelan.

“Edward ?”

“Kak Edward ? Gimana ceritanya ? Apa dia tahu ? Pasti dia dalam keadaan mabuk atau setengah sadar saat menidurimu, kalau tidak mana mungkin….”

“Erwin ! Biarkan Elsa menceritakan kejadiannya,” tegas daddy Robert yang sama terkejutnya seperti ketiga orang yang duduk di situ.

“Yang dikatakan Kak Erwin benar bahkan sampai detik ini Mas Edward tidak pernah tahu kalau kami sudah pernah melakukan hubungan suami istri.”

“Kenapa kamu malah minta cerai sama dia ?” tanya mommy dengan nada emosi.

“Aku nggak butuh pengakuan Mas Edward, Mom. Mungkin anak mommy akan bertanggungjawab tapi sudah terbayang rasanya akan lebih sakit karena hatinya tetap terikat pada dokter Lily. Aku akan membesarkannya sendiri dan dia tetap cucu mommy dan daddy.”

“Kalau begitu aku yang akan bertanggungjawab dan kak Edward tidak perlu tahu masalah ini,” usul Erwin yang langsung mendapat pelototan daddy Robert.

“Apa yang dikatakan Elsa benar, Dad.”

“Tidak bisa begitu ! Apapun reaksi Edward, dia berhak tahu dan sudah kewajibanmu untuk memberitahunya. Seandainya dia menolak mengakui anak itu dan kamu mau menerima tawaran Erwin, daddy tidak keberatan merestui pernikahan kalian.”

Dengan gerakan isyarat mommy Silvia menyuruh putra bungsunya bangun supaya ia bisa duduk di sebelah menantunya.

“Sudah berapa minggu ?” Suara mommy Silvia sudah melunak dan tangannya membelai kepala Elsa dengan penuh kasih sayang.

“Aku belum ke dokter, Mom tapi kalau dihitung dari waktu terakhir datang bulan, sekitar 6 atau 7 minggu.”

“Besok kita periksa ke dokter sekalian tanya apa tidak masalah kamu tetap kuliah.”

“Makanya belum apa-apa jangan emosi dulu, Mom, ingat sama jantung. Belum tanya udah main tuduh.”

“Habis kamu kan tukang nyosor, nggak boleh lihat yang bening langsung nemplok.”

“Kalau nggak cepat dicaplok, keburu diserobot orang, Mom. Yang musti dikhawtirkan itu kak Edward, di samping ada yang bening dan kinclong diabaikan malah pilih barang second terus sekarang udah hamilin anak orang nggak ingat sama tanggungjawab.”

Kinan dan Elsa masih berusaha menahan tawa mendengar ocehan Erwin yang membuat daddy tersenyum sambil geleng-geleng kepala.

Percakapan mereka terhenti saat handphone daddy Robert berbunyi. Pria paruh baya itu beranjak dan agak menjauh tapi tidak sampai 5 menit daddy Robert sudah kembali bergabung lagi.

“Edward pingsan dan sekarang sedang dirawat di rumah sakit. Menurut dokter Ikhsan dan dari hasil pemeriksaan lab semuanya baik-baik saja. Mungkin Edward hanya kelelahan dan stres.”

“Atau efek kehamilan Elsa,” ujar mommy.

“Maksud mommy ?” tanya Erwin dengan wajah bingung. “Kak Edward aja nggak tahu kalau Elsa sedang hamil.”

“Itu namanya kehamilan simpatik, kak Erwin. Istri yang hamil, suami yang mengalami tanda-tanda kehamilan.” Erwin langsung tergelak setelah mendengar penjelasan Elsa.

“Biar dia rasa dan semoga nggak akan hilang-hilang sampai anaknya lahir.”

“Erwin !” tegur mommy.

“Sekali-sekali kak Edward perlu diberi pelajaran, Mom. Udah tahu pernah nidurin perempuan lain tapi tetap maksa mau nikah sama kuda binal itu. Sebagai playboy cap kampung, aku aja bisa melihat kalau si Liloy itu bukan perempuan baik-baik. Jangan-jangan dia jadi dokter bukan karena panggilan hati tapi supaya gampang dapat mangsa kayak kak Edward.”

“Kalau sudah pintar membedakan mana perempuan baik dan nggak, kenapa masih belum dapat pacar yang awet sampai sekarang ? Kalau dia kamu sebut kuda binal, kamu banteng liar ?”

Ketiga perempuan yang duduk di situ langsung tertawa mendengar daddy Robert menyindir putra bungsunya yang kelihatan sebal.

Terpopuler

Comments

Ma Em

Ma Em

Elsa mending nikah sama Erwin saja tdk apa apa namanya turun ranjang yg penting kan Erwin mencintai Elsa tdk seperti kakaknya si Edward

2024-08-14

2

Herman Lim

Herman Lim

ahhh lanjut Thor

2024-08-14

1

lihat semua
Episodes
1 Tugas Seorang Istri
2 Teman Selingkuh
3 Tindakan Nekad Si Pelakor
4 Selembar Surat Cerai
5 Rencana Gila
6 Jejak yang Hilang
7 Gejala Menakutkan
8 Uji Coba
9 Pelakor Diselingkuhi
10 Di Balik Permintaan Maaf
11 Kedatangan Penjaga Hartawan
12 Siap Menerima Tantangan
13 Perjanjian yang Terlewatkan
14 Saputangan dan Wanita Penuntut
15 Pertanggungjawaban
16 Berandai-andai
17 Pengakuan Lily
18 Kedatangan yang Tiba-tiba
19 Sentuhan Maut
20 Awal Pencarian
21 Bocah yang Sudah Dewasa
22 Pria Sombong dan Menyebalkan
23 Marah, Kecewa dan Sakit
24 Pengakuan dan Kebohongan
25 Usaha Awal
26 Kemarahan Elsa dan Pendukungnya
27 Setengah Hari Bersama Gilang
28 Perbincangan dari Hati ke Hati
29 Pelajaran Tentang Kecewa
30 Percakapan Kakak Adik
31 Melepas dengan Ikhlas
32 Harus Bagaimana ?
33 Arti Sebuah Nama
34 Tamu yang Tiba-tiba
35 Skenario Baru
36 Permohonan dan Penyesalan
37 Cerita Lama dari Kinan
38 Kebodohan Edward
39 Ijin Tinggal
40 Meluruskan Kesalahpahaman
41 Pelajaran Pertama
42 Pelajaran Kedua
43 Kejujuran yang Beresiko
44 Kamar yang Terkunci
45 Pria Paling Beruntung
46 Pembelaan Elsa
47 Kebahagiaan dan Kebimbangan
48 Pesan Sponsor ?
49 Keruwetan Kinan
50 Kegalauan Edward
51 Kedatangan Kinan
52 Pertimbangan Erwin
53 Pertengkaran Sahabat
54 Kelulusan Elsa
55 Erwin yang Berbeda
56 Keputusan Erwin
57 De javu
58 Kembali ke Rumah Sakit
59 Menghalau Pelakor
60 Berita Mengejutkan
61 Obrolan Siang
62 Penyesalan dan Penyesalan
63 Ketegasan Elsa
64 Pria Bertanggungjawab
65 Cinta dan Pengorbanan
66 Cinta yang Belum Habis
67 Pertemuan Kinan dan Erwin
68 Pertanyaan Bodoh
69 Pengakuan
70 Permintaan Gilang
71 Menerima Takdir
72 Tidak Bisa dan Tidak Mau
73 Alasannya : Aku Takut
74 Aku Tahu dan Cemburu
75 Keresahan Gilang
76 Kegalauan Erwin
77 Pria Terbodoh
78 Kecemasan Elsa
79 Dinginnya Elsa
80 Protes Hilda
81 Teguran Keras
82 I love you Elsa
83 Kejutan
84 Penjelasan Gilang
85 Wani Piro, Mas ?
86 Dan Elsa pun…..
87 Cinta dan Keikhlasan
88 Kepergian Lily
89 Cintamu Selamanya
90 Terima Kasih
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Tugas Seorang Istri
2
Teman Selingkuh
3
Tindakan Nekad Si Pelakor
4
Selembar Surat Cerai
5
Rencana Gila
6
Jejak yang Hilang
7
Gejala Menakutkan
8
Uji Coba
9
Pelakor Diselingkuhi
10
Di Balik Permintaan Maaf
11
Kedatangan Penjaga Hartawan
12
Siap Menerima Tantangan
13
Perjanjian yang Terlewatkan
14
Saputangan dan Wanita Penuntut
15
Pertanggungjawaban
16
Berandai-andai
17
Pengakuan Lily
18
Kedatangan yang Tiba-tiba
19
Sentuhan Maut
20
Awal Pencarian
21
Bocah yang Sudah Dewasa
22
Pria Sombong dan Menyebalkan
23
Marah, Kecewa dan Sakit
24
Pengakuan dan Kebohongan
25
Usaha Awal
26
Kemarahan Elsa dan Pendukungnya
27
Setengah Hari Bersama Gilang
28
Perbincangan dari Hati ke Hati
29
Pelajaran Tentang Kecewa
30
Percakapan Kakak Adik
31
Melepas dengan Ikhlas
32
Harus Bagaimana ?
33
Arti Sebuah Nama
34
Tamu yang Tiba-tiba
35
Skenario Baru
36
Permohonan dan Penyesalan
37
Cerita Lama dari Kinan
38
Kebodohan Edward
39
Ijin Tinggal
40
Meluruskan Kesalahpahaman
41
Pelajaran Pertama
42
Pelajaran Kedua
43
Kejujuran yang Beresiko
44
Kamar yang Terkunci
45
Pria Paling Beruntung
46
Pembelaan Elsa
47
Kebahagiaan dan Kebimbangan
48
Pesan Sponsor ?
49
Keruwetan Kinan
50
Kegalauan Edward
51
Kedatangan Kinan
52
Pertimbangan Erwin
53
Pertengkaran Sahabat
54
Kelulusan Elsa
55
Erwin yang Berbeda
56
Keputusan Erwin
57
De javu
58
Kembali ke Rumah Sakit
59
Menghalau Pelakor
60
Berita Mengejutkan
61
Obrolan Siang
62
Penyesalan dan Penyesalan
63
Ketegasan Elsa
64
Pria Bertanggungjawab
65
Cinta dan Pengorbanan
66
Cinta yang Belum Habis
67
Pertemuan Kinan dan Erwin
68
Pertanyaan Bodoh
69
Pengakuan
70
Permintaan Gilang
71
Menerima Takdir
72
Tidak Bisa dan Tidak Mau
73
Alasannya : Aku Takut
74
Aku Tahu dan Cemburu
75
Keresahan Gilang
76
Kegalauan Erwin
77
Pria Terbodoh
78
Kecemasan Elsa
79
Dinginnya Elsa
80
Protes Hilda
81
Teguran Keras
82
I love you Elsa
83
Kejutan
84
Penjelasan Gilang
85
Wani Piro, Mas ?
86
Dan Elsa pun…..
87
Cinta dan Keikhlasan
88
Kepergian Lily
89
Cintamu Selamanya
90
Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!