Berandai-andai

Edward membuka matanya perlahan dan yakin kalau dirinya masih di rumah sakit, selain bau kamar yang khas, ia melihat ada selang infus yang tergantung di sisi kiri.

“Saya panggilkan suster.” Edward langsung menangkap suara Fahmi.

“Tidak usah, aku merasa sudah lebih baik.” Edward meraih tombol untuk merubah posisi tempat tidurnya menjadi setengah berbaring.

“Apa kata dokter, Fam ? Tadi aku mendadak pusing dan mual selesai operasi padahal aku sudah makan dan baik-baik saja sebelumnya.”

“Hasil lab baik semua, dari pemeriksaan dokter Ikhsan, beliau menyimpulkan anda hanya kelelahan dan stres.”

“Kenapa semua dokter memberikan diagnosa yang sama ? Apa mereka yakin aku nggak kenapa-napa,” gerutu Edward sambil meraih botol air mineral yang ada di atas meja samping.

Edward mengedarkan pandangan ke seluruh kamar lalu menghela nafas sambil tersenyum miris saat mendapati hanya ada Fahmi yang menemaninya.

“Handphone dokter Lily masih belum aktif tapi saya sudah mengirimkan pesan. Joko sudah memberitahu dokter Robert tapi beliau dan nyonya Silvia sedang berada di Yogya.” Fahmi memberikan penjelasan, seolah mengerti dengan perubahan raut wajah Edward.

“Yogya ? Ada urusan apa daddy dan mommy ke sana ?”

“Sudah sebulan Tuan Erwin ada di sana.”

“Erwin di Yogya ? Kenapa nggak pulang ke Jakarta ?” Edward mengerutkan dahinya, bingung mendengar adiknya malah tinggal di kota yang rasanya bukan selera Erwin.

“Kalau tidak salah calon istrinya ada di sana.”

“Istri ?” Mata Edward sampai membola. “Beneran dia sudah tobat jadi playboy ? Bisa-bisanya ditundukkan sama perempuan dari Yogya, sepertinya aku masih susah percaya.”

“Saya kurang tahu juga dokter.”

“Moga-moga aja dia tidak mengalami nasib sepertiku,” gumam Edward membuat Fahmi yang sedang memunggunginya tersenyum tipis.

Fahmi paham maksud ucapan Edward tapi enggan memperpanjangnya karena akhirnya malah membuat bossnya kesal setiap kali membahas soal Elsa.

“Anda jadi pindah tempat tinggal, dokter ?”

“Sebetulnya aku ingin minta ijin tinggal di apartemen sebulan lagi sambil mencari rumah kontrakan untuk tinggal sekaligus tempat pratekku bersama Lily, tapi aku ragu. Aku belum berani menikahinya dalam waktu dekat, ingin menunggu sampai kondisiku normal lagi. Bagaimana menurutmu, Fam ?”

“Dokter tidak berminat untuk praktek di rumah sakit lagi ?”

“Aku sudah melamar di seluruh rumah sakit yang ada di Jakarta tapi sepertinya tidak ada yang berminat mempekerjakanku karena aku seorang Hartawan, Fam. Aku juga sudah mencoba beberapa rumah sakit di Tangerang bahkan sampai minta bantuan teman-temanku tapi tidak ada satupun yang berminat aku bergabung. Apa mungkin daddy melarang mereka menerimaku, Fam ?”

Anda pasti lebih paham dengan sifat dokter Robert. Mana mungkin beliau rela putranya terikat dengan rumah sakit lain apalagi anda-lah calon penggantinya.

“Bersabar saja dokter, mungkin sekarang waktunya dokter fokus pada kesembuhan anda. Bukankah dokter Rizal menyarankan untuk berisitrahat dan menenangkan pikiran ? Siapa tahu anda bisa cepat pulih supaya bisa segera menikah dengan dokter Lily.”

Edward menghela nafas dan mencoba turun dari tempat tidur. Buru-buru Fahmi menghampiri untuk membantu tapi Edward menolaknya karena merasa dirinya sudah baik-baik saja.

“Apa sebaiknya aku berlibur ke Yogya untuk bertemu Bagas dan Erwin sekalian, Fam ?”

Dan nona Elsa juga, dokter. Mungkin sebaiknya begitu, biar segera tahu kalau perbuatan anda pada nona Elsa malam itu membuatnya hamil.

“Mau saya buatkan janji dengan dokter Bagas, dokter ?”

“Tidak usah, aku akan menghubunginya langsung sekalian bertanya soal saputanganku yang ditemukan di kamar hotel. Siapa tahu, Bagas ingat kepada siapa aku pernah meminjamkan atau memberikan saputangan itu.”

“Baik dokter.”

“Dimana handphoneku, Fam ? Aku ingin pulang ke apartemen dan tidur di sana malam ini. Biar aku hubungi dokter Ikhsan untuk minta ijin padanya.”

“Sebaiknya anda istirahat sehari di sini dokter, besok pagi-pagi baru pulang.”

“Kamu pasti tahu meskipun seorang dokter, di waktu sait sebisa mungkin aku lebih memilih istirahat di rumah daripada di sini.”

Fahmi tersenyum sambil menganggukkan kepala. Diambilnya handphone Edward dari laci lemari di samping ranjang.

“Perlu saya temani malam ini, dokter ?” Edward malah tertawa.

“Cukup sebagai asistenku, Fam, tidak perlu jadi babysitterku.” Fahmi kembali mengangguk sambil tersenyum.

***

“Jadi ini alasan yang membuatmu minta berpisah dengan Edward ?” tanya daddy Robert sambil meletakkan cangkir tehnya di atas meja.

Keduanya sedang duduk santai di teras belakang usai makan malam. Mommy Silvia langsung masuk kamar karena lelah setelah menempuh perjalanan dari Jakarta menggunakan mobil, sementara Kinan dan Erwin masing-masing pergi dengan teman mereka entah kemana.

Rumah yang disewa dokter Robert untuk Elsa memang cukup besar, totalnya ada 4 kamar, jaga-jaga untuk mommy Silvia yang mungkin akan sering menginap di saat rindu pada Elsa.

Apalagi kota Yogyakarta tidak asing untuk pasangan suami istri ini karena sebelum menjadi penerus rumah sakit di Jakarta, dokter Robert pernah membuka klinik di daerah Muntilan dan Gunung Kidul yang saat itu masih minim fasilitas kesehatan.

“Aku tidak menyesal karena sudah memberikan kehormatan untuk Mas Edward, Dad tapi yang membuatku kecewa adalah sikapnya yang tidak terlalu serius mencari tahu siapa yang menjadi korbannya malam itu.

Tanpa merasa bersalah sedikit pun, mas Ed malah menekankan masalah pernikahannya dengan dokter Lily. Sungguh tidak terduga kalau anak daddy sangat tidak bertanggungjaawab dan egois. Maaf bukan maksudku menghina anak daddy.”

Daddy Robert tertawa sambil menggelengkan kepala. “Tidak masalah, daddy setuju dengan pendapatmu. Dengan dipecatnya Edward dari rumah sakit, daddy berharap dia belajar untuk lebih teliti dan memiliki komitmen sebagai seorang laki-laki.”

“Bolehkah aku mengajukan satu permintaan lagi, Dad ?”

“Jangan paksa mas Ed bertanggungjawsb atas anak ini. Aku tidak mau tubuhnya bersamaku tapi hati dan pikiran mas Ed dipenuhi dokter Lily. Rasanya akan lebih menyakitkan karena ada anak di antara kami, Dad.”

“Kalau begitu biarkan Erwin yang menjadi ayahnya karena daddy dan mommy tidak mau anak itu lahir tanpa ayah.”

“Tapi situasinya pasti canggung, Dad. Suatu hari ini bukan tidak mungkin anak ini akan tahu siapa ayah biologisnya karena hubungan batin. Kalau sampai terjadi, kak Erwin bisa terluka.”

Daddy Robert menghela nafas, meraih kembali cangkir teh dan menyesapnya perlahan.

“Daddy mengerti kekhawatiranmu. Kalau begitu tidak ada cara lain selain memberitahu Edward tentang faktanya sekaligus bilang kalau Erwin bersedia menikahimu dan mengakui anak itu sebagai anaknya.”

Elsa menghela nafas berat dan wajahnya keihatan gelisah membuat daddy Robert tersenyum tipis.

“Boleh daddy tanya sesuatu ?” Elsa mengangguk.

“Seandainya Edward tanpa merasa terpaksa benar-benar ingin kembali padamu sebelum menikahi Lily, apakah kamu masih mau menerimanya ?”

Elsa malah tertawa sambil menggelengkan kepala. “Sangat mustahil, Dad. Aku sudah tulus melepasnya dan tidak pernah mengharapkannya kembali.”

Daddy Robert tersenyum sambil mengangguk-angguk.

Terpopuler

Comments

Putri Chaniago

Putri Chaniago

nikah dg Erwin aja biar Edward kebakaran jenggot cemburu tiap hari liat kemesraan Erwin n Elsa, cocok Erwin n Elsa moga Elsa mo buka hatinya utk Erwin

2024-08-15

4

Uthie

Uthie

Makin suka.... makin menarik..
ditunggu kembali kelanjutan nya yaa 👍👍👍🤗🤗🤗♥️♥️♥️♥️

2024-08-14

1

nining

nining

makin seru nih....lanjut kak retha

2024-08-14

1

lihat semua
Episodes
1 Tugas Seorang Istri
2 Teman Selingkuh
3 Tindakan Nekad Si Pelakor
4 Selembar Surat Cerai
5 Rencana Gila
6 Jejak yang Hilang
7 Gejala Menakutkan
8 Uji Coba
9 Pelakor Diselingkuhi
10 Di Balik Permintaan Maaf
11 Kedatangan Penjaga Hartawan
12 Siap Menerima Tantangan
13 Perjanjian yang Terlewatkan
14 Saputangan dan Wanita Penuntut
15 Pertanggungjawaban
16 Berandai-andai
17 Pengakuan Lily
18 Kedatangan yang Tiba-tiba
19 Sentuhan Maut
20 Awal Pencarian
21 Bocah yang Sudah Dewasa
22 Pria Sombong dan Menyebalkan
23 Marah, Kecewa dan Sakit
24 Pengakuan dan Kebohongan
25 Usaha Awal
26 Kemarahan Elsa dan Pendukungnya
27 Setengah Hari Bersama Gilang
28 Perbincangan dari Hati ke Hati
29 Pelajaran Tentang Kecewa
30 Percakapan Kakak Adik
31 Melepas dengan Ikhlas
32 Harus Bagaimana ?
33 Arti Sebuah Nama
34 Tamu yang Tiba-tiba
35 Skenario Baru
36 Permohonan dan Penyesalan
37 Cerita Lama dari Kinan
38 Kebodohan Edward
39 Ijin Tinggal
40 Meluruskan Kesalahpahaman
41 Pelajaran Pertama
42 Pelajaran Kedua
43 Kejujuran yang Beresiko
44 Kamar yang Terkunci
45 Pria Paling Beruntung
46 Pembelaan Elsa
47 Kebahagiaan dan Kebimbangan
48 Pesan Sponsor ?
49 Keruwetan Kinan
50 Kegalauan Edward
51 Kedatangan Kinan
52 Pertimbangan Erwin
53 Pertengkaran Sahabat
54 Kelulusan Elsa
55 Erwin yang Berbeda
56 Keputusan Erwin
57 De javu
58 Kembali ke Rumah Sakit
59 Menghalau Pelakor
60 Berita Mengejutkan
61 Obrolan Siang
62 Penyesalan dan Penyesalan
63 Ketegasan Elsa
64 Pria Bertanggungjawab
65 Cinta dan Pengorbanan
66 Cinta yang Belum Habis
67 Pertemuan Kinan dan Erwin
68 Pertanyaan Bodoh
69 Pengakuan
70 Permintaan Gilang
71 Menerima Takdir
72 Tidak Bisa dan Tidak Mau
73 Alasannya : Aku Takut
74 Aku Tahu dan Cemburu
75 Keresahan Gilang
76 Kegalauan Erwin
77 Pria Terbodoh
78 Kecemasan Elsa
79 Dinginnya Elsa
80 Protes Hilda
81 Teguran Keras
82 I love you Elsa
83 Kejutan
84 Penjelasan Gilang
85 Wani Piro, Mas ?
86 Dan Elsa pun…..
87 Cinta dan Keikhlasan
88 Kepergian Lily
89 Cintamu Selamanya
90 Terima Kasih
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Tugas Seorang Istri
2
Teman Selingkuh
3
Tindakan Nekad Si Pelakor
4
Selembar Surat Cerai
5
Rencana Gila
6
Jejak yang Hilang
7
Gejala Menakutkan
8
Uji Coba
9
Pelakor Diselingkuhi
10
Di Balik Permintaan Maaf
11
Kedatangan Penjaga Hartawan
12
Siap Menerima Tantangan
13
Perjanjian yang Terlewatkan
14
Saputangan dan Wanita Penuntut
15
Pertanggungjawaban
16
Berandai-andai
17
Pengakuan Lily
18
Kedatangan yang Tiba-tiba
19
Sentuhan Maut
20
Awal Pencarian
21
Bocah yang Sudah Dewasa
22
Pria Sombong dan Menyebalkan
23
Marah, Kecewa dan Sakit
24
Pengakuan dan Kebohongan
25
Usaha Awal
26
Kemarahan Elsa dan Pendukungnya
27
Setengah Hari Bersama Gilang
28
Perbincangan dari Hati ke Hati
29
Pelajaran Tentang Kecewa
30
Percakapan Kakak Adik
31
Melepas dengan Ikhlas
32
Harus Bagaimana ?
33
Arti Sebuah Nama
34
Tamu yang Tiba-tiba
35
Skenario Baru
36
Permohonan dan Penyesalan
37
Cerita Lama dari Kinan
38
Kebodohan Edward
39
Ijin Tinggal
40
Meluruskan Kesalahpahaman
41
Pelajaran Pertama
42
Pelajaran Kedua
43
Kejujuran yang Beresiko
44
Kamar yang Terkunci
45
Pria Paling Beruntung
46
Pembelaan Elsa
47
Kebahagiaan dan Kebimbangan
48
Pesan Sponsor ?
49
Keruwetan Kinan
50
Kegalauan Edward
51
Kedatangan Kinan
52
Pertimbangan Erwin
53
Pertengkaran Sahabat
54
Kelulusan Elsa
55
Erwin yang Berbeda
56
Keputusan Erwin
57
De javu
58
Kembali ke Rumah Sakit
59
Menghalau Pelakor
60
Berita Mengejutkan
61
Obrolan Siang
62
Penyesalan dan Penyesalan
63
Ketegasan Elsa
64
Pria Bertanggungjawab
65
Cinta dan Pengorbanan
66
Cinta yang Belum Habis
67
Pertemuan Kinan dan Erwin
68
Pertanyaan Bodoh
69
Pengakuan
70
Permintaan Gilang
71
Menerima Takdir
72
Tidak Bisa dan Tidak Mau
73
Alasannya : Aku Takut
74
Aku Tahu dan Cemburu
75
Keresahan Gilang
76
Kegalauan Erwin
77
Pria Terbodoh
78
Kecemasan Elsa
79
Dinginnya Elsa
80
Protes Hilda
81
Teguran Keras
82
I love you Elsa
83
Kejutan
84
Penjelasan Gilang
85
Wani Piro, Mas ?
86
Dan Elsa pun…..
87
Cinta dan Keikhlasan
88
Kepergian Lily
89
Cintamu Selamanya
90
Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!