Saputangan dan Wanita Penuntut

“Bagaimana hasil pemeriksaan anda, dokter ?” Fahmi buru-buru mengambil tab dan mengikuti Edward masuk ke ruangannya.

Kemarin Edward cuti sehari untuk berobat ke dokter spesialis, tapi bukan sekedar itu saja, Edward juga cuti dari Lily yang hampir tidak pernah berhenti menghubunginya untuk mendesak Edward agar menolak keputusan daddy Robert.

“Dari hasil pemeriksaan, kondisiku normal dan baik-baik saja, Fam. Dokter Rizal mengambil kesimpulan penyebabnya adalah stres makanya dia tidak meresepkan aku obat malah menyuruhku pergi ke psikiater.”

Edward melemparkan kartu nama ke atas mejanya yang langsung diambil oleh Fahmi. Tertera nama dr. Adrian Suherman Sp. Kj.

“Apa ada berita baru tentang wanita di hotel, Fam ?”

Fahmi tidak langsung menjawab, kelihatan ia ragu-ragu untuk bicara pada Edward yang mendongak karena asistennya diam saja.

“Ada apa, Fam ?”

Fahmi mengeluarkan sesuatu dari saku celananya dan meletakkannya di atas meja Edward.

“Kemarin saya diminta datang ke hotel untuk bertemu dengan manajer housekeeping dan mereka menyerahkan benda itu, ditemukan di kolong tempat tidur.”

“Ini saputanganku, Fam,” Edward menunjukkan inisial namanya yang dibordir di salah satu sdut saputangan berwarna biru muda dengan list putih di sekelilingnya.

“Tapi aku sudah lama tidak memakai saputangan lagi. sepertinya sejak aku mengambil spesialis di Amerika.” Edward mengerutkan dahi untuk memastikan ingatannya.

“Bagaimana mungkin benda ini ada di sana padahal aku sudah tidak pernah membawanya lagi. Semuanya masih ada di rumah mommy, aku yakin tidak membawa satu pun ke apartemen.”

“Apakah dokter pernah memberikan saputangan ini kepada salah satu teman perempuan atau mungkin pasien wanita ? Semula pihak hotel juga tidak yakin kalau ini milik anda tapi inisial kedua hurufnya cocok dengan nama dokter.”

Edward memijat pelipisnya sambil mengerutkan dahi, mencoba mengingat-ingat sesuai yang dikatakan Fahmi tapi ia menggelengkan kepala.

“Aku yakin tidak pernah, Fam.”

“Entah dokter membawa benda ini malam itu atau wanita tadi tidak sengaja meninggalkannya. Saya akan mencari tahu kemungkinan wanita itu kenal dengan dokter atau justru sangat dekat dengan dokter.”

Edward menghela nafas dengan wajah sarat dengan beban masalah tapi detik berikutnya ia masih berusaha tersenyum.

“Bisakah aku minta bantuanmu untuk terakhir kalinya, Fam ?”

“Tidak akan kata terakhir, dokter. Sekalipun dokter sudah tidak menjabat sebagai wakil direktur di sini, saya tetap menganggap dokter atasan saya.”

“Terima kasih Fam karena hanya kamu yang selalu mengerti aku. Tolong tuntaskan masalah kejadian di hotel, mungkin setelah bertemu dan minta maaf pada wanita itu, hidupku bisa lebih tenang meskipun masih banyak masalah yang harus aku hadapi di depan.”

“Saya pasti akan mencarinya sampai ketemu, dokter.”

Edward tersenyum sambil manggut-manggut kemudian beranjak dari kursi kerjanya.

“Dimana rapatnya, Fam ? Rasanya seperti seorang pesakitan yang akan mendengarkan keputusan pengadilan,” seloroh Edward sambil tertawa getir.

“Ruang Gladiola di lantai 8, dokter.”

“Aku ke sana sekarang Fam,” Edward menepuk-nepuk bahu Fahmi saat melewati pria itu. Tidak lupa ia mengambil saputangan yang ada di atas meja.

“Tolong sampaikan terima kasih pada pihak hotel, Fam, aku akan menyimpannya dan memastikan apakah jumlahnya ada yang berkurang saat ke rumah mommy.”

“Baik dokter.” Fahmi menganggukan kepala dan membungkukkan badannya sekilas lalu mengikuti Edward keluar dari ruangan.

***

Edward menghela nafas saat melihat Lily sedang berdiri di dekat pintu masuk utama rumah sakit. Tidak aneh wanita itu sampai datang kemari karena sudah 3 hari Edward tidak menanggapi pesan dan panggilannya bahkan Edward sengaja tidak pulang ke apartemen supaya Lily tidak bisa menemuinya.

Wajah Lily kelihatan ketus dan tatapan matanya membuat Edward langsung menariknya keluar dan membawanya ke parkiran mobil lalu tanpa disuruh Lily langsung masuk ke kursi penumpang depan.

“Kenapa kamu menghindariku lagi ?”

“Aku tidak menghndar hanya butuh waktu untuk menenangkan pikiran. Hari ini secara resmi aku diminta mengundurkan diri dari rumah sakit lalu bertahap aku akan melakukan serah terima pekerjaan juga pasien. Aku diberi batas waktu sampai akhir bulan.”

“Jadi kamu tidak berhasil membujuk daddy-mu untuk membatalkan perjanjian bodoh itu ? Kamu mau saja warisanmu dikuasai gadis kampung itu dan dipecat karena memilih berpisah dengannya ?”

“Aku tidak akan melawan karena salahku juga tidak teliti membaca sebelum menandatanganinya.”

“Tapi…”

“Lily, tolong belajarlah untuk sabar. Apakah kamu akan meninggalkanku karena aku bukan lagi calon pengganti daddy dan ahli waris keluarga Hartawan ?”

“Aku hanya memikirkan bagaimana nasib kita kalau kamu tidak punya pekerjaan tetap ? Lagipula kamu adalah anak kandung mereka, mana bisa warisan yang menjadi hakmu dialihkan pada orang asing yang berstatus menantu ?”

“Aku akan belajar menerimanya sekalian membuktikan pada daddy kalau aku bisa hidup tanpa bayang-bayang nama Hartawan. Belajarlah untuk bersabar, untuk beberapa saat ada baiknya kita hidup lebih sederhana. Aku berjanji akan segera menikahimu setelah mendapat pekerjaan tetap.” Edward mengusap kepala Lily sambil tersenyum.

“Jadi aku harus pindah kost ? Lalu kamu tetap harus keluar dari apartemen itu ?” Edward mengangguk.

“Aku memang punya tabungan tapi tidak sebanyak yang kamu kira. Baru 4 tahun aku menjadi dokter spesialis dan selama ini daddy memberiku gaji sama seperti dokter spesialis lainnya, hanya ada tambahan pendapatan sebagai wakil direktur.”

“Kamu menyandang nama Hartawan tapi orangtuamu memperlakukanmu seperti anak pungut,” gerutu Lily membuat Edaward hanya tertawa pelan.

“Sejak dulu daddy mengajarkan aku dan Erwin filfasat hidup adalah perjuangan, sekalipun sebagian dari hidup ini bisa dibeli dengan uang tapi kami berdua tidak pernah diijinkan atau diberi kesempatan untuk mendapatkan segala sesuatu dengan kekayaan orangtua.”

“Tapi mereka terlalu murah hati pada gadis kampung itu ! Apa Erwin tidak pernah protes ?”

“Aku tidak tahu karena hidup Erwin lebih banyak dihabiskan di luar negeri. Sebaiknya kamu tidak usah membahas soal Elsa lagi karena setiap kali menyebut namanya, kita sama-sama dibuat kesal jadi jangan biarkan dia jadi toxic dalam hidupmu.”

Lily menghela nafas, raut wajahnya masih terlihat kesal tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena Edward sudah memutuskan untuk menerima semua konsekuensi yang harus ditanggungnya.

“Mau aku temani cari tempat kost yang baru ?” Edward kembali membelai rambut Lily yang dibiarkan tergerai.

“Hhmmm.”

“Gitu dong sayang,” Edward menoel ujung dagu Lily dengan tatapan menggoda. “Jangan ngambek terus. Aku sangat senang kalau kamu selalu ada di sampingku sebagai bentuk dukungan. Bersabarlah sebentar, aku akan berusaha mencari pekerjaan baru dan bekerja keras untuk membahagiakan istri dan anak-anakku kelak.”

“Memangnya kamu mau punya berapa anak ?”

“Kalau aku bilang sepuluh, kamu sanggup ?” Edward menggoda Lily sambil tertawa.

Lily hanya tersenyum, mendadak enggan membalas candaan Edward.

Aku lelah hidup susah dan harus berjuang setengah mati untuk yang namanya kebahagiaan, Ed. Aku bukan orang yang sabar menunggu, itu sebabnya aku tidak tahu apakah masih bisa mendampingimu dengan kehidupanmu yang sekarang.

Terpopuler

Comments

Hairani Siregar

Hairani Siregar

Dah mulai nampak tuh sifat culasnya ulat bulu. untung lom d nikahi.

2025-01-28

2

Ayu Dani

Ayu Dani

nah loh baru segitu cobaan nya tapi udah menyerah katanya bukan cewek matre huuuh dasar lily

2024-08-21

1

Tinaristina

Tinaristina

cewe matre tryta pacar mu ed

2024-08-15

1

lihat semua
Episodes
1 Tugas Seorang Istri
2 Teman Selingkuh
3 Tindakan Nekad Si Pelakor
4 Selembar Surat Cerai
5 Rencana Gila
6 Jejak yang Hilang
7 Gejala Menakutkan
8 Uji Coba
9 Pelakor Diselingkuhi
10 Di Balik Permintaan Maaf
11 Kedatangan Penjaga Hartawan
12 Siap Menerima Tantangan
13 Perjanjian yang Terlewatkan
14 Saputangan dan Wanita Penuntut
15 Pertanggungjawaban
16 Berandai-andai
17 Pengakuan Lily
18 Kedatangan yang Tiba-tiba
19 Sentuhan Maut
20 Awal Pencarian
21 Bocah yang Sudah Dewasa
22 Pria Sombong dan Menyebalkan
23 Marah, Kecewa dan Sakit
24 Pengakuan dan Kebohongan
25 Usaha Awal
26 Kemarahan Elsa dan Pendukungnya
27 Setengah Hari Bersama Gilang
28 Perbincangan dari Hati ke Hati
29 Pelajaran Tentang Kecewa
30 Percakapan Kakak Adik
31 Melepas dengan Ikhlas
32 Harus Bagaimana ?
33 Arti Sebuah Nama
34 Tamu yang Tiba-tiba
35 Skenario Baru
36 Permohonan dan Penyesalan
37 Cerita Lama dari Kinan
38 Kebodohan Edward
39 Ijin Tinggal
40 Meluruskan Kesalahpahaman
41 Pelajaran Pertama
42 Pelajaran Kedua
43 Kejujuran yang Beresiko
44 Kamar yang Terkunci
45 Pria Paling Beruntung
46 Pembelaan Elsa
47 Kebahagiaan dan Kebimbangan
48 Pesan Sponsor ?
49 Keruwetan Kinan
50 Kegalauan Edward
51 Kedatangan Kinan
52 Pertimbangan Erwin
53 Pertengkaran Sahabat
54 Kelulusan Elsa
55 Erwin yang Berbeda
56 Keputusan Erwin
57 De javu
58 Kembali ke Rumah Sakit
59 Menghalau Pelakor
60 Berita Mengejutkan
61 Obrolan Siang
62 Penyesalan dan Penyesalan
63 Ketegasan Elsa
64 Pria Bertanggungjawab
65 Cinta dan Pengorbanan
66 Cinta yang Belum Habis
67 Pertemuan Kinan dan Erwin
68 Pertanyaan Bodoh
69 Pengakuan
70 Permintaan Gilang
71 Menerima Takdir
72 Tidak Bisa dan Tidak Mau
73 Alasannya : Aku Takut
74 Aku Tahu dan Cemburu
75 Keresahan Gilang
76 Kegalauan Erwin
77 Pria Terbodoh
78 Kecemasan Elsa
79 Dinginnya Elsa
80 Protes Hilda
81 Teguran Keras
82 I love you Elsa
83 Kejutan
84 Penjelasan Gilang
85 Wani Piro, Mas ?
86 Dan Elsa pun…..
87 Cinta dan Keikhlasan
88 Kepergian Lily
89 Cintamu Selamanya
90 Terima Kasih
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Tugas Seorang Istri
2
Teman Selingkuh
3
Tindakan Nekad Si Pelakor
4
Selembar Surat Cerai
5
Rencana Gila
6
Jejak yang Hilang
7
Gejala Menakutkan
8
Uji Coba
9
Pelakor Diselingkuhi
10
Di Balik Permintaan Maaf
11
Kedatangan Penjaga Hartawan
12
Siap Menerima Tantangan
13
Perjanjian yang Terlewatkan
14
Saputangan dan Wanita Penuntut
15
Pertanggungjawaban
16
Berandai-andai
17
Pengakuan Lily
18
Kedatangan yang Tiba-tiba
19
Sentuhan Maut
20
Awal Pencarian
21
Bocah yang Sudah Dewasa
22
Pria Sombong dan Menyebalkan
23
Marah, Kecewa dan Sakit
24
Pengakuan dan Kebohongan
25
Usaha Awal
26
Kemarahan Elsa dan Pendukungnya
27
Setengah Hari Bersama Gilang
28
Perbincangan dari Hati ke Hati
29
Pelajaran Tentang Kecewa
30
Percakapan Kakak Adik
31
Melepas dengan Ikhlas
32
Harus Bagaimana ?
33
Arti Sebuah Nama
34
Tamu yang Tiba-tiba
35
Skenario Baru
36
Permohonan dan Penyesalan
37
Cerita Lama dari Kinan
38
Kebodohan Edward
39
Ijin Tinggal
40
Meluruskan Kesalahpahaman
41
Pelajaran Pertama
42
Pelajaran Kedua
43
Kejujuran yang Beresiko
44
Kamar yang Terkunci
45
Pria Paling Beruntung
46
Pembelaan Elsa
47
Kebahagiaan dan Kebimbangan
48
Pesan Sponsor ?
49
Keruwetan Kinan
50
Kegalauan Edward
51
Kedatangan Kinan
52
Pertimbangan Erwin
53
Pertengkaran Sahabat
54
Kelulusan Elsa
55
Erwin yang Berbeda
56
Keputusan Erwin
57
De javu
58
Kembali ke Rumah Sakit
59
Menghalau Pelakor
60
Berita Mengejutkan
61
Obrolan Siang
62
Penyesalan dan Penyesalan
63
Ketegasan Elsa
64
Pria Bertanggungjawab
65
Cinta dan Pengorbanan
66
Cinta yang Belum Habis
67
Pertemuan Kinan dan Erwin
68
Pertanyaan Bodoh
69
Pengakuan
70
Permintaan Gilang
71
Menerima Takdir
72
Tidak Bisa dan Tidak Mau
73
Alasannya : Aku Takut
74
Aku Tahu dan Cemburu
75
Keresahan Gilang
76
Kegalauan Erwin
77
Pria Terbodoh
78
Kecemasan Elsa
79
Dinginnya Elsa
80
Protes Hilda
81
Teguran Keras
82
I love you Elsa
83
Kejutan
84
Penjelasan Gilang
85
Wani Piro, Mas ?
86
Dan Elsa pun…..
87
Cinta dan Keikhlasan
88
Kepergian Lily
89
Cintamu Selamanya
90
Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!