Kedatangan yang Tiba-tiba

Edward menatap keluar jendela pesawat menuju Yogykarta. Tidak ingin menunda masalah one night stand di hotel yang mungkin melibatkan daddy Robert, Edward memutuskan untuk menyusul orangtuanya ke Yogya sekalian bertemu dengan adiknya yang berencana akan menikah.

Entah sudah berapa kali dokter muda itu menghela nafas, memikirkan masalah yang bertubi-tubi datang akhir-akhir ini dan pengakuan Lily semalam membuat Edward seperti dihantam godam yang membuat kepalanya langsung sakit.

“Kalian berdua yakin tidak tahu siapa yang membawaku pergi dari restoran malam itu ?”

Edward menatap Fahmi dan Joko bergantian. Firasat Edward mengatakan kalau kedua orang kepercayaan di hadapannya ikut terlibat masalah dengan Lily tapi selama tidak ada bukti, Edward hanya bisa berasumsi dan menebak-nebak.

“Apakah selama ini daddy menyuruh orang mengawasiku ?”

“Tidak pernah ada perintah seperti itu lewat saya, dokter,” sahut Joko tanpa keraguan.

“Saya juga tidak pernah diminta melaporkan kegiatan anda pada dokter Robert,” sahut Fahmi penuh keyakinan.

“Tapi malam itu ada orang yang menjemputku di restoran dan membawaku ke hotel. Aku yakin Lily tidak terlibat malah membuatnya kesal karena orang itu sudah membuat semua rencananya gagal total.”

Ekspresi kedua asisten itu sudah terlatih hingga Edward tidak bisa menebak apakah mereka jujur atau berpura-pura.

Edward mengedarkan pandangan saat tiba di area penjemputan. Terakhir ia datang ke Yogya sekitar 6 tahun yang lalu untuk menemui Lily sebelum ia berangkat untuk mengambil program spesialis di Amerika.

Waktu itu pesawat masih mendarat di Bandara Adi Sucipto dan sekarang untuk pertama kalinya Edward menginjakkan kakinya di Yogyakarta International Airport.

Tidak ada orang yang menjemputnya karena Edward datang tanpa pemberitahuan bahkan Fahmi dan Joko dilarang bicara pada daddy Robert.

(JOKO) Dokter Robert sedang berada di Rumah Sakit Panti Rapih bersama nyonya dan tuan Erwin.

(EDWARD) Ok, terima kasih.

Edward menggunakan taksi yang ada di bandara langsung menuju lokasi yang diberitahukan Joko. Rasanya tidak sabar ingin bertanya langsung pada daddy-nya sekalian bertemu dengan wanita yang menjadi calon istri adiknya.

**

Begitu tiba di rumah sakit, Edward baru menghubungi daddy Robert dan memberitahu kalau ia sudah ada di Yogya bahkan di rumah sakit tempat daddy dan mommy-nya berada.

“Untuk apa kamu datang kemari ?” daddy Robert menautkan alisnya, melihat Edward datang sambil membawa koper.

“Ada masalah penting yang ingin aku tanyakan pada daddy sekalian bertemu dengan Erwin. Kenapa tidak ada yang memberitahuku kalau Erwin sudah pulang ke Indonesia sejak sebulan yang lalu ?”

“Kamu sedang sibuk dengan perempuan itu, lagipula Erwin memilih langsung terbang kemari.”

“Karena calon istrinya orang sini ? Aku dengar dari Fahmi, Erwin akan segera menikah.”

Daddy Robert menatap putranya dengan alis menaut tapi tidak memberikan jawaban pasti atas pertanyaan Edward.

“Dimana mommy dan Erwin.”

“Sedang ke poliklinik. Kita susul ke sana, tadi daddy habis terima telepon.”

Edward mengangguk dan mengikuti daddynya menyusul mommy dan Erwin. Tidak lama alisnya menaut saat membaca papan bertuliskan “Kebidanan dan Penyakit Kandungan”.

“Kenapa kita kemari, Dad ? Mommy sakit apa ?”

Daddy Robert tidak menjawab, terus berjalan menuju pintu salah satu ruang pemeriksaan yang tidak lama terbuka.

Dari dalam ruangan bukan hanya mommy dan Erwin yang keluar, mata Edward langsung membola melihat Elsa berada di samping Erwin.

“Ed, kamu ngapain di sini ?” tanya mommy Silvia terkejut melihat putranya sudah berada di samping daddy Robert.

Edward tidak menjawab karena masih terpana melihat Erwin dan Elsa keluar dari ruang periksa dokter kandungan.

“Apa kabar kak Edward ?” Erwin langsung memeluk kakaknya yang masih terpaku dan tidak percaya pada penglihatannya sementara Elsa bergeming di tempatnya malah membuang muka, enggan bertatapan dengan Edward.

“Eh baik… Kamu gimana kabarnya ? Kenapa nggak kasih tahu kalau sudah di Indonesia sejak bulan lalu ?”

Erwin tertawa sambil melirik Elsa. “Maaf agak sibuk Kak lagipula aku dengar kakak juga sedang banyak urusan di Jakarta.”

“Mommy ada masalah apa sampai ke dokter kandungan ?” Mommy tersenyum sambil menggelengkan kepala.

“Mommy baik-baik saja hanya menemani Elsa periksa kandungannya.”

Mata Edward langsung membola lalu berpaling pada Erwin yang kelihatan tenang-tenang saja.

“Kalian…” Erwin tidak menjawab malah kembali tertawa. Daddy Robert yang berdiri di belakang Edward menarik satu sudut bibirnya sambil geleng-geleng kepala. Anak sulungnya benar-benar tidak peka.

Ooeekk… oooeekkk…

Elsa yang tidak bisa menahan rasa mual buru-buru lari ke kamar mandi, disusul Erwin yang sengaja berlagak seperti suami siaga.

“Mom, apakah mereka…..” Edward tidak bisa menyelesaikan kalimatnya.

“Mereka kenapa ? Kamu senang kan akhirnya Elsa tidak akan menganggumu lagi karena sudah ada Erwin di sampingnya ?”

“Tapi dia….”

“Dia siapa ?” tanya mommy dengan alis menaut.

“Bagaimana bisa mommy dan daddy mengijinkan Erwin menghamilinya sebelum menikah ?”

“Kalian sudah sama-sama dewasa, daddy dan mommy hanya bisa berharap kalian bertanggungjawab pada keputusan yang sudah diambil. Lagipula daddy dan mommy senang karena Elsa masih menjadi menantu kami.”

“Bukankah kamu sudah minta Joko dan Fahmi untuk mengurus perceraianmu dengan Elsa ? Begitu semuanya beres, kamu bisa menikahi dokter Lily dan Erwin menikah dengan Elsa,” ujar daddy Robert.

Tidak lama Erwin kembali hanya sendiri. “Elsa dimana, Win ?”

“Kami berdua pulang naik taksi saja, Mom, Elsa tidak tahan mencium bau badan kak Edward, perutnya langsung mual. Kita langsung ketemu di rumah saja.”

Spontan Edward menciumi dirinya sendiri dan tidak ada bau yang menyengat bahkan ia tidak memakai parfum seperti biasanya. Mommy langsung tertawa sedangkan daddy tersenyum sambil geleng-geleng kepala.

“Sepertinya bayi yang ada di perut Elsa paham kalau kamu adalah laki-laki yang sudah menyakiti maminya,” sindir mommy di sela-sela tawanya.

**

“Kenapa dia ada di sini ?” tanya Elsa saat berada di dalam taksi bersama Erwin. “Siapa yang memberitahunya ?”

“Tidak ada dan kak Edward belum tahu kalau kamu hamil anaknya. Dia malah berpikir akulah yang membuat perutmu buncit.”

Elsa menghela nafas dengan wajah kesal. Rasa mualnya tidak dibuat-buat, begitu hidungnya mencium bau tubuh Edward yang semakin dekat, perutnya langsung terasa campur aduk.

“Terus kenapa dia di sini bahkan tahu kalau kita sedang di rumah sakit ?”

“Aku juga nggak tahu, El, baru juga ketemu. Belum sempat tanya-tanya kamu udah oek-oek lari ke kamar mandi.”

“Apa dia akan tinggal di rumah juga ?”

“Kayaknya begitu, tidak mungkin tidur bareng aku di tempat kost.” Elsa langsung menghela nafas kesal.

“El, Daddy baru aja wa, ngajak kita makan siang dulu sama kak Ed juga, gimana ?”

“Memangnya bisa menolak ?” ketus Elsa dengan bibir mengerucut.

“Ya nggak bisa sih,” sahut Erwin sambi terkekeh sementara tangannya membalas pesan daddy lalu memberitahu sopir taksi tujuan baru mereka.

“Mau kerjasama untuk menguji perasaan dan kepekaan kak Ed soal anaknya yang ada di dalam perutmu itu ?

“Buang-buang waktu ! Dia nggak pernah menganggap aku manusia selama di sampingnya.”

“Maksudmu selama ini kak Ed melihatmu seperti mahluk halus yang kasat mata, iya ?” Erwin kembali tertawa saat Elsa menganggukan kepala.

“Makanya kita tes apakah kak Ed masih begitu padahal sudah ada anak benihnya di dalam rahim mahluk halus yang cantik ini atau tidak.

Kalau nggak berubah sedikit pun berarti kak Ed perlu dimusiumkan karena tergolong manusia berhati batu.”

“Terserah kak Erwin aja !” Erwin menganggukan kepala sambil tertawa.

Terpopuler

Comments

Tinaristina

Tinaristina

erwin hebat ya

2024-08-16

2

lihat semua
Episodes
1 Tugas Seorang Istri
2 Teman Selingkuh
3 Tindakan Nekad Si Pelakor
4 Selembar Surat Cerai
5 Rencana Gila
6 Jejak yang Hilang
7 Gejala Menakutkan
8 Uji Coba
9 Pelakor Diselingkuhi
10 Di Balik Permintaan Maaf
11 Kedatangan Penjaga Hartawan
12 Siap Menerima Tantangan
13 Perjanjian yang Terlewatkan
14 Saputangan dan Wanita Penuntut
15 Pertanggungjawaban
16 Berandai-andai
17 Pengakuan Lily
18 Kedatangan yang Tiba-tiba
19 Sentuhan Maut
20 Awal Pencarian
21 Bocah yang Sudah Dewasa
22 Pria Sombong dan Menyebalkan
23 Marah, Kecewa dan Sakit
24 Pengakuan dan Kebohongan
25 Usaha Awal
26 Kemarahan Elsa dan Pendukungnya
27 Setengah Hari Bersama Gilang
28 Perbincangan dari Hati ke Hati
29 Pelajaran Tentang Kecewa
30 Percakapan Kakak Adik
31 Melepas dengan Ikhlas
32 Harus Bagaimana ?
33 Arti Sebuah Nama
34 Tamu yang Tiba-tiba
35 Skenario Baru
36 Permohonan dan Penyesalan
37 Cerita Lama dari Kinan
38 Kebodohan Edward
39 Ijin Tinggal
40 Meluruskan Kesalahpahaman
41 Pelajaran Pertama
42 Pelajaran Kedua
43 Kejujuran yang Beresiko
44 Kamar yang Terkunci
45 Pria Paling Beruntung
46 Pembelaan Elsa
47 Kebahagiaan dan Kebimbangan
48 Pesan Sponsor ?
49 Keruwetan Kinan
50 Kegalauan Edward
51 Kedatangan Kinan
52 Pertimbangan Erwin
53 Pertengkaran Sahabat
54 Kelulusan Elsa
55 Erwin yang Berbeda
56 Keputusan Erwin
57 De javu
58 Kembali ke Rumah Sakit
59 Menghalau Pelakor
60 Berita Mengejutkan
61 Obrolan Siang
62 Penyesalan dan Penyesalan
63 Ketegasan Elsa
64 Pria Bertanggungjawab
65 Cinta dan Pengorbanan
66 Cinta yang Belum Habis
67 Pertemuan Kinan dan Erwin
68 Pertanyaan Bodoh
69 Pengakuan
70 Permintaan Gilang
71 Menerima Takdir
72 Tidak Bisa dan Tidak Mau
73 Alasannya : Aku Takut
74 Aku Tahu dan Cemburu
75 Keresahan Gilang
76 Kegalauan Erwin
77 Pria Terbodoh
78 Kecemasan Elsa
79 Dinginnya Elsa
80 Protes Hilda
81 Teguran Keras
82 I love you Elsa
83 Kejutan
84 Penjelasan Gilang
85 Wani Piro, Mas ?
86 Dan Elsa pun…..
87 Cinta dan Keikhlasan
88 Kepergian Lily
89 Cintamu Selamanya
90 Terima Kasih
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Tugas Seorang Istri
2
Teman Selingkuh
3
Tindakan Nekad Si Pelakor
4
Selembar Surat Cerai
5
Rencana Gila
6
Jejak yang Hilang
7
Gejala Menakutkan
8
Uji Coba
9
Pelakor Diselingkuhi
10
Di Balik Permintaan Maaf
11
Kedatangan Penjaga Hartawan
12
Siap Menerima Tantangan
13
Perjanjian yang Terlewatkan
14
Saputangan dan Wanita Penuntut
15
Pertanggungjawaban
16
Berandai-andai
17
Pengakuan Lily
18
Kedatangan yang Tiba-tiba
19
Sentuhan Maut
20
Awal Pencarian
21
Bocah yang Sudah Dewasa
22
Pria Sombong dan Menyebalkan
23
Marah, Kecewa dan Sakit
24
Pengakuan dan Kebohongan
25
Usaha Awal
26
Kemarahan Elsa dan Pendukungnya
27
Setengah Hari Bersama Gilang
28
Perbincangan dari Hati ke Hati
29
Pelajaran Tentang Kecewa
30
Percakapan Kakak Adik
31
Melepas dengan Ikhlas
32
Harus Bagaimana ?
33
Arti Sebuah Nama
34
Tamu yang Tiba-tiba
35
Skenario Baru
36
Permohonan dan Penyesalan
37
Cerita Lama dari Kinan
38
Kebodohan Edward
39
Ijin Tinggal
40
Meluruskan Kesalahpahaman
41
Pelajaran Pertama
42
Pelajaran Kedua
43
Kejujuran yang Beresiko
44
Kamar yang Terkunci
45
Pria Paling Beruntung
46
Pembelaan Elsa
47
Kebahagiaan dan Kebimbangan
48
Pesan Sponsor ?
49
Keruwetan Kinan
50
Kegalauan Edward
51
Kedatangan Kinan
52
Pertimbangan Erwin
53
Pertengkaran Sahabat
54
Kelulusan Elsa
55
Erwin yang Berbeda
56
Keputusan Erwin
57
De javu
58
Kembali ke Rumah Sakit
59
Menghalau Pelakor
60
Berita Mengejutkan
61
Obrolan Siang
62
Penyesalan dan Penyesalan
63
Ketegasan Elsa
64
Pria Bertanggungjawab
65
Cinta dan Pengorbanan
66
Cinta yang Belum Habis
67
Pertemuan Kinan dan Erwin
68
Pertanyaan Bodoh
69
Pengakuan
70
Permintaan Gilang
71
Menerima Takdir
72
Tidak Bisa dan Tidak Mau
73
Alasannya : Aku Takut
74
Aku Tahu dan Cemburu
75
Keresahan Gilang
76
Kegalauan Erwin
77
Pria Terbodoh
78
Kecemasan Elsa
79
Dinginnya Elsa
80
Protes Hilda
81
Teguran Keras
82
I love you Elsa
83
Kejutan
84
Penjelasan Gilang
85
Wani Piro, Mas ?
86
Dan Elsa pun…..
87
Cinta dan Keikhlasan
88
Kepergian Lily
89
Cintamu Selamanya
90
Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!